Tanggal 5 Agustus 2018, merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi saya.
Pada hari kedua diusia saya yang ke-26 tahun, akhirnya saya bisa menginjakkan
kaki ke tanah Sumatra yang sudah sangat ingin saya kunjungi. Kebahagiaan saya
yang begitu besar ini memiliki alasan khusus yang memang tidak banyak orang
ketahui kecuali orang-orang terdekat saja. Alasan khusus itu adalah akhirnya saya
bisa memenuhi cita-cita saya yang ingin bisa mengelilingi Indonesia, sehingga
kunjungan saya ke tanah Sumatra ini merupakan sebuah impian sekaligus kado
terindah di usia saya yang ke-26 tahun.
Awal mula saya bisa berkunjung ke Sumatra ini adalah adanya tugas kunjungan
yang diamanahkan oleh kantor dimana saya bernaung sekarang. Kantor saya sedang
menjalankan proyek inventarisasi gas rumah kaca di dua provinsi percontohan.
Dua provinsi percontohan tersebut adalah Provinsi Riau di Pulau Sumatra dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di Gugusan Kepulauan Nusa Tenggara (dulunya
Sunda Kecil).
Di awal bulan Agustus, agenda kunjungan sudah disepakati antara pihak user dan tim proyek dari kantor saya.
Untuk tugas kunjungan pertama adalah ke Kupang, NTT dan kemudian berselang 2
hari dilanjutkan ke Pekanbaru, Riau. Segala keperluan untuk keberangkatan sudah
disiapkan jauh-jauh hari. Sebelum keberangkatan tim pertama ke Kupang, pimpinan
proyek menyampaikan pada saya bahwa saya tidak dimasukkan dalam tim pertama
yang berangkat ke Kupang, melainkan saya akan diberangkatkan dalam tim kedua
untuk kegiatan di Pekanbaru. Pada saat itu, saya cukup berdebar-debar karena tinggal
selangkah lagi cita-cita saya untuk bisa berkeliling Indonesia akan tercapai.
Setelah tim pertama berangkat ke Kupang, tiba-tiba muncul keraguan dari
dalam diri saya. Saya tidak tahu apakah alasan saya menjadi ragu-ragu untuk
menerima amanah tugas kunjungan ke Pekanbaru. Keesokan harinya, ada chat masuk
digrup wa kantor bahwa tim kedua yang akan diberangkatkan ke Pekanbaru belum
fix dan akan dipastikan sehari setelah tim pertama kembali ke Jakarta, walaupun
demikian nama saya dan nama salah satu rekan saya sudah tertulis menjadi orang
yang akan diberangkatkan ke Pekanbaru. Awal membaca chat tersebut, tidak terbesit
apapun dalam benak saya. Saya hanya fokus pada pekerjaan di kantor untuk
mempersiapkan dokumen kunjungan ke Pekanbaru bersama dengan dua rekanku, Aji
dan Annas serta membuat buku panduan pelatihan yang merupakan salah satu materi
dalam proyek ini.
Keesokan paginya, ada suatu perasaan yang membuat saya tidak enak dan membuat
pikiran saya kacau sehingga saya tidak bisa berkonsentrasi selama di kantor.
Disaat itu pula saya merasakan kembali perasaan bahwa saya belum bisa
menjalankan amanah untuk berangkat kunjungan ke Pekanbaru. Perasaan itu terus
mengganggu hingga akhirnya malam sepulang dari kantor saya mencoba menghubungi
ibunda saya untuk meminta ijin dan restu apabila saya diberangkatkan ke
Pekanbaru. Setelah memperoleh ijin, perasaan saya masih tidak enak dan saya
mencoba mengutarakan keinginan kepada salah seorang manajer yang sedang ada di
Kupang. Saya menyampaikan padanya bahwa apakah bisa saya digantikan oleh rekan
yang lain. Sang manajer tidak lantas mengatakan iya, dia bertanya pada saya
tentang alasan saya sedangkan saya sendiri pun tidak tahu apa alasan yang
membuat saya ingin digantikan. Tak berselang lama kemudian, saya pun dihubungi
oleh pimpinan proyek yang ingin menanyakan alasan kenapa saya tidak ingin
diberangkatkan ke Pekanbaru. Sekali lagi, saya pun tidak tahu alasan yang
membuat diri ini bertanya demikian, padahal kesempatan pergi ke Pulau Sumatra
ini adalah kesempatan yang paling saya tunggu-tunggu. Saya pun tidak bisa
menyampaikan hal apapun lagi kepada pemimpin proyek. Setelah berkomunikasi dan
menyampaikan beberapa hal tersebut, akhirnya perasaan saya bisa sedikit lega.
