Rabu, 02 September 2015

Saya Menangis Dua Kali

Bismillahhirrohmanirohim,
Kali ini saya ingin bercerita mengenai sesuatu yang cukup menyedihkan, namun penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Kali ini bukan mengenai masa lalu atau apa yang saya alami, melainkan cerita ini merupakan refleksi diri kita agar dapat menjadi pribadi muslim yang benar-benar kuat dan meyakini bahwa janji-janji Allah swt pastilah akan datang pada saat waktunya.
            Ya, hari ini, malam kamis di minggu pertama bulan September, saya telah mengeluarkan air mata sebanyak dua kali. Air mata yang saya keluarkan bukanlah karena kegagalan saya atas sesuatu ataupun kehilangan atas sesuatu. Air mata yang saya keluarkan karena saya merasa malu. Malu bahwa saya masih memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang masih jauh dibawah dari saudar-saudara muslim yang akan saya ceritakan ini.
            Tepatnya setelah menunaikan ibadah sholat Isya’ saya menyempatkan mengikuti kajian rutin di sebuah Masjid di salah satu pedukuhan daerah pogung. Tema kajianya adalah merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah. Sangat menarik karena meraih husnul khatimah merupakan keinginan dari seluruh umat muslimin. Setiap umat muslimin ingin ketika meninggal nantinya dapat meraih atau meninggal dalam keadaan husnul khatimah karena jaminannya adalah pasti akan masuk ke dalam surganya Allah swt.
            Dalam kajian tersebut dijelaskan mengenai garis kehidupan dan jalan kehidupan yang semuanya pasti akan bermuara pada kematian. Garis kehidupan adalah sesuatu yang sudah diciptakan sebelum manusia lahir sedangkan jalan kehidupan adalah jalan yang dibuat oleh manusia, bisa berkelok atau bisa jadi lurus tergantung manusia tersebut yang membuatnya. Allah swt merupakan Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dia selalu memberikan atau menunjukkan jalan yang terbaik untuk manusia. Namun, manusialah yang tidak pernah menyadari akan hal tersebut. Setelah penjelasan panjang lebar mengenai kedua hal tersebut, inti dari merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah ada pada tiga titik,yakni peristiwa (menerima), aturan (taat), dan harapan (yakin).
Peristiwa adalah kejadian-kejadian yang dialami oleh setiap mahluk hidup. Dalam setiap peristiwa pasti manusia akan dihadapkan dengan pilihan yakni menerima atau tidak menerima hal tersebut. Contohnya ketika Anda sedang makan dan makanan Anda dijatuhkan oleh seseorang, maka Anda akan dihadapkan pada dua pilihan, menerima hal tersebut dan permasalahan selesai atau tidak menerima hal tersebut dan menuntut orang yang menumpahkan makanan Anda. Dan Allah swt pun sudah memberikan pilihan terbaik untuk manusia yakni MENERIMA. Karena dengan menerima, permasalahan tersebut menjadi selesai dan tidak semakin berlarut-larut. Disamping  itu hal ini menunjukkan kebesaran hati manusia dan bentuk ketaatannya terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Aturan adalah sesuatu yang sengaja dibuat untuk bisa mengikat manusia sehingga dapat berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat. Adanya aturan akan membuat manusia menjadi pribadi dengan akhlak yang terpuji. Oleh karena itu sudah jelas bahwa Allah swt pun juga telah memilihkan pilihan yang terbaik yakni TAAT terhadap aturan dan hal ini pun juga telah ditegaskan oleh Rasulullah saw pada saat menjelang akhir hayat beliau bahwa kita umat muslim haruslah berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist. Dan terakhir adalah harapan yang mana dalam setiap harapan itu harus kita sertai dengan keyakinan, karena Allah swt telah memilihkan sifat YAKIN sebagai sifat terbaik agar kita selalu optimis dan percaya bahwa harapan itu ada dan akan datang pada orang-orang yang meyakininya. Dengan memiliki sifat-sifat terbaik yang telah dipilihkan oleh Allah swt tersebutlah, Insyallah pertolongan Allah agar rencana kita untuk dapat meraih husnul khatimah dapat tercapai.
Sebelum kajian ditutup, ustadz pun menampilkan dua buah video bentuk dari sifat-sifat terbaik pilihan Allah swt yang dapat menolong manusia yang merencanakan untuk dapat meraih husnul khatimah. Pada video-video inilah, air mata saya tanpa saya sadari telah keluar dari mata saya.
Video pertama ini menceritakan tentang seorang anak bernama Muhammad yang memiliki seorang ibu namun ibunya gila. Muhammad yang sangat sayang dengan ibunya mendatangi seorang dokter muda beserta membawa sang ibu. Ketika masuk ke ruang dokter, sang ibu menolak untuk masuk, dia mencakar, memukul, bahkan meludah kepada Muhammad, namun Muhammad pun tetap sabar menerimanya. Lalu terjadilah percakapan antara ketiganya
Dokter : siapakah wanita itu ?
Muhammad : dia ibu saya.
Dokter : apakah dia mengenalmu ?
Muhammad : tidak dia tidak mengenalku.
Dokter : Lalu bagaimanakah kamu tahu dia ibumu?
Muhammad : Demi Allah aku bersumpah bahwa dia adalah ibu yang melahirkanku.
Dia dinikahkan kakekku dengan ayahku dan setelah setahun pernikahan, ayah menalak ibuku. Setelah berumur 10 tahun aku merawat ibuku, menyiapkan segala kebutuhannya dan ketika tidur aku ikat kaki ibuku dengan kaki agar ibuku tidak lari.
Tiba-tiba ditengah pembicaraan tersebut, sang ibu yang melihat ada foto Mekah disana pun bertanya kepada sang anak.
            Ibu : Itu foto Mekkah ya, kapan kita kesana?
            Muhammad : Kamis, In sha Allah.
Lalu saat Muhammad dan ibu itu keluar dari ruang dokter, si dokter tersebut menangis. Pesan dari cerita tersebut adalah Muhammad yang dengan ikhlas menerima kenyataan kondisi ibunya yang sudah gila dan tidak mengenali anaknya, Muhammad pun dengan taat memenuhi setiap keinginan dan kebutuhan dari sang ibu hanya karena dia yakin bahwa pintu surga akan selalu dibukakan oleh Allah swt untuknya dan untuk ibunya.
            Video kedua pun bercerita tentang seorang pemuda yang oleh Allah swt kenikmatan penghilatannya pun diambil sejak dia lahir sehingga dia mengalami kebutaan. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa. Dia pun memutuskan untuk menerima kenyataan tersebut dan memilih untuk dapat menghafal Al Qur’an dan akhirnya pada umurnya yang masih remaja, dia pun mampu menjadi penghafal Al Qur’an. Dalam sebuah kesempatan wawancara, dia menyampaikan bahwa dia bersyukur Allah swt telah mengambil nikmat penglihatannya dan tidak berharap  untuk penglihatannya dikembalikan. Si pemuda ini beralasan agar pada saat Yaumul Hisab kelak, dia mendapatkan keringanan dalam mempertanggung jawabkan nikmat penglihatannya dan lebih memilih untuk dapat manghafal Al Qur’an dengan keterbatasanyang dia miliki. Subhanallah, begitu mulianya harapan si pemuda tersebut. Dia dengan ikhlas menerima kekurangan yang diberikan Allah swt padanya dan tetap taat menjalankan ibadah pada-Nya tanpa mencoba berputus harapan dari Allah swt karena keyakinannya akan harapan yang akan lebih baik kelak di negeri akhirat sana. Bagaimana dengan kalian saudara-saudaraku yang diberikan kenikmatan melihat keindahan segala ciptaan Allah swt. Sudahkan kita memanfaatkannya untuk beribadah di jalan Allah ataukah telah banyak kita salah gunakan. Apakah saudara sudah berusaha menghafal Al Qur’an dikala saudara masih memiliki kemampuan untuk melihat sedangkan saudara kita yang jauh disana tidak dapat melihat namun sudah mampu menjadi penghafal Al Qur’an?

