Mungkin diantara cerita-cerita saya, ini mungkin menjadi cerita yang tidak baik. Tapi apadaya namanya kehidupan dan kita sebagai manusia memang tidaklah sempurna. Seandainya kita sebagai manusia adalah sosok yang sempurna dan dapat mengetahui isi hati orang lain. Maka sudah tidak akan mungkin manusia itu akan hidup secara bersama-sama, adanya adalah hidup secara individual.
Yah,
ceritanya demikian. Suatu hari saya adalah seorang anggota di sebuah organisasi
yang dianggap sebagai seorang alumni bukan karena telah menyelesaikan masa
studinya. Di dalam organisasi tersebut ada sebuah mekanisme dimana ketika si
anggota sedang berada di luar kota tempat organisasi berada, maka status
keanggotaannya di non aktifkan dan ada pula sebuah kesepakatan dimana ketika
memang dalam kondisi khusus, anggota yang sedang berada di kota tempat
organisasi berada, statusnya dapat di non aktifkan asalkan memang kondisinya
terpaksa dan kesulitan untuk menghadiri urusan organisasi. Namun yang dapat
melakukan permohonan itu adalah mereka yang sudah menjadi “anggota khusus”.
Nah,
inti cerita dimulai dari sini. Saya baru saja kembali dari kampung halaman
karena ada urusan keluarga yang sangat penting. Saya kembali ke kota tempat
organisasi saya bernaung karena ada tawaran proyek yang berdurasi 3 bulan dan
membuat saya harus berada di kota tersebut dan meninggalkan kampung halaman
saya. Proyek tersebut tidak terlalu mengambil tenaga dan waktu saya sehingga
saya masih melakukan berbagai hal termasuk aktif berkegiatan di organisasi.
Suatu malam saya mendapatkan undangan untuk rapat membahas suatu kegiatan dan
saya pun dating dengan kondisi terlambat. Sungguh terkejutnya saya bahwa ketika
saya sampai di tempat rapat, seorang penanggung jawab menanyakan kepada saya
kenapa saya datang dalam rapat. Saya pun menjawabnya dengan tenang bahwa karena
saya menerima undangan, dan sontak saya menjadi terkejut ketika dia
menyampaikan bahwa status saya sudah di non aktifkan tanpa adanya klarifikasi
atau pemberian informasi kepada saya.
Awalnya
hal ini membuat saya terkejut dan ada sedikit rasa penyesalan terhadap
keputusan tersebut. Namun setelah saya bertanya alasannya saya pun cukup bisa
menerima karena memang demi kebaikan saya dan karena saya lebih menghormati
keputusan para penanggung jawab. Akhirnya saya pun lepas dari keaktifan di
organisasi, walaupun demikian saya masih sering mendatangi sekre organisasi
karena ingin berinteraksi dan berbagi dengan orang-orang yang datang ke sekre.
Hari
demi hari berlalu hingga bulan sudah menginjak bulan Agustus. Saya tahu pada
bulan-bulan ini organisasi pasti sibuk dan mebutuhkan banyak orang oleh
karenanya saya memberikan saran kepada penanggung jawab untuk bisa lebih merapatkan
barisan dan mempersiapkan anggota, namun tidak tahu apakah saran saya diterima
atau didengar atau tidak karena kenyataanya banyak sekali hal yang miss pada
penyelenggaraan kegiatan di bulan ini.
Melihat
hal tersebut, ada keinginan dari saya untuk membantu tapi tidak ikut campur
secara keseluruhan. Oleh karena itu pada saat persiapan untuk pelaksanan
upacara saya mencoba hadir dan menemani, namun tidak ikut secara langsung
membantu persiapan. Harapan saya jika misalkan ada yang kurang pas mereka bisa
bertanya atau saya dapat memberikan arahan. Hal ini karena upacara yang akan
dilaksanakan akan dilihat oleh seluruh jajaran dan anggota baru dari induk
organisasi tempat organisasi saya bernaung. Kesibukan saya yang masih harus
keluar kota membuat saya tidak bisa menemani setiap waktu, namun jika saya
berada di dalam kota dan longgar pasti saya sempatkan untuk menemani.
Tapi
niat baik saya tersebut rupanya bertentangan dengan kenyataan. H-2 sebelum
pelaksanaan upacara saya mencoba menemani mereka melakukan persiapan. Persiapan
dilakukan pada malam hari setelah magrib. Saya pun datang cukup terlambat,
namun saya tidak datang sendiri. Saya datang bersama dengan penanggung jawab
utama yang memang tanpa sengaja datang terlambat karena ada kepentingan. Tidak
tahunya ketika saya sampai disana, persiapan sudah selesai dan pada saat sesi
lingkaran evaluasi, tak ada ruang yang diberikan kepada saya, seolah-olah saya
adalah orang asing yang memang bukan dari organisasi. Saya pun menerimanya dan
duduk di samping salah seorang anggota. Dan benar saja hingga perbincangan
selesai, tak seorang pun yang merasa bahwa saya ada disana. Saya seperti hantu
yang jelas ada disana dan tidak dianggap keberadaan saya. Tiba-tiba lingkaran
pun sudah akan dibubarkan. Karena saya merasa sudah tidak dianggap dan percuma
saya sudah mengeluarkan waktu dan tenaga untuk menemani dan melihat mereka tapi
dari mereka merasa tidak membutuhkan atau bahkan tidak menganggap saya, maka
saya pun pergi dengan hati yang sakit.
Keesokan
harinya, saya pun tidak mau dan tidak ada keinginan untuk datang dalam gladi
bersih. Saya hanya akan memutuskan untuk melihat hasil persiapan mereka pada
hari pelaksanaan. Ternyata ketika hari pelaksanaan, apa yang mereka persiapkan
menurut saya tidaklah sebaik persiapan-persiapan sebelumnya. Dan selama lima
tahun saya di organisasi, tahun ini adalah tahun terjelek yang pernah saya
perhatikan. Walaupun demikian, saya lantas tidak ingin menyombongkan diri dan
menjelek-jelekkan mereka. Saya menerima apa yang sudah menjadi usaha mereka.
Semua itu adalah usaha dan memang giliran mereka yang menjadi tulang punggung
organisasi. Dan setelah itu saya pun memutuskan ingin membatalkan kontrak
proyek dan kembali ke kampung halaman berharap tidak ingin ikut campur lagi di
organisasi. Karena setiap kali saya kembali ke kota tersebut, saya ingin
kembali ke organisasi tersebut karena kecintaan saya pada organisasi tersebut.

upss.. tetangga sebelah memang penuh kejutan,, hheheeeeee,,
BalasHapus