Rabu, 02 September 2015

Saya Menangis Dua Kali

Bismillahhirrohmanirohim,
Kali ini saya ingin bercerita mengenai sesuatu yang cukup menyedihkan, namun penuh dengan makna kehidupan yang mendalam. Kali ini bukan mengenai masa lalu atau apa yang saya alami, melainkan cerita ini merupakan refleksi diri kita agar dapat menjadi pribadi muslim yang benar-benar kuat dan meyakini bahwa janji-janji Allah swt pastilah akan datang pada saat waktunya.
            Ya, hari ini, malam kamis di minggu pertama bulan September, saya telah mengeluarkan air mata sebanyak dua kali. Air mata yang saya keluarkan bukanlah karena kegagalan saya atas sesuatu ataupun kehilangan atas sesuatu. Air mata yang saya keluarkan karena saya merasa malu. Malu bahwa saya masih memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan yang masih jauh dibawah dari saudar-saudara muslim yang akan saya ceritakan ini.
            Tepatnya setelah menunaikan ibadah sholat Isya’ saya menyempatkan mengikuti kajian rutin di sebuah Masjid di salah satu pedukuhan daerah pogung. Tema kajianya adalah merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah. Sangat menarik karena meraih husnul khatimah merupakan keinginan dari seluruh umat muslimin. Setiap umat muslimin ingin ketika meninggal nantinya dapat meraih atau meninggal dalam keadaan husnul khatimah karena jaminannya adalah pasti akan masuk ke dalam surganya Allah swt.
            Dalam kajian tersebut dijelaskan mengenai garis kehidupan dan jalan kehidupan yang semuanya pasti akan bermuara pada kematian. Garis kehidupan adalah sesuatu yang sudah diciptakan sebelum manusia lahir sedangkan jalan kehidupan adalah jalan yang dibuat oleh manusia, bisa berkelok atau bisa jadi lurus tergantung manusia tersebut yang membuatnya. Allah swt merupakan Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Dia selalu memberikan atau menunjukkan jalan yang terbaik untuk manusia. Namun, manusialah yang tidak pernah menyadari akan hal tersebut. Setelah penjelasan panjang lebar mengenai kedua hal tersebut, inti dari merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah ada pada tiga titik,yakni peristiwa (menerima), aturan (taat), dan harapan (yakin).
Peristiwa adalah kejadian-kejadian yang dialami oleh setiap mahluk hidup. Dalam setiap peristiwa pasti manusia akan dihadapkan dengan pilihan yakni menerima atau tidak menerima hal tersebut. Contohnya ketika Anda sedang makan dan makanan Anda dijatuhkan oleh seseorang, maka Anda akan dihadapkan pada dua pilihan, menerima hal tersebut dan permasalahan selesai atau tidak menerima hal tersebut dan menuntut orang yang menumpahkan makanan Anda. Dan Allah swt pun sudah memberikan pilihan terbaik untuk manusia yakni MENERIMA. Karena dengan menerima, permasalahan tersebut menjadi selesai dan tidak semakin berlarut-larut. Disamping  itu hal ini menunjukkan kebesaran hati manusia dan bentuk ketaatannya terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Aturan adalah sesuatu yang sengaja dibuat untuk bisa mengikat manusia sehingga dapat berperilaku sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat. Adanya aturan akan membuat manusia menjadi pribadi dengan akhlak yang terpuji. Oleh karena itu sudah jelas bahwa Allah swt pun juga telah memilihkan pilihan yang terbaik yakni TAAT terhadap aturan dan hal ini pun juga telah ditegaskan oleh Rasulullah saw pada saat menjelang akhir hayat beliau bahwa kita umat muslim haruslah berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist. Dan terakhir adalah harapan yang mana dalam setiap harapan itu harus kita sertai dengan keyakinan, karena Allah swt telah memilihkan sifat YAKIN sebagai sifat terbaik agar kita selalu optimis dan percaya bahwa harapan itu ada dan akan datang pada orang-orang yang meyakininya. Dengan memiliki sifat-sifat terbaik yang telah dipilihkan oleh Allah swt tersebutlah, Insyallah pertolongan Allah agar rencana kita untuk dapat meraih husnul khatimah dapat tercapai.