            Mari mulai dari sekarang kita refleksikan diri untuk memperbaiki diri kita. Mari mulai lebih banyak beribadah, sedikit tinggalkanlah urusan duniawi dan mulai perbanyak kesibukan untuk urusan akhirat karena sejatinya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Semoga tulisan ini dapat menjadikan renungan dan memberikan motivasi pada diri kita untuk bisa lebih giat lagi beribadah kepada Allah swt dan membantu merencanakan hidup kita agar kelak dan meraih husnul khatimah, amiiin. Bila ada salah tulisan, penulis mohon maaf, semoga dapat bermanfaat.



Sumber video : Youtube

Rabu, 19 Agustus 2015

Cerita Duka di Bulan Penuh Keceriaan

           


 Mungkin diantara cerita-cerita saya, ini mungkin menjadi cerita yang tidak baik. Tapi apadaya namanya kehidupan dan kita sebagai manusia memang tidaklah sempurna. Seandainya kita sebagai manusia adalah sosok yang sempurna dan dapat mengetahui isi hati orang lain. Maka sudah tidak akan mungkin manusia itu akan hidup secara bersama-sama, adanya adalah hidup secara individual.
            Yah, ceritanya demikian. Suatu hari saya adalah seorang anggota di sebuah organisasi yang dianggap sebagai seorang alumni bukan karena telah menyelesaikan masa studinya. Di dalam organisasi tersebut ada sebuah mekanisme dimana ketika si anggota sedang berada di luar kota tempat organisasi berada, maka status keanggotaannya di non aktifkan dan ada pula sebuah kesepakatan dimana ketika memang dalam kondisi khusus, anggota yang sedang berada di kota tempat organisasi berada, statusnya dapat di non aktifkan asalkan memang kondisinya terpaksa dan kesulitan untuk menghadiri urusan organisasi. Namun yang dapat melakukan permohonan itu adalah mereka yang sudah menjadi “anggota khusus”.
            Nah, inti cerita dimulai dari sini. Saya baru saja kembali dari kampung halaman karena ada urusan keluarga yang sangat penting. Saya kembali ke kota tempat organisasi saya bernaung karena ada tawaran proyek yang berdurasi 3 bulan dan membuat saya harus berada di kota tersebut dan meninggalkan kampung halaman saya. Proyek tersebut tidak terlalu mengambil tenaga dan waktu saya sehingga saya masih melakukan berbagai hal termasuk aktif berkegiatan di organisasi. Suatu malam saya mendapatkan undangan untuk rapat membahas suatu kegiatan dan saya pun dating dengan kondisi terlambat. Sungguh terkejutnya saya bahwa ketika saya sampai di tempat rapat, seorang penanggung jawab menanyakan kepada saya kenapa saya datang dalam rapat. Saya pun menjawabnya dengan tenang bahwa karena saya menerima undangan, dan sontak saya menjadi terkejut ketika dia menyampaikan bahwa status saya sudah di non aktifkan tanpa adanya klarifikasi atau pemberian informasi kepada saya.
            Awalnya hal ini membuat saya terkejut dan ada sedikit rasa penyesalan terhadap keputusan tersebut. Namun setelah saya bertanya alasannya saya pun cukup bisa menerima karena memang demi kebaikan saya dan karena saya lebih menghormati keputusan para penanggung jawab. Akhirnya saya pun lepas dari keaktifan di organisasi, walaupun demikian saya masih sering mendatangi sekre organisasi karena ingin berinteraksi dan berbagi dengan orang-orang yang datang ke sekre.
            Hari demi hari berlalu hingga bulan sudah menginjak bulan Agustus. Saya tahu pada bulan-bulan ini organisasi pasti sibuk dan mebutuhkan banyak orang oleh karenanya saya memberikan saran kepada penanggung jawab untuk bisa lebih merapatkan barisan dan mempersiapkan anggota, namun tidak tahu apakah saran saya diterima atau didengar atau tidak karena kenyataanya banyak sekali hal yang miss pada penyelenggaraan kegiatan di bulan ini.
            Melihat hal tersebut, ada keinginan dari saya untuk membantu tapi tidak ikut campur secara keseluruhan. Oleh karena itu pada saat persiapan untuk pelaksanan upacara saya mencoba hadir dan menemani, namun tidak ikut secara langsung membantu persiapan. Harapan saya jika misalkan ada yang kurang pas mereka bisa bertanya atau saya dapat memberikan arahan. Hal ini karena upacara yang akan dilaksanakan akan dilihat oleh seluruh jajaran dan anggota baru dari induk organisasi tempat organisasi saya bernaung. Kesibukan saya yang masih harus keluar kota membuat saya tidak bisa menemani setiap waktu, namun jika saya berada di dalam kota dan longgar pasti saya sempatkan untuk menemani.
            Tapi niat baik saya tersebut rupanya bertentangan dengan kenyataan. H-2 sebelum pelaksanaan upacara saya mencoba menemani mereka melakukan persiapan. Persiapan dilakukan pada malam hari setelah magrib. Saya pun datang cukup terlambat, namun saya tidak datang sendiri. Saya datang bersama dengan penanggung jawab utama yang memang tanpa sengaja datang terlambat karena ada kepentingan. Tidak tahunya ketika saya sampai disana, persiapan sudah selesai dan pada saat sesi lingkaran evaluasi, tak ada ruang yang diberikan kepada saya, seolah-olah saya adalah orang asing yang memang bukan dari organisasi. Saya pun menerimanya dan duduk di samping salah seorang anggota. Dan benar saja hingga perbincangan selesai, tak seorang pun yang merasa bahwa saya ada disana. Saya seperti hantu yang jelas ada disana dan tidak dianggap keberadaan saya. Tiba-tiba lingkaran pun sudah akan dibubarkan. Karena saya merasa sudah tidak dianggap dan percuma saya sudah mengeluarkan waktu dan tenaga untuk menemani dan melihat mereka tapi dari mereka merasa tidak membutuhkan atau bahkan tidak menganggap saya, maka saya pun pergi dengan hati yang sakit.
            Keesokan harinya, saya pun tidak mau dan tidak ada keinginan untuk datang dalam gladi bersih. Saya hanya akan memutuskan untuk melihat hasil persiapan mereka pada hari pelaksanaan. Ternyata ketika hari pelaksanaan, apa yang mereka persiapkan menurut saya tidaklah sebaik persiapan-persiapan sebelumnya. Dan selama lima tahun saya di organisasi, tahun ini adalah tahun terjelek yang pernah saya perhatikan. Walaupun demikian, saya lantas tidak ingin menyombongkan diri dan menjelek-jelekkan mereka. Saya menerima apa yang sudah menjadi usaha mereka. Semua itu adalah usaha dan memang giliran mereka yang menjadi tulang punggung organisasi. Dan setelah itu saya pun memutuskan ingin membatalkan kontrak proyek dan kembali ke kampung halaman berharap tidak ingin ikut campur lagi di organisasi. Karena setiap kali saya kembali ke kota tersebut, saya ingin kembali ke organisasi tersebut karena kecintaan saya pada organisasi tersebut.

            Semoga ini hanya perasaan saya dan bukan menjadi hal yang sebenarnya.

