Jum’at barokah di dua minggu
menjelang akhir tahun. Sungguh hari yang luar biasa karena di hari ini bertepatan
dengan hari ibu. Semoga kesehatan, kebaikan, dan kesejahteraan dilimpahkan
kepada ibu kita masing-masing yang telah lama dengan penuh kesabaran dan kasih
sayangnya mengandung dan membesarkan kita, putra – putrinya. Dalam setiap
rintihan doa di dalam sujudnya, tiada doa yang terlewatkan untuk mendoakan
putra-putrinya agar hidup dalam kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat.
Sedang 3 hari yang lalu, tepat di
tanggal 19 Desember 2017, perguruan tinggi yang membesarkan saya juga telah
berulang tahun. Di usianya yang ke 68 tahun semoga UGM selalu menghasilkan
pemuda-pemuda yang berintegritas dan berintelektual tanpa pernah meninggalkan
kearifan lokal yang menjadi nilai budaya dan akhlak masyarakat Indonesia.
Berpikir besar, bertindak lebih, berakhlak mulia.
Di hari yang berbahagia dan
berbarokah ini, ijinkan saya untuk berbagi cerita sedikit mengenai Nusantara.
Ya, Nusantara. Kenapa saya mengambil nama Nusantara? Adakah diantara kalian
yang masih ingat tentang Sumpah Palapa yang telah di gaungkan oleh patih
terkenal dari Kerajaan Majapahit, yaitu Gadjah Mada? Kurang lebih beginilah isi
sumpah tersebut, “Tidak akan aku makan buah pala sebelum seluruh Nusantara
bersatu dalam payung Kerajaan Majapahit”. Maksud dalam sumpah sang patih
tersebut adalah Patih Gadjah Mada tidak akan memakan buah pala (buah yang
rasanya sangat enak) sebelum seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan
Majapahit. Sumpah terkenal ini akhirnya dapat di tuntaskan oleh Patih Gadjah
Mada sehingga sebagian besar wilayah Nusantara takluk dibawah kekuasaan
Majapahit.
Lalu apakah hubungannya Nusantara
dengan saya? Sebuah keberuntungan dan anugerah yang diberikan kepada Allah swt
kepada saya karena pada akhirnya saya juga menjadi seorang manusia yang telah
beruntung bisa mengunjungi sebagian besar wilayah Nusantara di usia saya masih
belia ini. Meskipun masih terdapat beberapa daerah yang belum bisa saya
kunjungi, namun semangat untuk menggapai cita-cita mengunjungi seluruh daerah
di Indonesia sebelum akhirnya saya mengambil studi keluar negeri masih tetap ada.
Keberuntungan tersebut bermula
dari sebuah ucapan saya ketika masih kecil. Saat itu saya masih berumur 11
tahun (kelas 5 sd). Saat itu, dirumah terdapat sebuah lembaran bergambar Grha
Sabha Pramana (Aula Utama UGM). Dalam ucapan saya kala itu berujar bahwa saya
ingin bisa sekolah disana suatu saat nanti. Begitulah ucapan saya kala itu. Saat
itu saya tidak pernah tahu nama sekolah dimana Grha Sabha Pramana itu berada.
Dalam perjalanannya, kondisi
keuangan keluarga yang kurang membaik membuat cita-cita saya untuk bisa
bersekolah dimana Grha Sabha Pramana berada mulai memudar. Saya sering menangis
dikarenakan masalah keuangan keluarga dan sekolah. Saya ingin bersekolah di
sekolah favorit, namun biaya sekolah yang tinggi membuat kondisi keuangan
keluarga berantakan dan kondisi keluarga tidak kondusif. Namun, ibu selalu
berada di belakangku. Selalu mendoakan dan memberi semangat bahwa jangan pernah
menyerah. Meskipun ibu saya tidak tamat SD, namun ibu selalu memberikan
semangat dan menenangkan saya ketika saya menangis ketika menghadapi biaya
sekolah yang tinggi dan kondisi keuangan keluarga yang sedang tidak baik. Hingga
akhirnya saya berhasil menyelesaikan wajib belajar saya, lulus SMA, dan
akhirnya saya bisa berkuliah di tempat Grha Sabha Permana berada, di
Universitas Gadjah Mada (UGM).
Awal perjalanan saya berkeliling
ke sebagian besar daerah di seluruh Nusantara berawal dari sini. Agustus 2010 saya
memulai perjalanan ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi saya. Setahun
kemudian, tepatnya di bulan Oktober 2011 awal perjalanan saya untuk menjelajahi
Nusantara. Perjalanan pertama saya ini adalah menuju ke kota Bajmarmasin,
ibukota dari Kalimantan Selatan.
Berselang setahun kemudian, saya
mulai mengunjungi Pulau Madura, sebuah pulau kecil di depan Pulau Jawa. Di Tahun
2013, saya memiliki kesempatan untuk melihat saudara di sebelah Timur
Indonesia. Pada tahun ini saya diijinkan untuk mengunjungi Papua Barat bersama
teman-teman dalam rangkan KKN PPM UGM. Dilanjutkan pula dengan singgah
sementara di kota Makassar dan Tana Toraja di Pulau Sulawesi.
Berselang 1,5 tahun dari
kelulusan saya dari UGM, saya mendapatkan tugas untuk ditempatkan di Tana
Toraja. Selama kurang lebih 5 bulan saya pun tinggal dan menjadi bagian dari
masyarakat suku Tana Toraja di Kabupaten Sulawesi Selatan. Ditahun berikutnya (Tahun
2016), saya pun belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat suku Duan Lolat di
Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku selama
satu tahun dan singgah sementara di Ambon di pertengahan tahun 2017.
Akhirnya di penghujung tahun
2017, saya mendapat kesempatan untuk bisa mengunjungi Kota Kupang dan Pulau
Kisar serta Wetar yang berbatasan langsung dengan negera Timor Leste.
Alhamdulillah saya masih
diberikan kesempatan untuk bisa melihat sebagian besar daerah di Nusantara dan
berbaur bersama dengan masyarakat di daerah tersebut. Sebuah kesempatan yang
tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya bisa mengunjungi, melihat, dan
menjadi bagian masyarakat Nusantara.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibunda saya
tersayang yang senantiasa mengiringi langkah saya dengan doa dan kasih sayang
sehingga saya bisa sampai kondisi seperti ini. Semoga saya masih memiliki
kesempatan untuk bisa mengunjungi beberapa daerah yang belum bisa saya kunjungi
terutama Sumatra dan Nusa Tenggara. (dc)


Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus