Selasa, 16 April 2019

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya.
Deburan ombak dan hembusan angin selalu akan berangkat dan kembali pada tempat yang sama di waktu yang sama.
Aku telah menjelajah cincin-cincin api itu, samudra ku arungi dan gunung pun telah ku daki. Bersama angin dan ombak yang menjadi teman dan terkadang lawan yang akan membunuhku dalam sunyinya kegelapan.
Aku sudah ingin pulang. Tempat ku ingin pulang selalu menetap "disini", tidak berpindah, hanya saja pintunya telah tertutup, tidak lagi terbuka, sehingga aku tersesat. Seorang teman telah datang, Dear Izrail, menjadi sahabat untuk menemani menunggu pintu itu terbuka dan aku kembali pulang.





Rabu, 06 Februari 2019

KEMATIAN

Ada pertemuan, maka ada perpisahan
Ada kebersamaan, maka ada kesendirian
Ada kebahagiaan, maka ada kesedihaan
Ada awal, maka ada akhir
Maka ada kehidupan, sudah pasti akan ada kematian

Jika semua didunia ini bersifat belum pasti, tatkala hari ini bisa makan indomie, apakah besuk Anda akan makan indomie? jawabannya adalah "belum pasti". Namun, sebuah pertanyaan bahwa sekarang saya lahir, apakah besuk saya akan mati? maka jawaban yang mungkin benar adalah Anda akan dan pasti "mati" namun apakah besuk, lusa, seminggu lagi, sebulan lagi, atau bahkan seiring detik berganti tidak ada yang tahu dan inilah yang "belum pasti" waktu dimana Anda akan mati.

Jika bahagia Anda tahu bagaimana rasanya, begitu pula sedih. Saat makanpun Anda juga bisa merasakan bagaimana rasa enak, pahit, asin, asam, dan bahkan pedas. Namun, bagaimana dengan kematian? apakah ada yang tahu rasanya? Tentunya belum, karena jika sudah mati maka tidak akan ada cerita bagaimana rasanya kecuali Anda hidup kembali setelah mati atau Anda diijinkan untuk menyampaikannya dengan "perantara lain". Sebuah pengalaman yang selalu akan menjadi misteri dan tidak akan bisa terkuak. Namun, setidaknya Anda sudah mencobanya sedikit ketika "tidur". Iya, ketika tidur bisa dikatakan Anda dalam kondisi "mati sementara" karena Anda tidak merasakan apa yang terjadi di sekeliling Anda sedangkan waktu berjalan dengan cepat hingga Anda terbangun kembali, kecuali Anda sedang bermimpi maka akan merasakan hal yang berbeda. Jadi, apakah dengan tidur Anda sudah merasakan bagaimana rasanya "mati"? jawabanya belum tentu, itulah menurut saya.

Saya pribadi juga belum pernah merasakan bagaimana rasanya mati (tentu saja, jika sudah lalu siapakah yang menulis thread ini, hehe). Namun, merasakan keadaan akan menjelang kematian sudah sering saya alami, mulai dari kejadian yang tak terduga (kecelakaan, bencana, atau sejenisnya) ataupun dalam mimpi yang ketika terbangun seolah-olah benar terjadi adanya hingga saya berkeringat dingin karenanya. Dari semua itu saya menyadari bahwa detik ini belum tentu akan sama dengan detik-detik selanjutnya. Selama di dunia ini masih ada pilihan, maka kumpulan pilihan itu akan menjadi akhir dari cerita hidup ini dan ketika sudah tidak ada pilihan berarti saya simpulkan bahwa Anda telah "mati". Karena orang mati tidak akan bisa memilih.

Itulah kehidupan menurut saya, sekumpulan dari pilihan-pilihan yang masih bisa "dipilih dan dijalani". Jika salah, maka akan ada pilihan untuk "lanjut atau kembali untuk memperbaiki" sedangkan jika pun benar, maka tetap akan ada pilihan untuk "lanjut atau kembali untuk mengkoreksi". Karena di dunia ini semua masih bersifat "belum pasti" hanya kematianlah yang sudah pasti ada diujung hidup Anda.

Sesungguhnya dalam setiap hari itu nilainya sama (sebuah quote dari anime yang baru saya tonton), hari ini, besuk, ataupun lusa. Nilainya akan tetap sama, waktu berputar 24 jam, akan ada siang dan malam, matahari yang terbit dan tenggelam, udara yang Anda hirup dan lepaskan, serta berbagai pilihan atas kehidupan yang akan Anda jalani.

Jika dalam Islam, orang yang melakukan hal lebih baik dari kemarin maka akan jadi orang yang beruntung, jika melakukan hal yang sama dengan kemarin maka akan jadi orang yang merugi, sedangkan jika melakukan hal lebih buruk dari kemarin makan akan jadi orang yang celaka (mohon koreksi bila salah). Dari nasihat tersebut, saya berasumsi bahwa memang nilai dari hari itu sama, yang membedakan adalah pilihan apakah Anda akan berbuat kebaikan lebih banyak dari hari kemarin, sama dengan kemarin, atau bahkan malah berbuat keburuhkan dari hari kemarin.

Apakah pernah dalam benak, Anda berpikir kenapa disetiap ada cahaya maka bayangan akan muncul? Kemudian dimanakah bayangan ketika cahaya menghilang? Apakah bayangan juga ikut menghilang ataukah bersembunyi dibalik kegelapan? Apakah bayangan punya pilihan seperti Anda untuk meninggalkan Anda ketika ada cahaya? Lalu apa yang terjadi jika bayangan Anda memilih tuan selain Anda?

Hidup ini adalah sekumpulan dari pilihan yang Anda pilih dan nilai dari setiap hari itu sama. Bijaksanalah! Karena teman kehidupan adalah kematian.


