Kamis, 21 Desember 2017

NUSANTARA, WHAT'S NEXT?




Jum’at barokah di dua minggu menjelang akhir tahun. Sungguh hari yang luar biasa karena di hari ini bertepatan dengan hari ibu. Semoga kesehatan, kebaikan, dan kesejahteraan dilimpahkan kepada ibu kita masing-masing yang telah lama dengan penuh kesabaran dan kasih sayangnya mengandung dan membesarkan kita, putra – putrinya. Dalam setiap rintihan doa di dalam sujudnya, tiada doa yang terlewatkan untuk mendoakan putra-putrinya agar hidup dalam kebahagiaan baik di dunia dan di akhirat.
Sedang 3 hari yang lalu, tepat di tanggal 19 Desember 2017, perguruan tinggi yang membesarkan saya juga telah berulang tahun. Di usianya yang ke 68 tahun semoga UGM selalu menghasilkan pemuda-pemuda yang berintegritas dan berintelektual tanpa pernah meninggalkan kearifan lokal yang menjadi nilai budaya dan akhlak masyarakat Indonesia. Berpikir besar, bertindak lebih, berakhlak mulia.
Di hari yang berbahagia dan berbarokah ini, ijinkan saya untuk berbagi cerita sedikit mengenai Nusantara. Ya, Nusantara. Kenapa saya mengambil nama Nusantara? Adakah diantara kalian yang masih ingat tentang Sumpah Palapa yang telah di gaungkan oleh patih terkenal dari Kerajaan Majapahit, yaitu Gadjah Mada? Kurang lebih beginilah isi sumpah tersebut, “Tidak akan aku makan buah pala sebelum seluruh Nusantara bersatu dalam payung Kerajaan Majapahit”. Maksud dalam sumpah sang patih tersebut adalah Patih Gadjah Mada tidak akan memakan buah pala (buah yang rasanya sangat enak) sebelum seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan Majapahit. Sumpah terkenal ini akhirnya dapat di tuntaskan oleh Patih Gadjah Mada sehingga sebagian besar wilayah Nusantara takluk dibawah kekuasaan Majapahit.
Lalu apakah hubungannya Nusantara dengan saya? Sebuah keberuntungan dan anugerah yang diberikan kepada Allah swt kepada saya karena pada akhirnya saya juga menjadi seorang manusia yang telah beruntung bisa mengunjungi sebagian besar wilayah Nusantara di usia saya masih belia ini. Meskipun masih terdapat beberapa daerah yang belum bisa saya kunjungi, namun semangat untuk menggapai cita-cita mengunjungi seluruh daerah di Indonesia sebelum akhirnya saya mengambil studi keluar negeri masih tetap ada.
Keberuntungan tersebut bermula dari sebuah ucapan saya ketika masih kecil. Saat itu saya masih berumur 11 tahun (kelas 5 sd). Saat itu, dirumah terdapat sebuah lembaran bergambar Grha Sabha Pramana (Aula Utama UGM). Dalam ucapan saya kala itu berujar bahwa saya ingin bisa sekolah disana suatu saat nanti. Begitulah ucapan saya kala itu. Saat itu saya tidak pernah tahu nama sekolah dimana Grha Sabha Pramana itu berada.
Dalam perjalanannya, kondisi keuangan keluarga yang kurang membaik membuat cita-cita saya untuk bisa bersekolah dimana Grha Sabha Pramana berada mulai memudar. Saya sering menangis dikarenakan masalah keuangan keluarga dan sekolah. Saya ingin bersekolah di sekolah favorit, namun biaya sekolah yang tinggi membuat kondisi keuangan keluarga berantakan dan kondisi keluarga tidak kondusif. Namun, ibu selalu berada di belakangku. Selalu mendoakan dan memberi semangat bahwa jangan pernah menyerah. Meskipun ibu saya tidak tamat SD, namun ibu selalu memberikan semangat dan menenangkan saya ketika saya menangis ketika menghadapi biaya sekolah yang tinggi dan kondisi keuangan keluarga yang sedang tidak baik. Hingga akhirnya saya berhasil menyelesaikan wajib belajar saya, lulus SMA, dan akhirnya saya bisa berkuliah di tempat Grha Sabha Permana berada, di Universitas Gadjah Mada (UGM).


Awal perjalanan saya berkeliling ke sebagian besar daerah di seluruh Nusantara berawal dari sini. Agustus 2010 saya memulai perjalanan ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi saya. Setahun kemudian, tepatnya di bulan Oktober 2011 awal perjalanan saya untuk menjelajahi Nusantara. Perjalanan pertama saya ini adalah menuju ke kota Bajmarmasin, ibukota dari Kalimantan Selatan.
Berselang setahun kemudian, saya mulai mengunjungi Pulau Madura, sebuah pulau kecil di depan Pulau Jawa. Di Tahun 2013, saya memiliki kesempatan untuk melihat saudara di sebelah Timur Indonesia. Pada tahun ini saya diijinkan untuk mengunjungi Papua Barat bersama teman-teman dalam rangkan KKN PPM UGM. Dilanjutkan pula dengan singgah sementara di kota Makassar dan Tana Toraja di Pulau Sulawesi.
Berselang 1,5 tahun dari kelulusan saya dari UGM, saya mendapatkan tugas untuk ditempatkan di Tana Toraja. Selama kurang lebih 5 bulan saya pun tinggal dan menjadi bagian dari masyarakat suku Tana Toraja di Kabupaten Sulawesi Selatan. Ditahun berikutnya (Tahun 2016), saya pun belajar untuk menjadi bagian dari masyarakat suku Duan Lolat di Kepulauan Tanimbar, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku selama satu tahun dan singgah sementara di Ambon di pertengahan tahun 2017.
Akhirnya di penghujung tahun 2017, saya mendapat kesempatan untuk bisa mengunjungi Kota Kupang dan Pulau Kisar serta Wetar yang berbatasan langsung dengan negera Timor Leste.
Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk bisa melihat sebagian besar daerah di Nusantara dan berbaur bersama dengan masyarakat di daerah tersebut. Sebuah kesempatan yang tidak pernah terbayangkan oleh saya sebelumnya bisa mengunjungi, melihat, dan menjadi bagian masyarakat Nusantara.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibunda saya tersayang yang senantiasa mengiringi langkah saya dengan doa dan kasih sayang sehingga saya bisa sampai kondisi seperti ini. Semoga saya masih memiliki kesempatan untuk bisa mengunjungi beberapa daerah yang belum bisa saya kunjungi terutama Sumatra dan Nusa Tenggara. (dc)

1 komentar:

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...