Sumber gambar : qurratayun.blogspot.com

Selasa, 18 Agustus 2015

Trip on Gedung Agung at Independence Day



Pagi hari yang berawan kala aku keluar dari kamar kos untuk menghirup udara pagi saat itu. Sebuah tas kecil berisikan perlengkapan untuk menghadapi kendala saat bersepeda dan beberapa perlengkapan elektronik sudah tertata rapi. Sepeda yang aku pinjam dari seorang teman pun sudah siap untuk aku kendarai. Dengan penampilan yang sesuai dengan ciri khasku, yakni berjaket hitam dan dengan mengenakan sebuah topi, aku mulai berangkat untuk menuju ke tempat penting di hari yang penting juga, yakni memperingati Hari Kemerdekaan RI ke – 70 di Gedung Agung, Yogyakarta.
Sudah keinginanku sejak aku tiba di Yogyakarta untuk bisa mengikuti ataupun melihat bagaimana pelaksanaan upacara Hari Kemerdekaan Repiublik Indonesia diselenggarakan di Kota Yogyakarta ini. Selama 4 tahun lebih keberadaanku di Yogyakarta, baru kali ini aku memiliki waktu untuk bisa pergi menuju ke Gedung Agung, Yogyakarta untuk melihat penyelenggaraan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Segera seteah persiapan siap, aku mulai mengeluarkan sepeda dari tempat parkir, membuka gerbang, dan mulai kukayuh sepeda tersebut menuju ke Gedung Agung. Selama perjalanan, aku amati kondisi jalan yang masih cukup lengang, tidak terlalu banyak kendaraan baik dari mahasiswa atau para pekerja yang melalui jalan-jalan utama di sekitar kampus UGM. Apakah mungkin karena hari ini hari libur sehingga banyak mahasiswa yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk di dalam kamar atau mungkin sudah memiliki rencana memperingati hari kemerdekaan di tempat lain. Entahlah, apapun itu yang jelas kondisi jalan saat itu sangat nyaman untuk kutelusuri.
Aku dengan sengaja membuat rute menuju ke Gedung Agung dengan melewati kantor pusat UGM. Rupanya ketika aku sudah sampai disana, halaman utama kantor pusat UGM sudah bersih dan terlihat tanda-tanda telah selesai pelaksanaan upacara memperingati hari kemerdekaan. Benar saja, saat itu aku baru keluar dari rumah pukul 8 lewat sedangkan penyelenggaraan upacara di UGM pasti dimulai pada pukul 07.00 sehingga selesainya tidak akan terlalu siang. Wajar jika halaman kantor pusat sudah sepi dan bersih dari peserta upacara. Tanpa berhenti, aku pun tetap mengayuh sepedaku menuju ke Gedung Agung, Yogyakarta.
Dalam beberapa ruas jalan aku sempat berpapasan dengan beberapa siswa sekolah yang sudah pulang dari sekolah. Sepertinya sekolah juga telah selesai menyelenggarakan upacara dan memulangkan siswa-siswanya lebih pagi. Namun, dalam tengah perjalanan ada hal yang membuatku tersenyum bangga, yakni saat aku menelusuri jalan C. Simanjuntak, aku berpapasan dengan adik sekolah dasar yang juga dalam perjalanan pulang ke rumah dengan menggunakan sepeda. Sepedanya berhias bendera kecil merah putih di bagian belakang sepeda dan ketika aku mendahului si adik, terdengar suara nyanyian dari si adik “Bendera Merah Putih.... Bendera Tanah Airku........”. Suara nyanyian kecil tersebut tedengar oleh telingaku dan tanpa sadar aku menirukan lagu adik tersebut. Perasaan senang dan bangga muncul dalam hatiku karena si adik tersebut dengan bangga menyanyikan lagu-lagu kemerdekaan. Merekalah yang 30 tahun lagi akan menjadi generasi penerus dan pemimpin bangsa ini. Hal ini pun mengingatkanku kepada adik-adik Papua di Distrik Aroba yang sangat bersemangat kala menyanyikan lagu-lagu kemerdekaan di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
Kulalui jalan Mangkubumi hingga jalan Malioboro dan terlihat kondisi jalanan yang belum terlalu ramai. Perjalananku pun akhirnya berujung, tepat di depan Benteng Vredeburg, ramai khalayak masyarakat dari berbagai latar belakang memenuhi area antara Benteng dengan Gedung Agung. Aku pun sangat terkejut melihat kondisi tersebut. Ku mulai untuk turun dari sepedaku dan mencari sebuah tempat duduk dibawah pohon untuk melihat-lihat kondisi sekitar. Kumulai memandangi orang-orang yang memadati area depan Gedung Agung. Terlihat adanya sekelompok polisi lantas, tentara, masyarakat dengan berbagai kondisi, ada yang sudah rapi, ada yang masih mengenakan kaos olahraga, dan ada pula yang berjualan. Seluruh masyarakat ini semuanya menantikan detik-detik pelaksanaan upacara di Gedung Agung.
Benar saja, ketika waktu mulai menunjukkan pukul 09.30, seluruh masyarakat mulai mendekati pagar Gedung Agung. Perlu diketahui bahwa memang hanya mereka tamu undangan dan peserta upacara yang mendapatkan undangan saja yang dapat masuk ke dalam halaman Gedung Agung untuk bisa mengikuti upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Sedangkan aku bersama masyarakat yang lain hanya bisa melihat dan mengikuti pelaksanaan upacara dari balik pagar. Dan tentunya aku juga merapatkan diriku ke tengah-tengah masyarkat yang sudah memadati pinggiran pagar Gedung Agung.
Suasana mulai menjadi sesak ketika momen yang paling ditunggu-tunggu tiba, yakni pengibaran Bendera Sang Merah Putih. Rupanya aksi dari Paskibra Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi primadona tersendiri bagi masyarakat Yogyakarta atau turis yang sedang berkunjung ke Yogyakarta. Nyatanya, mereka rela untuk berdesak-desakkan agar bisa melihat putra-putri terbaik se-Dearah Istimewa Yogyakarta dalam mengibarkan Bendera Sang Merah Putih.


Terdengar dengan keras aba-aba perintah dari pemimpin pasukan pengibar untuk melangkahkan kaki dan mulai terlihat barisan putih-putih para pasukan pengibar memasuki lapangan upacara menuju ke depan Gedung Agung, tempat dimana Inspektur Upacara berada untuk mengambil Bendera Sang Merah Putih yang akan dikibarkan. Masyarakat pun mulai dengan ramai-ramainya menyalakan smartphone atau kamera mereka untuk mulai merekam pengibaran tersebut. Yang membuat saya takjub adalah pada saat bendera telah terbuka dan siap untuk ditarik ke atas, Pemimpin Upacara pun memberikan aba-aba untuk bersikap hormat dan nyanyian Indonesia Raya pun dilantunkan, sontak masyarakat di sekelilingku pun ikut mengerakkan tangan dan bersikap hormat atas dikibarkannya Bendera Sang Merah Putih. Sungguh hal yang sangat membanggakan dan menyenangkan menyadari bahwa pada diri masyarakat saat ini masih tertanam rasa cinta tanah air yang sangat tinggi dan bangga akan perjuangan bangsa hingga dapat dikibarkanya Bendera Sang Merah Putih.
Selesai pengibaran, pasukan pengibar pun kembali ke barisan dan menuju ke tempat semula di titik awal pemberangkatannya. Acara pun dilanjutkan dengan menyanyikan lagu-lagu kemerdekaan oleh tim paduan suara pelajar Yogykarta yang telah dipersiapkan dengan mengenakan pakaian-pakaian adat daerah dari sebagian daerah Republik Indonesia. Pada saat itu pun aku mulai mengayuhkan sepedaku kembali untuk mengitari sebagian area kota Yogyakarta dan berakhir kembali pulang ke tempat kos sebelum dzuhur.
Selamat para Paskibra Daerah Istewa Yogyakarta, kalian telah melaksanakan tugas mulia dengan sangat sempurna. Selamat Hari Kemerdekan Republik Indonesia ke-70, semakin jayalah Indonesia dan jadilah macan dunia!