Kamis, 20 September 2018

Atas Izin Allah, Janji itu Sudah Kami Penuhi. Wahai Ayahanda

"Ayahanda, meskipun engkau sekarang tidak ada bersama kami namun engkau selalu ada didalam hati kami"

Teringat akan peristiwa menyedihkan di Bulan Mei Tahun 2015. Tepat setahun setelah wisudaku, aku menemani hari terakhir ayahandaku tersayang dalam pembaringannya di rumah sakit akibat penyakit kanker paru-paru yang diderita beliau. Pada malam itu aku terus melantunkan ayat-ayat suci dari Al Qur'an khususnya Surah Yasin dan Juz Amma' memohon kepada Sang Khalik agar ayahandaku dapat diberikan mukjizat agar bisa kembali sehat, karena dokter sudah memvonis ayahanda tidak bisa sehat dan hanya tinggal menunggu waktu hingga ajal menjemputnya. Keesokan harinya ketika aku berganti dengan ibu dan kakakku untuk menjaga ayahanda, aku pulang dan beristirahat. Sekitar pukul 10 pagi, aku terbangun karena mimpi ayahanda mengeluarkan darah dari tangannya. Segera aku menghubungi kakakku yang sedang ada di rumah sakit bertanya tentang kondisi ayah. Awalnya kakak menjawab tidak ada apa-apa, kondisinya masih kritis belum berubah. Namun berselang beberapa menit, kakak mengabari lagi bahwa ayahanda telah tiada. Sontak aku menangis dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Singkat cerita setelah prosesi pemakaman, ibu bercerita bahwa ayahanda menghembuskan nafas terakhir setelah mendengar ibu berjanji bahwa akan menyekolahkan Sari (adik bungsuku) hingga sekolah tinggi (D3/S1).

Semenjak kejadian saat itu, aku pun menutup keinginanku untuk mengejar sekolah S2ku. Aku pun lebih fokus untuk mencari pekerjaan yang halal untuk membantu kehidupan ibu dan memenuhi janji ibu kepada ayahanda untuk menyekolahkan adikku, Sari. Upaya untuk tetap istikhomah dalam membiayai adikku bersekolah bisa dikatakan sangat berat. Terkadang godaan untuk kembali ingin mengejar S2 ataupun ingin menyempurnakan agama selalu menghadap didepan, namun janji kepada ayahanda dan sebagai laki-laki seorang diri di keluarga menjadi pengingat bahwa menuntaskan pendidikan adik yang lebih utama.

Bisa dikatakan, almarhum ayahanda sangatlah bangga terhadap anak-anaknya terutama kakak dan aku. Bisa dikatakan kakak dan aku selalu berprestasi sejak masuk sekolah dari SD hingga SMA. Hanya saja jalan pendidikan yang kakak dan aku jalani berbeda, walaupun demikian kami bersyukur bisa menjalani pendidikan di sekolah tinggi dan menyelesaikan pendidikan tersebut tepat waktu dengan kondisi finansial keluarga yang pas-pasan. Ayah pensiun dari perusahaan tepat satu/dua bulan sebelum aku wisuda di tahun 2014. 

Hal ini berbeda dengan adikku, Sari. Sejak kecil adikku kurang bisa berprestasi seperti kakakku dan aku. Perjalanan pendidikan adiku bisa dikatakan lebih sulit. Tidak jarang adikku menangis karena merasa sangat tertinggal dan tidak bisa mengikuti jejak kami. Hal ini yang menjadi perhatian bagai ayahanda sehingga ayah selalu memperhatikan dan lebih menyayangi adikku, Sari. 

Setelah ayah pensiun, yang menjadi beban pikiran ayah adalah bagaimana nasib sekolah adikku, Sari. Ayah tidak mau adikku tidak bisa merasakan pendidikan seperti kedua kakak-kakaknya. Sehingga setelah pensiun pun ayah masih bekerja kesana kemari. Selain untuk aktivitas juga sebagai bekal tabungan untuk persiapan pendidikan adikku. Namun, Allah swt berkata lain, ayahanda dipanggil oleh Allah swt tepat beberapa minggu sebelum adikku melaksanakan Ujian Nasional SMA. Tentunya hal tersebut menjadi beban untuk adikku. Walaupun demikian, dukungan dari ibu, kakak, dan saudara-saudara yang lain bisa menguatkan adikku hingga akhirnya dia bisa lulus SMA dan diterima masuk ke salah satu perguruan tinggi di Kediri di jurusan yang dia sukai Gizi Kesehatan.

Syukur alhamdulillah, pada hari Rabu, 19 September 2018 adik kecilku yang sangat disayangi oleh keluarga terutama almarhum ayahanda telah berhasil menyelesaikan pendidikannya dan memperoleh gelar Ahli Madya Gizi (A.Md.G). Selamat atas usaha dan perjuanganmu, wahai adikku. 

Kini janji yang telah ibu sampaikan kepada ayahanda di hari terakhirnya sudah terlunasi atas izin Allah swt. Semoga Allah swt menempatkan ayahanda ditempat yang paling baik disisi-Nya dan keberhasilan Sari ini bisa menjadi amal jahiriyah ayahanda.

Wahai adikku, sekarang engkau sudah sama hebatnya dengan kakak-kakakmu. Janganlah sekarang engkau minder dengan kemampuanmu. Lakukanlah hal hebat mulai dari sekarang dan tetap istikhomah dalam kebaikan. Semoga kesuksesan selalu menyertaimu. Sekarang sudah waktunya kita bertiga untuk membalas budi dengan merawat dan membahagiakan ibunda tercinta. (DC)



Minggu, 12 Agustus 2018

KADO TERINDAH! KUPENUHI CITA-CITA BERKELILING INDONESIA





Tanggal 5 Agustus 2018, merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi saya. Pada hari kedua diusia saya yang ke-26 tahun, akhirnya saya bisa menginjakkan kaki ke tanah Sumatra yang sudah sangat ingin saya kunjungi. Kebahagiaan saya yang begitu besar ini memiliki alasan khusus yang memang tidak banyak orang ketahui kecuali orang-orang terdekat saja. Alasan khusus itu adalah akhirnya saya bisa memenuhi cita-cita saya yang ingin bisa mengelilingi Indonesia, sehingga kunjungan saya ke tanah Sumatra ini merupakan sebuah impian sekaligus kado terindah di usia saya yang ke-26 tahun.

