Berada
di ujung Barat Laut dari Propinsi Sulawesi Selatan, terdapat sebuah daerah yang
berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Barat. Daerah tersebut memiliki
topografi pegunungan dengan ketinggian rata-rata diatas 1000 mdpl. Daerah
tersebut bernama Mappak, masuk dalam teritorial Kabupaten Tana Toraja yang
berbatasan dengan Kabupaten Mamasa. Kecamatan Mappak terdiri atas 5 desa dan 1
kelurahan, diantaranya adalah Desa Butang, Desa Miallo, Desa Tanete, Desa
Sangpeparikan, Desa Dewata, dan Kelurahan Kondodewata.
Desa
Miallo merupakan salah satu desa tertua diantara kelima desa lainnya. Berdiri
semenjak zaman penjajahan Belanda dan hingga saat ini masih terdapat
peninggalan Bangsa Belanda yaitu berupa sebuah bangunan tua yang sekarang
dijadikan kantor desa dan sebuah benteng yang terletak di atas gunung. Akses
untuk menuju ke Desa Miallo bisa dikatakan sangat sulit karena perjalanan harus
melalui jalanan lumpur dan berbatu yang menanjak dan menurun dengan
tebing-tebing curam pada setiap sisi-sisi jalan. Tak jarang banyak kendaraan
yang rusak ataupun jatuh ke dalam jurang karena sulitnya medan yang dilalui
untuk menuju ke Desa Miallo. Walaupun demikian, suguhan asri dari pemandangan
alam menjadi obat penawar dalam perjalanan.
Desa
Miallo dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar merupakan kerabat saudara
yang sudah sejak lama tinggal di desa tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa
satu desa ini semuanya memiliki hubungan keluarga yang lumayan dekat. Sebagian
besar masyarakatnya menganut agama nenek moyang yang disebut Alo’todolo atau
juga disebut sebagai Hindu Toraja. Sebagian yang lain sudah ada yang menganut
nasrani. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat adalah berkebun. Kopi
merupakan komoditas terbesar diantara semua mata pencaharian masyarakat. Selain
berkebun, masyarakat juga berprofesi sebagai petani. Namun hasil pertanian
kebanyakan tidak dijual, hanya dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari
masyarakat.
Pemandangan
alam yang luar biasa asri dan sangat sejuk memberikan nuansa ketenangan yang
jarang bisa ditemui di perkotaan. Di desa ini kita masih dapat melihat
hewan-hewan seperti kuda yan dulunya digunakan masyarakat sebagai pengangkut
barang, kerbau dan babi yang dipelihara masyarakat untuk dijadikan persembahan
saat pesta kematian, dan ayam serta anjing. Desa Miallo merupakan salah satu
desa yang wilayahnya dibelah oleh aliran Sungai Mappak. Sungai Mappak memiliki
peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Aliran Sungai Mappak
membantu masyarakat untuk mengairi sawah, selain itu pasir dan kerikil dari
aliran sungai ini juga dimanfaatkan untuk membangun jalan dan sarana pra sarana
di desa. Selain itu, besarnya debit aliran air Sungai Mappak juga dimanfaatkan
masyarakat untuk menghasilkan listrik, yaitu melalui PLTMH (Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro) yang sudah beroperasi lebih dari 20 tahun lamanya.
Desa
Miallo juga menyimpan sejuta keindahan, selain sawah yang indah dengan tatanan
terasering, hutan-hutan pinus dan bambunya, aliran Sungai Mappak, rupanya di
Desa Miallo juga tersimpan beberapa air terjun yang sangat indah dan menawan.
Salah satu air terjun tersebut berada di Dusun Se’pon. Sebuah dusun yang
letakknya jauh diatas gunung. Dari dusun ini, terlihat dengan jelas Desa
Tanete, Desa Kondodewata, dan Desa Dewata. Air Terjun setinggi 10 meter ini
mengalir deras saat musim hujan. Selain itu, air terjun ini juga digunakan
untuk melistriki Dusun Se’pon dengan memanfaatkan debit airnya sebagai pemutar
turbin berkapasitas 5 kW (PLTMH) Namun yang patut disayangkan adalah lokasi
untuk menuju ke air terjun masih bisa dibilang cukup berbahaya karena disamping
masih belum terdapat jalan setapak, jalanan yang dilalui juga sempit dan
terdapat jurang yang sangat dalam disisi luarnya. Namun untuk mencapai sebuah
tempat yang begitu indah terkadang memang diperlukan perjuangan yang cukup
berat.
Itulah
sebagian kecil dari banyaknya keindahan yang dapat di temui di Desa Miallo. Sebuah
desa kecil yang masuk dalam daerah yang jauh dari peradaban modern. Jika sedang
dalam perjalanan menuju ke Kabupaten Mamasa dari Makasar menggunakan mobil,
ketika sampai di daerah Sibanawa carilah jalan menuju ke Kecamatan Simbuang.
Jika sedang berada di Kabupaten Tana Toraja, lakukanlah perjalanan dengan
menggunakan ojek untuk menuju ke daerah Mappak karena jalan yang ditempuh akan
jauh lebih sulit jika menggunakan mobil. Temukan kesejukkan dan keindahan alam
yang tiada duanya di Bumi Sulawesi..






Senang sekali membaca tulsan Anda, membangkitkan rasa rindu saya bisa melihat tanah kelahiran bapak dan mama saya. Mereka berdua lahir di desa Miallo, tahun 1927 dan 1930 masing-masing. Mereka berdua tinggalkan Miallo sejak tahun 1946 dan merantau ke Papua. Mereka berjalan kaki ke Makassar. Terjalnya medan sebagaimana tulisan Anda, saya sulit membayangkan bagaimana bapak dan mama saya begitu bersusah payah menembus medan tersebut. Meskipun setengah abad lebih sudah saya menghabiskan waktu di tanah Papua, tapi hati saya bgitu rindu membayangkan kapan saya bisa melihat Miallo yang Anda lukiskan dalam tulisan ini. Saya terkadang merasa cemburu, ada banyak orang yang sesungguhnya bukan berasal dari Miallo, tetapi sudah menginjakkan kakinya di kampung Miallo, sementara kami sendiri asli anak Miallo, belum juga sempat melihat tanah kelahiran orang tua kami, semoga suatu Tuhan meloloskan kerinduan kami ini. Sukses buat Anda.
BalasHapusSalam dari miallo untuk pak sangle ranfa
BalasHapusKalau boleh tahu Kondisi sekarang mappak miallo . Bagaimana ?
BalasHapusTolong foto ibu sy dihapus ��
BalasHapus