Bismillahhirrohmanirohim,
Kali ini saya ingin bercerita
mengenai sesuatu yang cukup menyedihkan, namun penuh dengan makna kehidupan
yang mendalam. Kali ini bukan mengenai masa lalu atau apa yang saya alami,
melainkan cerita ini merupakan refleksi diri kita agar dapat menjadi pribadi
muslim yang benar-benar kuat dan meyakini bahwa janji-janji Allah swt pastilah
akan datang pada saat waktunya.
Ya,
hari ini, malam kamis di minggu pertama bulan September, saya telah
mengeluarkan air mata sebanyak dua kali. Air mata yang saya keluarkan bukanlah
karena kegagalan saya atas sesuatu ataupun kehilangan atas sesuatu. Air mata
yang saya keluarkan karena saya merasa malu. Malu bahwa saya masih memiliki
kadar keimanan dan ketaqwaan yang masih jauh dibawah dari saudar-saudara muslim
yang akan saya ceritakan ini.
Tepatnya
setelah menunaikan ibadah sholat Isya’ saya menyempatkan mengikuti kajian rutin
di sebuah Masjid di salah satu pedukuhan daerah pogung. Tema kajianya adalah
merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah. Sangat menarik karena meraih
husnul khatimah merupakan keinginan dari seluruh umat muslimin. Setiap umat
muslimin ingin ketika meninggal nantinya dapat meraih atau meninggal dalam
keadaan husnul khatimah karena jaminannya adalah pasti akan masuk ke dalam
surganya Allah swt.
Dalam
kajian tersebut dijelaskan mengenai garis kehidupan dan jalan kehidupan yang
semuanya pasti akan bermuara pada kematian. Garis kehidupan adalah sesuatu yang
sudah diciptakan sebelum manusia lahir sedangkan jalan kehidupan adalah jalan
yang dibuat oleh manusia, bisa berkelok atau bisa jadi lurus tergantung manusia
tersebut yang membuatnya. Allah swt merupakan Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Dia selalu memberikan atau menunjukkan jalan yang terbaik untuk
manusia. Namun, manusialah yang tidak pernah menyadari akan hal tersebut.
Setelah penjelasan panjang lebar mengenai kedua hal tersebut, inti dari
merencanakan hidup untuk meraih husnul khatimah ada pada tiga titik,yakni
peristiwa (menerima), aturan (taat), dan harapan (yakin).
Peristiwa adalah kejadian-kejadian
yang dialami oleh setiap mahluk hidup. Dalam setiap peristiwa pasti manusia
akan dihadapkan dengan pilihan yakni menerima atau tidak menerima hal tersebut.
Contohnya ketika Anda sedang makan dan makanan Anda dijatuhkan oleh seseorang,
maka Anda akan dihadapkan pada dua pilihan, menerima hal tersebut dan
permasalahan selesai atau tidak menerima hal tersebut dan menuntut orang yang
menumpahkan makanan Anda. Dan Allah swt pun sudah memberikan pilihan terbaik untuk
manusia yakni MENERIMA. Karena dengan menerima, permasalahan tersebut menjadi
selesai dan tidak semakin berlarut-larut. Disamping itu hal ini menunjukkan kebesaran hati
manusia dan bentuk ketaatannya terhadap apa yang telah ditentukan oleh Allah
swt.
Aturan adalah sesuatu yang sengaja
dibuat untuk bisa mengikat manusia sehingga dapat berperilaku sesuai dengan
norma atau nilai-nilai yang dapat diterima oleh masyarakat. Adanya aturan akan
membuat manusia menjadi pribadi dengan akhlak yang terpuji. Oleh karena itu
sudah jelas bahwa Allah swt pun juga telah memilihkan pilihan yang terbaik
yakni TAAT terhadap aturan dan hal ini pun juga telah ditegaskan oleh
Rasulullah saw pada saat menjelang akhir hayat beliau bahwa kita umat muslim
haruslah berpegang teguh pada Al Qur’an dan Al Hadist. Dan terakhir adalah
harapan yang mana dalam setiap harapan itu harus kita sertai dengan keyakinan,
karena Allah swt telah memilihkan sifat YAKIN sebagai sifat terbaik agar kita
selalu optimis dan percaya bahwa harapan itu ada dan akan datang pada
orang-orang yang meyakininya. Dengan memiliki sifat-sifat terbaik yang telah
dipilihkan oleh Allah swt tersebutlah, Insyallah pertolongan Allah agar rencana
kita untuk dapat meraih husnul khatimah dapat tercapai.
Sebelum kajian ditutup, ustadz pun
menampilkan dua buah video bentuk dari sifat-sifat terbaik pilihan Allah swt
yang dapat menolong manusia yang merencanakan untuk dapat meraih husnul
khatimah. Pada video-video inilah, air mata saya tanpa saya sadari telah keluar
dari mata saya.