Sebelum kajian ditutup, ustadz pun menampilkan dua buah video bentuk dari sifat-sifat terbaik pilihan Allah swt yang dapat menolong manusia yang merencanakan untuk dapat meraih husnul khatimah. Pada video-video inilah, air mata saya tanpa saya sadari telah keluar dari mata saya.
Video pertama ini menceritakan tentang seorang anak bernama Muhammad yang memiliki seorang ibu namun ibunya gila. Muhammad yang sangat sayang dengan ibunya mendatangi seorang dokter muda beserta membawa sang ibu. Ketika masuk ke ruang dokter, sang ibu menolak untuk masuk, dia mencakar, memukul, bahkan meludah kepada Muhammad, namun Muhammad pun tetap sabar menerimanya. Lalu terjadilah percakapan antara ketiganya
Dokter : siapakah wanita itu ?
Muhammad : dia ibu saya.
Dokter : apakah dia mengenalmu ?
Muhammad : tidak dia tidak mengenalku.
Dokter : Lalu bagaimanakah kamu tahu dia ibumu?
Muhammad : Demi Allah aku bersumpah bahwa dia adalah ibu yang melahirkanku.
Dia dinikahkan kakekku dengan ayahku dan setelah setahun pernikahan, ayah menalak ibuku. Setelah berumur 10 tahun aku merawat ibuku, menyiapkan segala kebutuhannya dan ketika tidur aku ikat kaki ibuku dengan kaki agar ibuku tidak lari.
Tiba-tiba ditengah pembicaraan tersebut, sang ibu yang melihat ada foto Mekah disana pun bertanya kepada sang anak.
            Ibu : Itu foto Mekkah ya, kapan kita kesana?
            Muhammad : Kamis, In sha Allah.
Lalu saat Muhammad dan ibu itu keluar dari ruang dokter, si dokter tersebut menangis. Pesan dari cerita tersebut adalah Muhammad yang dengan ikhlas menerima kenyataan kondisi ibunya yang sudah gila dan tidak mengenali anaknya, Muhammad pun dengan taat memenuhi setiap keinginan dan kebutuhan dari sang ibu hanya karena dia yakin bahwa pintu surga akan selalu dibukakan oleh Allah swt untuknya dan untuk ibunya.
            Video kedua pun bercerita tentang seorang pemuda yang oleh Allah swt kenikmatan penghilatannya pun diambil sejak dia lahir sehingga dia mengalami kebutaan. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa. Dia pun memutuskan untuk menerima kenyataan tersebut dan memilih untuk dapat menghafal Al Qur’an dan akhirnya pada umurnya yang masih remaja, dia pun mampu menjadi penghafal Al Qur’an. Dalam sebuah kesempatan wawancara, dia menyampaikan bahwa dia bersyukur Allah swt telah mengambil nikmat penglihatannya dan tidak berharap  untuk penglihatannya dikembalikan. Si pemuda ini beralasan agar pada saat Yaumul Hisab kelak, dia mendapatkan keringanan dalam mempertanggung jawabkan nikmat penglihatannya dan lebih memilih untuk dapat manghafal Al Qur’an dengan keterbatasanyang dia miliki. Subhanallah, begitu mulianya harapan si pemuda tersebut. Dia dengan ikhlas menerima kekurangan yang diberikan Allah swt padanya dan tetap taat menjalankan ibadah pada-Nya tanpa mencoba berputus harapan dari Allah swt karena keyakinannya akan harapan yang akan lebih baik kelak di negeri akhirat sana. Bagaimana dengan kalian saudara-saudaraku yang diberikan kenikmatan melihat keindahan segala ciptaan Allah swt. Sudahkan kita memanfaatkannya untuk beribadah di jalan Allah ataukah telah banyak kita salah gunakan. Apakah saudara sudah berusaha menghafal Al Qur’an dikala saudara masih memiliki kemampuan untuk melihat sedangkan saudara kita yang jauh disana tidak dapat melihat namun sudah mampu menjadi penghafal Al Qur’an?

            Mari mulai dari sekarang kita refleksikan diri untuk memperbaiki diri kita. Mari mulai lebih banyak beribadah, sedikit tinggalkanlah urusan duniawi dan mulai perbanyak kesibukan untuk urusan akhirat karena sejatinya manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah swt. Semoga tulisan ini dapat menjadikan renungan dan memberikan motivasi pada diri kita untuk bisa lebih giat lagi beribadah kepada Allah swt dan membantu merencanakan hidup kita agar kelak dan meraih husnul khatimah, amiiin. Bila ada salah tulisan, penulis mohon maaf, semoga dapat bermanfaat.



Sumber video : Youtube

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...