Awal mula saya bisa berkunjung ke Sumatra ini adalah adanya tugas kunjungan yang diamanahkan oleh kantor dimana saya bernaung sekarang. Kantor saya sedang menjalankan proyek inventarisasi gas rumah kaca di dua provinsi percontohan. Dua provinsi percontohan tersebut adalah Provinsi Riau di Pulau Sumatra dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Gugusan Kepulauan Nusa Tenggara (dulunya Sunda Kecil).

Di awal bulan Agustus, agenda kunjungan sudah disepakati antara pihak user dan tim proyek dari kantor saya. Untuk tugas kunjungan pertama adalah ke Kupang, NTT dan kemudian berselang 2 hari dilanjutkan ke Pekanbaru, Riau. Segala keperluan untuk keberangkatan sudah disiapkan jauh-jauh hari. Sebelum keberangkatan tim pertama ke Kupang, pimpinan proyek menyampaikan pada saya bahwa saya tidak dimasukkan dalam tim pertama yang berangkat ke Kupang, melainkan saya akan diberangkatkan dalam tim kedua untuk kegiatan di Pekanbaru. Pada saat itu, saya cukup berdebar-debar karena tinggal selangkah lagi cita-cita saya untuk bisa berkeliling Indonesia akan tercapai.

Setelah tim pertama berangkat ke Kupang, tiba-tiba muncul keraguan dari dalam diri saya. Saya tidak tahu apakah alasan saya menjadi ragu-ragu untuk menerima amanah tugas kunjungan ke Pekanbaru. Keesokan harinya, ada chat masuk digrup wa kantor bahwa tim kedua yang akan diberangkatkan ke Pekanbaru belum fix dan akan dipastikan sehari setelah tim pertama kembali ke Jakarta, walaupun demikian nama saya dan nama salah satu rekan saya sudah tertulis menjadi orang yang akan diberangkatkan ke Pekanbaru. Awal membaca chat tersebut, tidak terbesit apapun dalam benak saya. Saya hanya fokus pada pekerjaan di kantor untuk mempersiapkan dokumen kunjungan ke Pekanbaru bersama dengan dua rekanku, Aji dan Annas serta membuat buku panduan pelatihan yang merupakan salah satu materi dalam proyek ini.

Keesokan paginya, ada suatu perasaan yang membuat saya tidak enak dan membuat pikiran saya kacau sehingga saya tidak bisa berkonsentrasi selama di kantor. Disaat itu pula saya merasakan kembali perasaan bahwa saya belum bisa menjalankan amanah untuk berangkat kunjungan ke Pekanbaru. Perasaan itu terus mengganggu hingga akhirnya malam sepulang dari kantor saya mencoba menghubungi ibunda saya untuk meminta ijin dan restu apabila saya diberangkatkan ke Pekanbaru. Setelah memperoleh ijin, perasaan saya masih tidak enak dan saya mencoba mengutarakan keinginan kepada salah seorang manajer yang sedang ada di Kupang. Saya menyampaikan padanya bahwa apakah bisa saya digantikan oleh rekan yang lain. Sang manajer tidak lantas mengatakan iya, dia bertanya pada saya tentang alasan saya sedangkan saya sendiri pun tidak tahu apa alasan yang membuat saya ingin digantikan. Tak berselang lama kemudian, saya pun dihubungi oleh pimpinan proyek yang ingin menanyakan alasan kenapa saya tidak ingin diberangkatkan ke Pekanbaru. Sekali lagi, saya pun tidak tahu alasan yang membuat diri ini bertanya demikian, padahal kesempatan pergi ke Pulau Sumatra ini adalah kesempatan yang paling saya tunggu-tunggu. Saya pun tidak bisa menyampaikan hal apapun lagi kepada pemimpin proyek. Setelah berkomunikasi dan menyampaikan beberapa hal tersebut, akhirnya perasaan saya bisa sedikit lega.

Setelah tim pertama kembali ke Jakarta, diputuskanlah tim kedua yang berangkat ke Pekanbaru dan nama saya tetap ada dalam tim tersebut bersama rekanku Aji. Keberangkatan kami pun dipercepat, yang seharusnya kami berangkat hari Senin pagi tanggal 6 Agustus diubah menjadi Minggu siang di tanggal 5 Agustus. Keputusan tersebut saya terima dengan senang hati. Akhirnya, saya dan Aji pun berangkat ke bandara. Nyaris saja kami ketinggalan pesawat dan meninggalkan barang penting di bandara karena kedatangan kami di bandara yang sangat mepet dengan waktu boarding pesawat yang akan habis.
Akhirnya kami pun terbang dan tiba di Pekanbaru di waktu sore hari. Udara dan pemandangan Pulau Sumatra yang sudah lama saya impikan terasa menyenangkan. Selama perjalanan keluar bandara hingga ke hotel tempat saya dan Aji menginap saya selalu takjub dan bahagia melihat kondisi masyarakat di Pekanbaru, salah satu bagian dari masyarakat Pulau Sumatra. Selama 5 hari pelaksanaan kunjungan di Pekanbaru, semua berjalan dengan baik dan acara bisa berjalan dengan sukses dan lancar. Sekarang mimpi saya untuk mengelilingi Indonesia telah tercapai dan mengunjungi Pekanbaru menjadi kado sekaligus puncak pencapaian cita-cita saya untuk mengelilingi Indonesia.