sumber gambar : krjogja, sorotjogja

Sabtu, 15 Agustus 2015

This Letter Just For You, My Hero, My Beloved Father



Bulan Mei dalam dua tahun ini merupakan bulan-bulan yang menyenangkan sekaligus menjadi bulan yang menyedihkan bagiku. Tepat menjelang beberapa hari genap satu tahun wisudaku, ayahandaku tercinta dipanggil kehadirat Allah swt. Kesedihan sangat menimpaku karena tepat sebelum beliau dipanggil, firasat tersebut muncul terlebih dahulu melalui sebuah mimpi dan berselang beberapa menit kemudian ayahku sudah tiada. Walaupun demikian, aku cukup senang dan ikhlas karena dapat mendampingimu, mendoakanmu, memandikanmu, menyolatimu, dan ikut menguburkan engkau wahai ayahandaku di detik-detik kepergianmu. Mungkin inilah rencana Allah swt. yang dipersiapkan untukku, belum mengijinkanku bekerja karena harus menjalakan kewajibanku terhadapmu wahai ayahanda. Untuk itu, izinkanlah aku ayahanda untuk menuliskan secarik surat untukmu. Semoga engkau mengetahui apa isi hatiku sejak kecil hingga aku dewasa sekarang.
            Terlahir sebagai putra kedua dari pasangan ayah dan ibu yang hidup dalam kesederahanaan membuatku tumbuh dengan keinginan membahagiakan kedua orang tuaku. Apakah kau tahu ayahanda, sesungguhnya sejak kecil aku merasa iri terhadap saudara-saudaraku, baik kakak ataupun adikku. Keirianku hanyalah karena hal sepele, yakni ulang tahun. Engkau dan Ibu pernah merayakan ulang tahun kakak ketika masih kecil dan Engkau pun selalu menuruti permintaan adik setiap kali meminta barang baru. Sedangkan aku, sejak kecil aku harus belajar menabung untuk bisa membeli barang yang aku inginkan. Kadangkali aku harus meminta-minta ke Bibi jika engkau tidak berkenan membelikan. Bahkan masih teringat dibenakku, untuk bisa membeli sebuah memory card, aku pun harus berpura-pura memainkan peran sebagai seorang teller bank, meminta tanda tanganmu dan sepulang sekolah mengambil uang tabunganku sendiri karena aku yakin engkau tak akan mau membelikannya untukku.
            Kakak dan adikku sepertinya adalah dua orang yang paling engkau sayang, jarang sekali engkau marah kepada mereka sedangkan padaku engkau marah dengan sangat kerasnya sampai aku masih teringat kemarahanmu saat aku bermain-main di sebuah toko baju dan hingga kini pun masih berbekas didalam ingatanku.
            Wahai ayahku, tahukah engkau bahwa semenjak aku kecil, kita sudah beberda pandangan. Teringat padaku saat-saat aku akan memasuki SMP. Dengan tegun engkau ingin aku masuk ke SMPN 3 Kediri mengikuti jejakmu dan kakak, namun aku tetap bersikukuh untuk masuk ke SMPN 1 Kediri. Berbagai alasan coba engkau sampaikan namun aku tetap keras kepala dengan pilihanku. Dan pada akhirnya aku mampu membuktikan kepadamu bahwa aku bias melakukan hal lebih disini. Aku mampu berprestasi baik di dalam kelas atau pun diluar kelas. Gelar juara kelas selalu bisa aku raih tiap semesternya dan aku pun juga menjadi murid yang spesial dihadapan para guru-guru. Engkau lihatkan Ayahanda, aku mampu dan aku bisa berbuat lebih dari yang pernah engkau khawatirkan.
            Dan semenjak hari itu, engkau pun mulai mempercayai anakmu ini. Engkau mulai mempercayai diriku dengan sepenuhnya dan mendukungku dalam setiap kegiatan dan pilihan sekolah yang ingin aku masuki. Menginjak usia SMA, dan aku pun berhasil masuk ke program akselerasi yang  memberikan kesempatan padaku untuk dapat menyelesaikan masa sekolah SMAku dalam dua tahun.
            Dalam kondisi keluarga cukupan, engkau pun tetap berusaha memenuhi kebutuhanku padahal tak ada keinginanku untuk meminta padamu. Pada awal-awal bulan, engkau membelikan aku sebuah notebook guna menunjang belajarku dan tak lupa engkau memperbolehkan aku menggunakan sepeda motor untuk berangkat ke sekolah padahal aku sudah bersikukuh untuk tetap menggunakan sepeda, namun keinginanmu untuk senantiasa memberikan kemudahan pada anak-anakmu tak pernah bisa aku tolak.
            Hingga akhirnya aku masuk bangku kuliah, ketika aku mampu memperoleh beasiswa penuh dan tiap bulannya uang hidupku di perantauan sudah tercukupi melalui uang beasiswa, engkau masih saja mengirimkan uang bulanan kepadaku meskipun hal tersebut tidak serutin sebelum aku mendapatkan beasiswa. Ketika aku meminta untuk tidak usah dikirimi uang bulanan dan uang tersebut dialihkan untuk kebutuhan adik atau hal lain, engkau bersikukuh menolak dengan alasan bahwa masi menjadi tanggung jawab ayah untuk tetap memberi uang saku pada anaknya selama anaknya masih sekolah dan belum memiliki penghasilan sendiri. Sekali lagi aku pun tak bisa menolak permintaanmu tersebut, yang hanya bisa aku lakukan adalah mensyukuri dan menabungnya untuk berjaga-jaga jika suatu saat engkau atau keluarga yang lain membutuhkan aku masih bisa mengeluarkannya.
            Berhasil sudah aku menyelesaikan pendidikan sarjanaku, dan terlihat raut wajah banga terpancar dari wajahmu ayah. Keinginanmu agar aku bisa menyelesaikan pendidikan lebih cepat sudah mampu aku laksanakan. Kini ingin aku sekali lagi membahagiakanmu bersama ibu ketika kalian mendengar aku bisa diterima bekerja di suatu perusahaan dan dapat memberikan gaji pertamaku untuk kalian. Tapi hal itu tidaklah berjalan sesuai dengan rencana. Hampir setahun aku masih belum diterima dimana-mana, perasaan gundah dan stress mulai muncul dalam benakku dan engkau pun mulai memberikan nasihat  untuk pulang ke kampung dan mulailah mencari pekerjaan dari sana. Ketika nasihatmu itu aku coba ikuti, engkau mulai dilanda penyakit. Tiap hari engkau selalu keluar masuk rumah sakit. Tiap minggu kondisimu selalu turun dan tidak menunjukkan kemajuan apapun hingga akhirnya Sang Khalik pun memanggilmu wahai Ayah.