Setelah tim pertama kembali ke Jakarta, diputuskanlah tim kedua yang
berangkat ke Pekanbaru dan nama saya tetap ada dalam tim tersebut bersama
rekanku Aji. Keberangkatan kami pun dipercepat, yang seharusnya kami berangkat
hari Senin pagi tanggal 6 Agustus diubah menjadi Minggu siang di tanggal 5
Agustus. Keputusan tersebut saya terima dengan senang hati. Akhirnya, saya dan
Aji pun berangkat ke bandara. Nyaris saja kami ketinggalan pesawat dan
meninggalkan barang penting di bandara karena kedatangan kami di bandara yang
sangat mepet dengan waktu boarding pesawat yang akan habis.
Akhirnya kami pun terbang dan tiba di Pekanbaru di waktu sore hari. Udara
dan pemandangan Pulau Sumatra yang sudah lama saya impikan terasa menyenangkan.
Selama perjalanan keluar bandara hingga ke hotel tempat saya dan Aji menginap saya
selalu takjub dan bahagia melihat kondisi masyarakat di Pekanbaru, salah satu
bagian dari masyarakat Pulau Sumatra. Selama 5 hari pelaksanaan kunjungan di
Pekanbaru, semua berjalan dengan baik dan acara bisa berjalan dengan sukses dan
lancar. Sekarang mimpi saya untuk mengelilingi Indonesia telah tercapai dan
mengunjungi Pekanbaru menjadi kado sekaligus puncak pencapaian cita-cita saya
untuk mengelilingi Indonesia.
Sebagai informasi, saat saya kuliah saya pernah berpesan kepada salah
seorang alumni bahwa saya ingin bisa berkeliling Indonesia sebelum akhirnya saya
harus menikah atau mengambil sekolah keluar negeri. Minimal saya harus
mengunjungi pulau-pulau besar di Indonesia sebagai representatif saya telah
mengelilingi Indonesia. Dan syukur Alhamdulillah, ucapan tersebut bagaikan doa,
dimulai dari tahun 2007 saya telah mengunjungi Pulau Bali, 2011 mengunjungi
Banjarmasin, Kalimantan Selatan sebagai representatif Pulau Kalimantan, 2013
dan 2015 mengunjungi Makassar dan Tana Toraja, Sulawesi Selatan sebagai
representatif Pulau Sulawesi, 2013 mengunjungi Sorong dan Teluk Bintuni, Papua
Barat sebagai representatif Pulau Papua, 2016 dan 2017 mengunjungi Kep.
Tanimbar dan Ambon sebagai representatif Pulau Maluku, 2017 juga ke Kupang, NTT
dan Kisar, MBD sebagai representatif Kepulauan Nusa Tenggara, dan terakhir 2018
saya berhasil mengunjungi Pekanbaru, Riau sebagai representatif Pulau Sumatra.
Sekali lagi kado terindah yang tak pernah saya lupakan di usia saya yang
sudang menginjak 26 tahun. Syukur alhamdulillah, saya panjatkan pada Allah swt
karena telah mengabulkan dan merencanakan setiap langkah sehingga saya berhasil
meraih cita-cita ini atas ijin dan ridho-Nya, sungguh rencana yang terbaik
adalah rencana dari Allah swt. Terima kasih pula saya sampaikan kepada Bapak I
Putu Sutrisna yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan beliau kepada
saya sehingga saya diperkenankan berangkat ke Pekanbaru, begitu juga Mbak
Primisita Sutopo serta Aji dan Arrum yang telah menjadi rekan tim yang kompak
selama kunjungan di Pekanbaru. Sebuah kado terindah dari keluarga CBS untuk saya
yang mana adalah orang baru di keluarga ini, dan rekan-rekan yang turut
mendoakan saya setiap kali saya menceritakan cita-cita saya kepada rekan-rekan
sekalian tentang keinginan berkeliling Indonesia, sesungguhnya yakinilah bahwa
“setiap ucapan itu adalah doa dan semakin banyak orang yang tahu akan
cita-citamu maka sebanyak itulah doa yang akan mengiringi agar cita-citamu bisa
tercapai, Amiiin. Sebuah pesan untuk rekan-rekan yang tak pernah berhenti untuk
meraih mimpi karena dengan mimpi kita akan hidup! (DC)
Pasar Apung, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 2011
Masjid Al Karim, Martapura,
Kalimantan Selatan, 2011
Bukit Salib, Teluk Bintuni, Papua Barat,
2013
Rantepao, Tana Toraja, Sulawesi Selatan,
2013
Bantimurung, Makassar , Sulawesi Selatan, 2015
Raja Lima, Kep. Tanimbar, Maluku, 2017
Bandara El Tari, Kupang, NTT, 2017
Anjung Seni Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau, 2018



Tidak ada komentar:
Posting Komentar