Sebagai informasi, saat saya kuliah saya pernah berpesan kepada salah seorang alumni bahwa saya ingin bisa berkeliling Indonesia sebelum akhirnya saya harus menikah atau mengambil sekolah keluar negeri. Minimal saya harus mengunjungi pulau-pulau besar di Indonesia sebagai representatif saya telah mengelilingi Indonesia. Dan syukur Alhamdulillah, ucapan tersebut bagaikan doa, dimulai dari tahun 2007 saya telah mengunjungi Pulau Bali, 2011 mengunjungi Banjarmasin, Kalimantan Selatan sebagai representatif Pulau Kalimantan, 2013 dan 2015 mengunjungi Makassar dan Tana Toraja, Sulawesi Selatan sebagai representatif Pulau Sulawesi, 2013 mengunjungi Sorong dan Teluk Bintuni, Papua Barat sebagai representatif Pulau Papua, 2016 dan 2017 mengunjungi Kep. Tanimbar dan Ambon sebagai representatif Pulau Maluku, 2017 juga ke Kupang, NTT dan Kisar, MBD sebagai representatif Kepulauan Nusa Tenggara, dan terakhir 2018 saya berhasil mengunjungi Pekanbaru, Riau sebagai representatif Pulau Sumatra.

Sekali lagi kado terindah yang tak pernah saya lupakan di usia saya yang sudang menginjak 26 tahun. Syukur alhamdulillah, saya panjatkan pada Allah swt karena telah mengabulkan dan merencanakan setiap langkah sehingga saya berhasil meraih cita-cita ini atas ijin dan ridho-Nya, sungguh rencana yang terbaik adalah rencana dari Allah swt. Terima kasih pula saya sampaikan kepada Bapak I Putu Sutrisna yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan beliau kepada saya sehingga saya diperkenankan berangkat ke Pekanbaru, begitu juga Mbak Primisita Sutopo serta Aji dan Arrum yang telah menjadi rekan tim yang kompak selama kunjungan di Pekanbaru. Sebuah kado terindah dari keluarga CBS untuk saya yang mana adalah orang baru di keluarga ini, dan rekan-rekan yang turut mendoakan saya setiap kali saya menceritakan cita-cita saya kepada rekan-rekan sekalian tentang keinginan berkeliling Indonesia, sesungguhnya yakinilah bahwa “setiap ucapan itu adalah doa dan semakin banyak orang yang tahu akan cita-citamu maka sebanyak itulah doa yang akan mengiringi agar cita-citamu bisa tercapai, Amiiin. Sebuah pesan untuk rekan-rekan yang tak pernah berhenti untuk meraih mimpi karena dengan mimpi kita akan hidup! (DC)


Pasar Apung, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 2011

Masjid Al Karim, Martapura, Kalimantan Selatan, 2011

Bukit Salib, Teluk Bintuni, Papua Barat, 2013

Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan, 2013

Bantimurung, Makassar , Sulawesi Selatan, 2015

Raja Lima, Kep. Tanimbar, Maluku, 2017

 Bandara El Tari, Kupang, NTT, 2017

Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau, 2018

Kamis, 21 Desember 2017

NUSANTARA, WHAT'S NEXT?




Jum’at barokah di dua minggu menjelang akhir tahun. Sungguh hari yang luar biasa karena di hari ini bertepatan dengan hari ibu. Semoga kesehatan, kebaikan, dan kesejahteraan dilimpahkan kepada ibu kita masing-masing yang telah lama dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya mengandung dan membesarkan kita, putra – putrinya. Dalam setiap rintihan doa di dalam sujudnya, tiada doa yang terlewatkan untuk mendoakan putra-putrinya agar hidup dalam kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat.
Sedang 3 hari yang lalu, tepat di tanggal 19 Desember 2017, perguruan tinggi yang membesarkan saya juga telah berulang tahun. Di usianya yang ke 68 tahun semoga UGM selalu menghasilkan pemuda-pemuda yang berintegritas dan berintelektual tanpa pernah meninggalkan kearifan lokal yang menjadi nilai budaya dan akhlak masyarakat Indonesia. Berpikir besar, bertindak lebih, berakhlak mulia.
Di hari yang berbahagia dan berbarokah ini, ijinkan saya untuk berbagi cerita sedikit mengenai Nusantara. Ya, Nusantara. Kenapa saya mengambil nama Nusantara? Adakah diantara kalian yang masih ingat tentang Sumpah Palapa yang telah di gaungkan oleh patih terkenal dari Kerajaan Majapahit, yaitu Gadjah Mada? Kurang lebih beginilah isi sumpah tersebut, “Tidak akan aku makan buah pala sebelum seluruh Nusantara bersatu dalam payung Kerajaan Majapahit”. Maksud dalam sumpah sang patih tersebut adalah Patih Gadjah Mada tidak akan memakan buah pala (buah yang rasanya sangat enak) sebelum seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah terkenal ini akhirnya dapat di tuntaskan oleh Patih Gadjah Mada sehingga sebagian besar wilayah Nusantara takluk dibawah kekuasaan Majapahit.
Lalu apakah hubungannya Nusantara dengan saya? Sebuah keberuntungan dan anugerah yang diberikan kepada Allah swt kepada saya karena pada akhirnya saya juga menjadi seorang manusia yang telah beruntung bisa mengunjungi sebagian besar wilayah Nusantara di usia saya masih belia ini. Meskipun masih terdapat beberapa daerah yang belum bisa saya kunjungi, namun semangat untuk menggapai cita-cita mengunjungi seluruh daerah di Indonesia sebelum akhirnya saya mengambil studi keluar negeri masih tetap ada.
Keberuntungan tersebut bermula dari sebuah ucapan saya ketika masih kecil. Saat itu saya masih berumur 11 tahun (kelas 5 sd). Saat itu, dirumah terdapat sebuah lembaran bergambar Grha Sabha Pramana (Aula Utama UGM). Dalam ucapan saya kala itu berujar bahwa saya ingin bisa sekolah disana suatu saat nanti. Begitulah ucapan saya kala itu. Saat itu saya tidak pernah tahu nama sekolah dimana Grha Sabha Pramana itu berada.
Dalam perjalanannya, kondisi keuangan keluarga yang kurang membaik membuat cita-cita saya untuk bisa bersekolah dimana Grha Sabha Pramana berada mulai memudar. Saya sering menangis dikarenakan masalah keuangan keluarga dan sekolah. Saya ingin bersekolah di sekolah favorit, namun biaya sekolah yang tinggi membuat kondisi keuangan keluarga berantakan dan kondisi keluarga tidak kondusif. Namun, ibu selalu berada di belakangku. Selalu mendoakan dan memberi semangat bahwa jangan pernah menyerah. Meskipun ibu saya tidak tamat SD, namun ibu selalu memberikan semangat dan menenangkan saya ketika saya menangis ketika menghadapi biaya sekolah yang tinggi dan kondisi keuangan keluarga yang sedang tidak baik. Hingga akhirnya saya berhasil menyelesaikan wajib belajar saya, lulus SMA, dan akhirnya saya bisa berkuliah di tempat Grha Sabha Permana berada, di Universitas Gadjah Mada (UGM).