            Aku pun sangat sedih dan kecewa karena hingga akhir hayatmu masih belum bisa membahagiakan dirimu, namun dilain sisi aku berpikir mungkin memang inilah yang Allah inginkan, dapat menemanimu di saat-saat terakhirmu sebelum akhirnya engkau kembali ke hadirat-Nya. Meskipun banyak dari pemikiran kita berbeda, namun aku tetap bangga padamu wahai Ayahku. Engkaulah Ayah terhebat yang pernah aku miliki. Terima kasih atas jasa-jasamu dalam membesarkanku, wahai Ayah. Akan selalu aku ingat dan akan selalu aku do’akan semoga kelak kita dapat berkumpul kembali di surga. Amiiin, for my beloved father. ;-)

"Janganlah pernah berusaha untuk berpikiran negatif tentang hidup yang engkau jalani saat ini, karena Allah pasti lebih mengetahui masa depan yang terbaik untukmu. Jadi nikmati dan berusahalah, biarkan Allah yang mengatur karena penyesalan hanya akan datang di akhir cerita"

Senin, 06 Juli 2015

5 MENIT SAJA RENUNGAN UNTUK KAUM MUDA

Tulisan ini memang bukan tulisan saya, namun saya berusaha untuk mempublikasikannya agar memberikan manfaat bagi saudara-saudara muslimin sekalian. Semoga dapat memberikan manfaat dan sebagai sarana introspeksi diri kita sebagai kaum muda. Bismillah..

"Ketahuilah wahai para pemuda, sesungguhnya anda diciptakan untuk suatu urusan yang maha penting, tujuan yang luhur, yang untuk tujuan itulah Allah menciptakan dunia dan seisinya, me­ngutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab un­tuk menyeru kepadanya. Tujuan tersebut adalah ber­ibadah kepada Allah Ta'ala tanpa menyekutukan dengan suatu apapun.
Ibadah inilah yang merupakan hakikat dinul Is­lam. Itulah millah (jalan)nya bapak kita Ibrahim, yang barangsiapa membencinya berarti berlaku bo­doh terhadap dirinya sendiri, termasuk golongan orang-orang yang sesat dan binasa. Perkara ini pula yang menjadi wasiat para Nabi sebagian bagi seba­gian yang lain, sebagaiman firman Allah:
وَمَن يَرْغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلاَّ مَن سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الآخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ. إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ. وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ. أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاء إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِن بَعْدِي قَالُواْ نَعْبُدُ إِلَـهَكَ وَإِلَـهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَـهاً وَاحِداً وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akherat benar-benar termasuk orang-orang yang shaleh. Ketika Rabbnya berfirman kepadanya "tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab, "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam." Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'kub (Ibrahim ber­kata): "Hai anak-anakku sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam." Adakah kamu hadir ketika Ya'kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu Ibrahim, Isma'il dan Ishaq, (yaitu) Ilah Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS Al-Baqarah: 130-133)