Video pertama ini menceritakan
tentang seorang anak bernama Muhammad yang memiliki seorang ibu namun ibunya
gila. Muhammad yang sangat sayang dengan ibunya mendatangi seorang dokter muda
beserta membawa sang ibu. Ketika masuk ke ruang dokter, sang ibu menolak untuk
masuk, dia mencakar, memukul, bahkan meludah kepada Muhammad, namun Muhammad
pun tetap sabar menerimanya. Lalu terjadilah percakapan antara ketiganya
Dokter : siapakah wanita itu ?
Muhammad : dia ibu saya.
Dokter : apakah dia mengenalmu ?
Muhammad : tidak dia tidak
mengenalku.
Dokter : Lalu bagaimanakah kamu tahu
dia ibumu?
Muhammad : Demi Allah aku bersumpah
bahwa dia adalah ibu yang melahirkanku.
Dia dinikahkan kakekku dengan ayahku
dan setelah setahun pernikahan, ayah menalak ibuku. Setelah berumur 10 tahun
aku merawat ibuku, menyiapkan segala kebutuhannya dan ketika tidur aku ikat
kaki ibuku dengan kaki agar ibuku tidak lari.
Tiba-tiba ditengah pembicaraan tersebut, sang
ibu yang melihat ada foto Mekah disana pun bertanya kepada sang anak.
Ibu
: Itu foto Mekkah ya, kapan kita kesana?
Muhammad
: Kamis, In sha Allah.
Lalu saat Muhammad dan ibu itu keluar dari
ruang dokter, si dokter tersebut menangis. Pesan dari cerita tersebut adalah
Muhammad yang dengan ikhlas menerima kenyataan kondisi ibunya yang sudah gila
dan tidak mengenali anaknya, Muhammad pun dengan taat memenuhi setiap keinginan
dan kebutuhan dari sang ibu hanya karena dia yakin bahwa pintu surga akan
selalu dibukakan oleh Allah swt untuknya dan untuk ibunya.
Video
kedua pun bercerita tentang seorang pemuda yang oleh Allah swt kenikmatan
penghilatannya pun diambil sejak dia lahir sehingga dia mengalami kebutaan.
Namun hal ini tidak membuatnya putus asa. Dia pun memutuskan untuk menerima
kenyataan tersebut dan memilih untuk dapat menghafal Al Qur’an dan akhirnya
pada umurnya yang masih remaja, dia pun mampu menjadi penghafal Al Qur’an.
Dalam sebuah kesempatan wawancara, dia menyampaikan bahwa dia bersyukur Allah
swt telah mengambil nikmat penglihatannya dan tidak berharap untuk penglihatannya dikembalikan. Si pemuda
ini beralasan agar pada saat Yaumul Hisab kelak, dia mendapatkan keringanan
dalam mempertanggung jawabkan nikmat penglihatannya dan lebih memilih untuk
dapat manghafal Al Qur’an dengan keterbatasanyang dia miliki. Subhanallah,
begitu mulianya harapan si pemuda tersebut. Dia dengan ikhlas menerima
kekurangan yang diberikan Allah swt padanya dan tetap taat menjalankan ibadah
pada-Nya tanpa mencoba berputus harapan dari Allah swt karena keyakinannya akan
harapan yang akan lebih baik kelak di negeri akhirat sana. Bagaimana dengan
kalian saudara-saudaraku yang diberikan kenikmatan melihat keindahan segala
ciptaan Allah swt. Sudahkan kita memanfaatkannya untuk beribadah di jalan Allah
ataukah telah banyak kita salah gunakan. Apakah saudara sudah berusaha
menghafal Al Qur’an dikala saudara masih memiliki kemampuan untuk melihat
sedangkan saudara kita yang jauh disana tidak dapat melihat namun sudah mampu
menjadi penghafal Al Qur’an?
Mari
mulai dari sekarang kita refleksikan diri untuk memperbaiki diri kita. Mari
mulai lebih banyak beribadah, sedikit tinggalkanlah urusan duniawi dan mulai
perbanyak kesibukan untuk urusan akhirat karena sejatinya manusia diciptakan
untuk beribadah kepada Allah swt. Semoga tulisan ini dapat menjadikan renungan
dan memberikan motivasi pada diri kita untuk bisa lebih giat lagi beribadah
kepada Allah swt dan membantu merencanakan hidup kita agar kelak dan meraih
husnul khatimah, amiiin. Bila ada salah tulisan, penulis mohon maaf, semoga
dapat bermanfaat.
Sumber video : Youtube
Tidak ada komentar:
Posting Komentar