Awal perjalanan saya berkeliling ke sebagian besar daerah di seluruh Nusantara berawal dari sini. Agustus 2010 saya memulai perjalanan ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi saya. Setahun kemudian, tepatnya di bulan Oktober 2011 awal perjalanan saya untuk menjelajahi Nusantara. Perjalanan pertama saya ini adalah menuju ke kota Bajmarmasin, ibukota dari Kalimantan Selatan.
Berselang setahun kemudian, saya mulai mengunjungi Pulau Madura, sebuah pulau kecil di depan Pulau Jawa. Di Tahun 2013, saya memiliki kesempatan untuk melihat saudara di sebelah Timur Indonesia. Pada tahun ini saya diijinkan untuk mengunjungi Papua Barat bersama teman-teman dalam rangkan KKN PPM UGM. Dilanjutkan pula dengan singgah sementara di kota Makassar dan Tana Toraja di Pulau Sulawesi.
Berselang 1,5 tahun dari kelulusan saya dari UGM, saya mendapatkan tugas untuk ditempatkan di Tana Toraja. Selama kurang lebih 5 bulan saya pun tinggal dan menjadi bagian dari masyarakat suku Tana Toraja di Kabupaten Sulawesi Selatan. Ditahun berikutnya (Tahun 2016), saya pun belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat suku Duan Lolat di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku selama satu tahun dan singgah sementara di Ambon di pertengahan tahun 2017.
Akhirnya di penghujung tahun 2017, saya mendapat kesempatan untuk bisa mengunjungi Kota Kupang dan Pulau Kisar serta Wetar yang berbatasan langsung dengan negera Timor Leste.
Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk bisa melihat sebagian besar daerah di Nusantara dan berbaur bersama dengan masyarakat di daerah tersebut. Sebuah kesempatan yang tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya bisa mengunjungi, melihat, dan menjadi bagian masyarakat Nusantara.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibunda saya tersayang yang senantiasa mengiringi langkah saya dengan doa dan kasih sayang sehingga saya bisa sampai kondisi seperti ini. Semoga saya masih memiliki kesempatan untuk bisa mengunjungi beberapa daerah yang belum bisa saya kunjungi terutama Sumatra dan Nusa Tenggara. (dc)

Sabtu, 20 Agustus 2016

“HORMAT GERAK !!!” Jalan Poros Saumlaki Hormat Kepadamu Bendera Merah Putihku


Hari senin di minggu awal bulan Agustus yang sangat luar biasa. Saya tidak menyangka bahwa hari tersebut akan menjadi sebuah hari yang luar biasa bagi saya dari negeri di ufuk Tenggara Barat Indonesia.

Ketika membicarakan mengenai  kata “Senin”, maka yang akan terngiang dalam benak saya adalah sebuah hari yang berat dimana semua perkejaan akan kita mulai lagi setelah nikmatnya libur akhir pekan. Walaupun demikian, hari Senin juga merupakan hari yang luar biasa bagi para siswa sekolah karena pada hari Senin, siswa – siswa pasti akan melaksanakan upacara bendera.

Nah, inilah pengalaman pertama saya melaksanakan upacara hari Senin di daerah Maluku Tenggara Barat. Sebagai seorang penggerak yang nantinya akan menjad guru di daerah penempatan, saya dan teman-teman diharapkan untuk bisa dan merasakan menjalankan tugas sebagai seorang petugas upacara. Sehingga saat di penempatan nantinya, saya dan teman-teman dapat membimbing siswa-siswa di sekolah pedalaman untuk melaksanakan upacara bendera, selain juga untuk melatih dan menumbuhkan sikap displin selama pelatihan.

Pada pelaksanaan upacara pertama di awal bulan Agustus kemarin, saya bertugas sebagai seorang pemimpin upacara. Saya berusaha melaksanakan tugas yang saya jalani dengan bersungguh-sungguh dan mengeluarkan seluruh kemampuan yang saya miliki. Begitu juga dengan teman-teman saya yang lain, saya juga memotivasi untuk bisa menampilkan pelaksanaan tugas yang terbaik.

Upacara dilakukan di halaman depan Kantor Perpustakaan Daerah Saumlaki, yang langsung berhadapan dengan jalan poros Kota Saumlaki. Jalan ini selalu ramai karena menjadi jalan penghubung utama antar daerah di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Disamping itu, seluruh perkantoran juga didirikan disepanjang jalan poros ini.