Maka setiap kali seseorang meninggalkan urusan yang menjadi tujuan penciptaannya yang menjadi jaminan kebahagiaan, keberuntungan dan kesukse­san dunia dan akhiratnya, lalu menyibukkan diri de­ngan urusan selainnya yang justru akan menda­tangkan kebinasaan, kesengsaraan dan kerugian­nya, maka dia adalah orang yang paling hina di an­tara yang hina, paling dungu di antara yang dungu.
Wahai pemuda, ibadah di dalam Islam memi­liki pengertian yang luas, tidak benar jika diartikan sebatas pada shalat, sahum, zakat, haji dan syi'ar-syi'ar ta'abudiyah selainnya saja. Bahkan iba­dah di dalam Islam adalah suatu manhaj yang saling melengkapi, menjadikan kemudahan kehidupan dalam seluruh aspeknya, sesuai dengan kehendak Allah عزّوجلّ. Sebagian ulama memberikan definisi iba­dah, yakni "kata yang mencakup seluruh apa-apa yang dicintai dan diridhai oleh Allah, baik perkataan ataupun perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin."
Sehingga sudah selayaknya seluruh aspek kehi­dupan itu terikat pada tujuan untuk merealisasikan ibadah kepada Allah Ta'ala. Bahkan sudah men­jadikan setiap marhalah (fase) kehidupan ini selu­ruhnya adalah ibadah, hingga kematian adalah me­rupakan bentuk ibadah kepada Allah عزّوجلّ, sebagai­mana firman Allah:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَاْ أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian itulah yang diprintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al-An'am: 162-163)
Ketahuilah wahai saudaraku yang aku cintai, kebutuhan kita untuk beribadah kepada Allah lebih mendesak daripada kebutuhan kita terhadap makanan, minuman dan udara. Karena, makanan, minuman dan udara berfungsi untuk melestarikan badan, sedangkan ibadah berfungsi untuk menegak­kan ruh dan badan sekaligus. Oleh karena itulah iba­dah merupakan aktivitas seluruh makhluk yang ada, baik benda mati, hewan maupun tumbuh-tumbuh­an, baik yang kita saksikan maupun sesuatu yang tak dapat kita saksikan. Allah berfirman:
وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدَهِ وَلَـكِن لاَّ تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
"Dan tak satupun melainkan bertasbih dengan me-muji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (QS Al-Isra': 44)
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يَسْجُدُ لَهُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُومُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ وَكَثِيرٌ مِّنَ النَّاسِ وَكَثِيرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُ
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa saja yang ada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bitang, gunung, pohon-pohonan, binatangbintang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya." (QS Al-Hajj: 18)
Maka siapapun yang meninggalkan ibadah ke­pada Allah Ta'ala dan menolak bersujud kepada-Nya maka Allah akan menghinakanny memburukkan keadaannya dan tidak menghendaki kebaikan atasnya.
Dan Allah Ta'ala mewajibkan kita untuk beriba­dah bukanlah demi mendatangkan manfaat bagi-Nya, karena Dia Subhanahu Maha Kaya dari seluruh alam, sebagaimana firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ. مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِإِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi sangat kokoh." (QS Adz-Dzariyat: 56-58)
Akan tetapi Allah Ta'ala membebankan ibadah kepada kita adalah untuk membersihkan dan men-sucikan kita serta menghilangkan penyakit hati dan syahwat hawa nafsu. Allah berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mere­ka dan mendo'alah untuk mereka, sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mere­ka." (QS At-Taubah: 103)
Segala bentuk ibadah tidak diterima kecuali jika terpenuhi dua syarat, yakni ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti) nabi صلي الله عليه وسلم. Allah Ta'ala berfirman:
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun da­lam beribadah kepada Rabbnya. "(QS Al-Kahfi: 110)
Nabi صلي الله عليه وسلم  bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
"Barangsiapa yang beramal dengan suatu amal yang tidak ada perintah dari kami, maka tertolak." (HR Muslim)
Demikian nyata pengaruh niat, begitu pula niat akan menjadikan kebiasaan-kebiasaan umum ber­nilai ibadah. Aktivitas seseorang berupa makan, mi­num, tidur, memakai pakaian adalah berupa ke­biasaan-kebiasaan, akan tetapi jika orang yang me­ngerjakannya memiliki komitmen bahwa dengannya dia bertujuan untuk mendukung ketaatannya kepada Allah dan menampakkan nikmat-Nya atas dirinya, niscaya dia akan mendapatkan pahala karenanya.
Tidak diragukan lagi bahwa beribadah kepada Allah Ta'ala adalah ibadah yang paling terhormat, paling suci, paling luhur dan paling tinggi. Sedang­kan beribadah kepada selain-Nya adalah kesyirikan, kesesatan dan kerugian di dunia dan akhirat.
Wahai pemuda, maksud beribadah kepada selain Allah tidak hanya terbatas pada tin­dakan menyembah berhala, thawaf di kuburan, me­mohon kepada penghuninya, menyembelih untuk se­lain Allah maupun istighatsah kepada selain Allah dalam hal yang tidak dimampui melainkan oleh Allah. Semua itu memang termasuk macam-macam beribadah kepada selain Allah. Namun lebih dari itu, karena iba­dah mengandung unsur puncak kecintaan dan pun­cak menghinakan diri. maka barangsiapa yang men­cintai sesuatu setara dengan cintanya kepada Allah dan menghinakan diri kepadanya, berarti dia telah beribadah kepada selain Allah, baik sesuatu itu be­rupa batu, berhala, manusia, kuburan, wali, pema­haman, madzhab, harta, dunia, wanita, hawa naf­su, syetan atau selainnya yang mana manusia me­nyerahkan (pasrah) dirinya dan beribadah mengabdi kepadanya.
Imam Ibnu Al-Qayyim berkata, "inti kesyirikan kepada Allah adalah syirik dalam mahabbah (kecin­taan), sebagaimana firman Allah:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ
"Dan antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah." (QS Al-Baqarah: 165)
Maka Allah Subhanah mengabarkan bahwa di antara manusia ada yang menyekutukan-Nya, dia menjadikan tandingan selain Allah, mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Maksudnya, bahwa hakikat ibadah tidak terwujud jika disertai kesyirikan kepada Allah dalam mahabbah (kecintaan), berbeda halnya dengan cinta kepada Allah yang merupakan konsekuensi dari ibadah kepada-Nya.
Bentuk mahabbah yang paling agung dan terpuji adalah mencintai Allah semata dan men­cintai apa yang Dia cintai. Inilah akar kebahagiaan dan intinya. Tiada seorangpun yang selamat dari adzab melainkan dengannya. Nabi صلي الله عليه وسلم  bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ بِهِنَّ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعَدَ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Tiga perkara apabila ada pada seseorang berarti dia telah merasakan manisnya iman, (yaitu) apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selain ke­duanya, seseorang yang tidak mencintai melainkan karena Allah dan benci kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkan darinya sebagaimana bencinya jika dirinya dilempar ke dalam neraka."(Muttafaq 'alaih)
Adapun cinta yang paling parah celanya adalah mahabbah ma'allah, yakni seseorang yang menye-tarakan rasa cintanya kepada Allah dengan tandi­ngan selain Allah. Kecintaan ini merupakan inti ke­sengsaraan dan biangnya. Orang yang melakukan­nya berada di neraka dan diadzab di jahannam, wal 'iyadzu billah.
Kebanyakan pemuda teracuni dengan berbagai macam cinta yang tercela, di antaranya adalah:
1.     Gandrung terhadap wanita dan gadis serta ter­fitnah oleh godaannya dan bergaul dengan mereka dalam kemaksiatan.
2.     Cenderung mencintai remaja, bergaul dan me­mandang mereka dengan syahwat.
3.     Mengidolakan para selebritis yang termasuk ka­tegori orang-orang yang membuat kerusakan dan banci, serta latah mengikuti mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan dan tokoh idola.
4.     Mencintai orang-orang kafir, mengagungkan mereka, meniru mereka dan berpartisipasi dalam merayakan hari raya mereka.
5.     Menyukai hal-hal haram dengan berbagai ma­cam ragamnya serta asyik melakukanya. Terutama minuman keras, ganja, rokok, zina, homo dan se­lainnya yang kebanyakan pemuda telah terjerumus ke dalamnya.