Upacara pun dimulai, saya pun memimpin barisan peserta upacara. Pada detik-detik Bendera Merah Putih akan dinaikkan, jantung saya berdetak karena takut apabila bendera tidak terbuka dengan baik. Dan sayangnya, rasa takut saya pun terjadi, bendera terbelit oleh tali sehingga bendera berkibar tidak berkibar dengan sempurna. Setelah diperbaiki dan petugas pengibar mengatakan “Bendera siap”, dengan sangat lantang dan tegas saya berteriak “Kepada Bendera Merah Putih, HORMAT GERAK !!!” Sebuah keajaiban terjadi tepat di depan mata saya. SELURUH PENGENDARA SEPEDA MOTOR, MASYARAKAT, DAN POLISI yang sedang bertugas dan berlalu lalang di Jalan Poros Saumlaki, semuanya berhenti dan memandang dengan sikap hormat ke arah kami untuk melihat dan menghormati naiknya Sang Bendera Merah Putih.

Sebuah hal yang sangat luar biasa dan baru kali pertama aku temukan di Bumi Tanimbar. Masyarakat yang memiliki jiwa patriotisme tinggi dan semangat bela negara yang luar biasa ditunjukkan oleh masyarakat Tanimbar. Setelah bendera telah sampai pada ujung tiang bendera dan sikap hormat ditegakkan, kembali suara-suara lalu lalang dari kendaraan-kendaraan di jalan poros.

Kemudian upacara selesai dan kegiatan pelatihan dilanjutkkan sebagai mana biasanya. Sebuah pengalaman yang sangat luar biasa yang tidak akan pernah kulupakan. Kala sebuah gelegar suara mampu menjadi penegas dari sebuah keagungan dari Bendera Merah Putih di Bumi Maluku Tenggara Barat yang membuat seluruh masyarakat yang terdapat di Jalan Poros berhenti sejenak untuk memberikan kepada Bendera Merah Putih yang kembali berkibar di birunya langit Indonesia.

Luar biasa benderaku, bendera negara, bendera pemersatu keanekaragaman, bendera perjuangan, yang senantiasa berkibar di seluruh ujung birunya langit Indonesia. Dirgahayu Indonesia ke 71, Indonesia Selalu di Hatiku... (D.C.)

Senin, 11 Juli 2016

Desa Miallo, Kecamatan Mappak, Kabupaten Tana Toraja





                Berada di ujung Barat Laut dari Propinsi Sulawesi Selatan, terdapat sebuah daerah yang berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Barat. Daerah tersebut memiliki topografi pegunungan dengan ketinggian rata-rata diatas 1000 mdpl. Daerah tersebut bernama Mappak, masuk dalam teritorial Kabupaten Tana Toraja yang berbatasan dengan Kabupaten Mamasa. Kecamatan Mappak terdiri atas 5 desa dan 1 kelurahan, diantaranya adalah Desa Butang, Desa Miallo, Desa Tanete, Desa Sangpeparikan, Desa Dewata, dan Kelurahan Kondodewata.


                Desa Miallo merupakan salah satu desa tertua diantara kelima desa lainnya. Berdiri semenjak zaman penjajahan Belanda dan hingga saat ini masih terdapat peninggalan Bangsa Belanda yaitu berupa sebuah bangunan tua yang sekarang dijadikan kantor desa dan sebuah benteng yang terletak di atas gunung. Akses untuk menuju ke Desa Miallo bisa dikatakan sangat sulit karena perjalanan harus melalui jalanan lumpur dan berbatu yang menanjak dan menurun dengan tebing-tebing curam pada setiap sisi-sisi jalan. Tak jarang banyak kendaraan yang rusak ataupun jatuh ke dalam jurang karena sulitnya medan yang dilalui untuk menuju ke Desa Miallo. Walaupun demikian, suguhan asri dari pemandangan alam menjadi obat penawar dalam perjalanan.


                Desa Miallo dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar merupakan kerabat saudara yang sudah sejak lama tinggal di desa tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa satu desa ini semuanya memiliki hubungan keluarga yang lumayan dekat. Sebagian besar masyarakatnya menganut agama nenek moyang yang disebut Alo’todolo atau juga disebut sebagai Hindu Toraja. Sebagian yang lain sudah ada yang menganut nasrani. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah berkebun. Kopi merupakan komoditas terbesar diantara semua mata pencaharian masyarakat. Selain berkebun, masyarakat juga berprofesi sebagai petani. Namun hasil pertanian kebanyakan tidak dijual, hanya dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat.


                Pemandangan alam yang luar biasa asri dan sangat sejuk memberikan nuansa ketenangan yang jarang bisa ditemui di perkotaan. Di desa ini kita masih dapat melihat hewan-hewan seperti kuda yan dulunya digunakan masyarakat sebagai pengangkut barang, kerbau dan babi yang dipelihara masyarakat untuk dijadikan persembahan saat pesta kematian, dan ayam serta anjing. Desa Miallo merupakan salah satu desa yang wilayahnya dibelah oleh aliran Sungai Mappak. Sungai Mappak memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Aliran Sungai Mappak membantu masyarakat untuk mengairi sawah, selain itu pasir dan kerikil dari aliran sungai ini juga dimanfaatkan untuk membangun jalan dan sarana pra sarana di desa. Selain itu, besarnya debit aliran air Sungai Mappak juga dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan listrik, yaitu melalui PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro) yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun lamanya.