Setelah paparan sekilas tentang hakikat ibadah dan mahabbah serta kemungkinan-kemung­kinan penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan­nya, memungkinkan bagi anda untuk bertanya ke­pada diri sendiri, siapakah yang Anda cintai? Benarkah Anda hanya mencintai Allah semata? Jika Anda menjawab, "ya", maka tanyakanlah kepada dirimu sendiri, apa bukti kecintaanmu kepada-Nya? Su­dahkah engkau mencintai karena Allah dan benci karena Allah? Berwala' karena Allah dan bermu­suhan karena Allah? Sudahkah Anda mencintai apa-apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa-apa yang dibenci oleh-Nya? Mencintai orang yang dicintai Allah dan membenci siapapun yang dibenci oleh-Nya?
Jika seluruh pertanyaan tersebut anda jawab de­ngan "ya" -saya berharap mudah-mudahan hal itu benar- maka sudah selayaknya saya bertanya: jika setiap pemuda memiliki sifat ubudiyah dan mahab­bah yang sempurna kepada Allah semacam ini, lalu mengapa kita melihat kebanyakan pemuda benci terhadap ketaatan dan lari darinya?
Mengapa kami melihat banyak di antara pemuda yang meninggalkan [sholat] padahal ia merupakan tiang agama dan pondasinya?
Mengapa hobi kebanyakan pemuda adalah hal-hal yang haram, menerima dan senantiasa cenderung kepadanya, kepuasan mereka adalah ketika bisa me­ngerjakannya, kesedihan mereka adalah kehilangan kesempatan untuk bermaksiat?
Bukankah khamr, ganja, rokok, minuman-minu­man keras, musik, film-film porno, zina, homoseks, memperolok-olok agama dan orang yang komitmen dengannya merupakan perbuatan haram yang umum dilakukan oleh para pemuda?
Bukankah hal-hal tersebut menyelisihi kecintaan kepada Allah سبحانه و تعالي dan cinta karena Allah? Bukankah ini merupakan bentuk syirik kepada Allah dalam mahabbah?
Bagaimana anda mencintai Allah sedang malam dan siang engkau menantang-Nya untuk berperang?
Bagaimana anda mencintai Allah sedang ber­ulang-ulang engkau mengundang kemurkaan-Nya dan mendurhakai-Nya?
Bagaimana anda mengaku cinta kepada Allah, sedang jalan menuju masjidpun engkau tak menge­tahuinya?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah pa­dahal engkau mencintai musuh-musuh-Nya, mem­banggakan mereka, meniru, dan berangan-angan jika engkau bisa seperti mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah sedangkan engkau berlaku sombong terhadap wali-wali Allah (mukminin), menghinakan dan meleceh­kan mereka?
Bagaimana engkau mengaku mencintai Allah sedangkan engkau menyelisihi Rasulullahصلي الله عليه وسلم  secara dhahir dan bathin? Padahal Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS Ali Imran 31)
Dimanakah bukti ittiba'mu kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم  wahai anda yang mengaku cinta kepada Allah Ta'ala?
Engkau membangkang kepada-Nya
Lalu mengaku bahwa engkau cinta
Inilah pengakuan yang nyata dustanya
Jika benar engkau mencintai-Nya
Tentulah engkau mentaati-Nya
Karena seseorang akan taat kepada kekasihnya
Keputusan inilah yang kami tunggu-tunggu sejak lama wahai pemuda. Kami berangan-angan, kalau saja keputusan telah kau ambil sebe­lum ini. Keputusan yang cepat tanpa menunda. Ma­ka ambillah keputusan sekarang juga..tunduklah hanya kepada Allah saja sekarang juga..bertaubatlah kepada Rabbmu sekarang juga..,bermuhasabahlah terhadap dirimu sekarang juga...ubahlah jalan hidupmu sekarang juga.. .bersihkan dirimu dari per­ibadatan kepada selain Allah sekarang juga..jauhi syahwat yang diharamkan sekarang juga..ikhlaslah untuk Allah sekarang juga...ikutilah sunnah nabimu sekarang juga juga...perangilah hawa nafsu dan syetan sekarang juga..tinggalkan teman-teman bejat­mu sekarang juga...sahutlah adzan dan makmur­kan masjid Allah sekarang juga...anggaplah serius perkara yang haram sekarang juga...jagalah kedua mata, penglihatan, telinga dan hatimu dari segala yang haram mulai sekarang juga.
Jika nantinya anda terjerumus ke dalam kemak­siatan dan perkara yang haram, maka janganlah anda berputus asa. Akan tetapi perbaharuilah taubat­mu dan mulailah dengan lembaran hidup yang ba­ru. Janganlah engkau menyerah kepada ajakan hawa nafsu dan syahwat, paksalah nafsumu dan giringlah ia menuju ketaatan kepada Allah. Ingatkanlah jiwa­mu akan buruknya akibat dosa dan maksiat. Layang­kan pandanganmu kepada ketinggian derajat pemu­da yang taat sebagaimana yang disebutkan oleh Na­bi صلي الله عليه وسلم  tentang jaminan yang diberikan kepada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya (di antaranya ada­lah)...”pemuda yang rajin beribadah kepada Allah" (Muttafaq alaih)
Ingatkan juga kepada jiwamu tentang kisah Nabiyullah Yusuf عليه السلامbagaimana beliau memohon penjagaan kepada Allah dan memerangi hawa nafsu serta merasakan kedekatan Rabbnya. Allah meng­angkat martabat beliau dan memuliakannya pada tingkat kemuliaan tertinggi, dan tanyakanlah kepa­da jiwamu, "apa jadinya andai saja beliau mengikuti hawa nafsu dan tunduk pada rayuan syetan?
Aku memohon kepada Allah untukku dan untuk­mu agar senantiasa mendapat- hidayah dan taufik, shalawat dan salam semoga terlimpah atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya."
Sumber : Abdurrahman Ubaid, http://musyrifsejati.blogspot.com/

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...