      
          Desa Miallo juga menyimpan sejuta keindahan, selain sawah yang indah dengan tatanan terasering, hutan-hutan pinus dan bambunya, aliran Sungai Mappak, rupanya di Desa Miallo juga tersimpan beberapa air terjun yang sangat indah dan menawan. Salah satu air terjun tersebut berada di Dusun Se’pon. Sebuah dusun yang letakknya jauh diatas gunung. Dari dusun ini, terlihat dengan jelas Desa Tanete, Desa Kondodewata, dan Desa Dewata. Air Terjun setinggi 10 meter ini mengalir deras saat musim hujan. Selain itu, air terjun ini juga digunakan untuk melistriki Dusun Se’pon dengan memanfaatkan debit airnya sebagai pemutar turbin berkapasitas 5 kW (PLTMH) Namun yang patut disayangkan adalah lokasi untuk menuju ke air terjun masih bisa dibilang cukup berbahaya karena disamping masih belum terdapat jalan setapak, jalanan yang dilalui juga sempit dan terdapat jurang yang sangat dalam disisi luarnya. Namun untuk mencapai sebuah tempat yang begitu indah terkadang memang diperlukan perjuangan yang cukup berat.


                Itulah sebagian kecil dari banyaknya keindahan yang dapat di temui di Desa Miallo. Sebuah desa kecil yang masuk dalam daerah yang jauh dari peradaban modern. Jika sedang dalam perjalanan menuju ke Kabupaten Mamasa dari Makasar menggunakan mobil, ketika sampai di daerah Sibanawa carilah jalan menuju ke Kecamatan Simbuang. Jika sedang berada di Kabupaten Tana Toraja, lakukanlah perjalanan dengan menggunakan ojek untuk menuju ke daerah Mappak karena jalan yang ditempuh akan jauh lebih sulit jika menggunakan mobil. Temukan kesejukkan dan keindahan alam yang tiada duanya di Bumi Sulawesi..

Jumat, 08 Juli 2016

Hati itu Lemah Bagaikan Daun Kering yang Mudah Terbakar




Heart atau yang biasa diartikan sebagai jantung dalam terminologi bahasa Indonesia dapat juga berarti sebagai hati. Sebuah kata konotasi yang memiliki arti sebagai tempat dimana seluruh rasa sedih, senang, cinta, kasih sayang, dan segalanya bersemayam. Namun yang cukup aneh, lokasi ‘hati’ ini terletak di dada sebelah kiri terlindung oleh tulang rusuk (padahal lokasi hati yang sebenarnya ada di bagian perut dekat dengan lambung dan pankreas.

Rupanya hati yang sering diucapkan sebagai sumber segala perasaan ini merupakan organ yang paling lemah dari seluruh tubuh manusia. Sangat lemahnya organ ini, hati hanya memiliki satu fungsi yakni mengeluarkan emosi atau perasaan yang dapat menstimulasi atau merangsang seluruh anggota gerakan pada tubuh, seperti halnya hormon. Begitu pentingnya organ ini sampai-sampai hati dilindungi oleh tulang rusuk (lokasi hati diidentikan dengan lokasi jantung).

Ketika kita merasakan kebahagiaan, maka hati kita akan berbunga-bunga. Namun ketika kita sedang merasakan kesedihan maka kita akan merasakan ketidaknyamanan. Bagaikan daun kering yang ketika tersulut api akan segera terbakar, maka hati pun demikian. Begitu lemahnya hati maka akan hati itu mudah terbakar seperti halnya daun yang kering. Sekalinya tersulut maka seluruh perasaan dalam hati akan keluar dan muncullah namanya perasaan cemburu. Perasaan ini akan muncul disertai emosi yang kuat dan dalam sehingga setiap tindakan yang dilakukan terkadang diluar kesadaran diri.

Menangis kadang kala diidentikkan dengan perasaan yang lemah, perasaan yang rapuh. Namun sesungguhnya mereka yang menangis maka mereka memiliki hati yang kuat hati yang tidak lemah dan tangguh. Bagaimana bisa? Hal ini dikarenakan mereka yang dapat menangis maka hatinya terisi. Hatinya akan tidak mudah disulut oleh api kecemburuan atau emosi yang diluar kesadarannya. Menangis akan membasahi hati sehingga dia akan memiliki perasaan yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Ketabahan dan kesabaran akan muncul sebagai wujud dari kuat dan teguhnya hati karena mereka selalu berusaha untuk menguatkan hatinya dari segala cobaan. Batu yang keras pun akan terbelah oleh air yang selalu menetes diatasnya secara terus menerus. Sama halnya dengan tangisan akan melumerkan hati yang telah membatu, akan membasahi daun kering yang mudah terbakar.

Maka jangan salah artikan sebuah tangisan karena menangis adalah sebuah anugerah yang mana disana kita sedang berusaha untuk menguatkan hati agar tidak menjadi lemah seperti  halnya daun kering yang mudah terbakar....

Kamis, 19 Mei 2016

Kehidupan dari Kematian

Kini ku hidup
Matiku besuk menghampiri
Berkelana aku ke ujung dunia haru
tak kutemukan apapun jua, disini

Hampa, sunyi, dan sepi
tak ada seorangpun kutemui
Dingin, takut, serta ngeri
dalam benak di sanubari

Jauh dilubuk hati ini
ku menanti sesosok
Sosok cahaya yang membimbing
dalam pahitnya rasa, kosong

Tetes air hati mulai membasahi
namun, mataku tetap mengering
Tertusuk hati ini dihujam belati
namun mulutku tak pernah meraung
Ada apa gerangan dengan raga ini?
Jiwa melayang terbawa sendu

Kini, aku tak merasakan apa apa
Tak ku tahu apa itu senang, sedih, bahagia
Empati tak berbekas dengan simpati yang terbawa oleh buih

Jiwaku tenggalam dalam samudra
berteriak, meraung, meronta ronta
Ragaku, terdiam dalam derita
menjadi mayat hidup tanpa rasa

Mati ku jiwa ini
Hiduplah raga di dunia ini
Jauh dibawah sana ku menunggu
Datangnya kematian dari sang penjemput

Selasa, 10 Mei 2016

Dunia Lain dari Mappak


Sebuah dunia tercipta di belahan bumi Sulawesi Selatan. Daerah yang berada di antara perbatasan Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Memiliki topografi pegunungan dengan aliran sungai besar yang menjadi sumber kehidupan utama. Daerah tersebut dikenal dengan nama Mappak, sebuah kecamatan yang terisolir dan terpinggirkan dari sebagian besar kecamatan yang terdapat di Kabupaten Tana Toraja. Kecamatan Mappak terbagi atas 5 lembang dan 1 kelurahan, yaitu Lembang Butang, Lembang Miallo, Lembang Tanete, Lembang Sangpeparikan, dan Lembang Dewata serta Kelurahan Kondodewata.

Disebut sebagai dunia lain karena di era modern saat ini, masyarakat Mappak masih belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Akses jalan untuk menuju ke lembang-lembang di Mappak masih sangat sulit. Selain itu, belum adanya jaringan telekomunikasi membuat daerah ini menjadi daerah yang jauh dari kata globalisasi. Walaupun demikian, dibalik kesulitan medan dan akses telekomunikasi. Mappak menyimpan harta karun yang sangat luar biasa, yakni kondisi alam yang masih sangat asri dan seimbang, menjadikan masyarakat hidup dengan harmonis dengan alam.

Untuk menuju Mappak memang diperlukan sebuah perjuangan keras karena medan yang sangat luar biasa sulit. Jalanan yang dilalui adalah batu-batuan dan tanah lempung yang jika musim hujan tiba maka tanah tersebut akan berubah menjadi kubangan lumpur. Selain itu jalanan juga mendaki dengan disisi-sisinya berupa tebing dan jurang. Awa saja jika kendaraan yang dikendarai tiba-tiba hilang kendali dalam kecepatan yang masih tinggi, maka bersiap untuk menghadapi resik jatuh ke dalam jurang atau menabrak tebing.
Kendaraan yang bisa dikatan mudah untuk mengakses kesana hanyalah kendaraan darat seperti sepeda motor atau mobil 4 WD. Pada musim kemarau, semua kendaraan darat dapat masuk dengan lancar, namun saat musim hujan telah datang, banyaknya lumpur dan kondisi tanah yang tidak stabil mengakibatkan longsor. Sehingga membuat jalanan menjadi semakin jelek dan sulit untuk dilalui.

Meskipun akses menuju ke Mappak sangat sulit, hal itu tidak akan menjadi derita karena selama perjalanan mata akan disuguhkan dengan pemandangan yang sangat memukau hati. Bentangan lahan sawah dengan sistem tumpang sari yang dibelah oleh aliran Sungai Mappak begitu memanjakan mata.

Setelah perjalanan panjang, maka mulailah tampak lembang pertama Kecamatan Mappak, yakni Lembang Butang. Selanjutnya jika terus mengikuti jalan poros, maka akan sampai di Lembang Miallo, lanjut ke Lembang Tanete, dan berujung ke Kelurahan Kondodewata. Untuk menuju ke Lembang Sangpeparikan maka rute yang dituju adalah arah menuju puncak gunung dari arah Lembang Tanete. Sedangkan untuk menuju ke Lembang Dewata, perjalanan dilanjutkan dari Kondodewata terus menuju ke arah Kantor Kecamatan Mappak baru nanti akan tiba di Lembang Dewata.

Minggu, 24 April 2016

Sunrise Pertama dari Sikunir

Pukul 3 pagi ku mulai terjaga dari labuhan pulau kapuk. Udara dingin yang sudah lama aku rasakan di "dunia lain" seperti telah kadaluarsa karena udara di dieng jauh lebih menusuk kulit... brrr....
Segera ku bersiap, kukenakan jaket tebal dan ku mulai perjalanan menuju ke bukit sikunir yang sudah lama sekali aku tak kesana. Perjalanan ku lalui dengan menggunakan sepeda motor untuk pertama kalinya dan aku merasakan kebingungan. Karena dulunya aku menuju ke sikunir bersama rombongan teman-teman KOMMUN menaiki bis kecil, sedangkan sekarang menaiki motor. Jadi ada amnesia rute perjalanan, hehehe.

Walau sedikit ragu-ragu, akhirnya tiba juga di area parkir sikunir. Udara dingin memang membuat perut lapar, akhirnya singgah dulu ke warung untuk beli kopi jahe, mendoan, arem-arem, dan kentang dieng. Mmm, yummy... lumayan untuk mengganjal usus di bagian pojok atas sebelah kiri... hahaha
Setelah puas, lanjut berjalan menuju bukitnya. Rupanya perjalanan menuju sikunir sudah banyak perubahan. Seingatku kali terakhir kesana jalanan masih bertanah, namun sekarang sudah berubah menjadi berpaving, jadi nyaman...

Perjalanan sepanjang 800 meter dengan anak-anak tangga yang terbuat dari batuan membuat aku bernostalgia saat datang kesini bersama dengan teman-teman KOMMUN.

Perjalananku pun berakhir di point of view bukit sikunir. Sialnya, aku sudah kesiangan, beberapa spot terbaik untuk menikmati sunrise dengan latar belakang Gunung Sundiro dan Sumbing sudah banyak ditempati oleh para pengunjung, akhirnya aku hanya bisa melihat dari titik yang kurang bagus, tapi tak apalah..

Tepat pukul 05.51, matahari pun mulai menampakkan dirinya. Menyinari dataran dieng dari balik ufuk horizon. Awan-awan yang membalut dataran tinggi menyadarkan bahwa kini aku sedang berada di negeri diatas awan. Seolah menyapa dengan sambutan, "Selamat Datang", sang matahari pun terus menaik dan semakin terang cahayanya. Sunrise pertama yang aku terima dari perjalanan panjang dari "dunia lain"... Subhahanallah...
Aku masih bisa menikmati pemandangan yang luar biasa....

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...