Sabtu, 28 Juni 2014

My Half Past Life part 1

            “.....Dan bila Matahari terbit dari ufuk timur....
            ......itulah kami Pramuka......”
            “.....Dan bila Rajawali terbang dari ufuk barat....
            .....itulah kami Pramuka......”
            “.....Heeeeyaaaaa.... Hoooooaaaeeyaaaa....(Hooooaaaeeyaaaa)”


            Penggalan lagu diatas adalah salah satu lagu yang selalu aku kenang dan terkadang terlintas dalam benak pikiranku dikala pikiran ini telah berat dan mulai mengimajinasikan hal-hal yang jauh dari apa yang sedang dalam pekerjaan saat itu atau bisa dikatakan “melamun”.
            Yah, lagu yang diciptakan oleh temanku (kurang tahu benar atau tidak.red) yang jelas lagu ini selalu terngiang dalam ingatanku yang akan selalu mengingatkanku pada momen di tahun 2005-2008 selama masa hidupku dan barangkali akan tetap aku ingat hingga aku tua, “the greatest gold memoirs ever after”
            Mungkin banyak hal yang ingin aku ceritakan dalam 3 tahun tersebut, namun karena pada dasarnya aku adalah orang cukup malas untuk bercerita jadi semoga ada part-part lain yang bisa diceritakan setelah cerita ini.. hehehe
            Yak, cerita dimulai semenjak aku adalah seorang “Pramuka”, ingat lo “Pramuka” dan kala itu aku masuk disebuah SMP terfavorit di kota asalku. Yah penuh perjuangan masuknya dan tentunya juga harus diikuti dengan perjuangan untuk berprestasi (basic life principal).
Sedikit flashback sebenarnya ada perdebatan antara aku dan orang tuaku ketika aku memilih masuk SMP ini. Orang tuaku ingin aku masuk di SMP yang dulu tempat dimana Ayah dan Kakakku bersekolah disana tapi aku tidak mau. Saat itu aku benar-benar memantapkan hati bahwa “aku yakin kalo aku masuk SMP ini aku bisa merubah diriku dan keluargaku, aku yakin dengan pilihanku karena ini adalah hidup dan masa depanku”, yah kira-kira itulah yang aku ucapkan dalam hati untuk bisa menguatkan hati yang terkadang lemah oleh perkataan orang tua. Ingat hati itu organ paling lemah dan selalu perlu dukungan, “all izz well”. Singkat cerita aku berhasil masuk dan sekolah disana, orang tuaku ikhlas dan akhirnya mendukung dan alhamdulillah lagi sekolahnya gratis tiga tahun, tidak ada SPP hanya bayar uang pangkal dan seragam jadi orang tuaku tidak terbebani soal biaya sekolahku.
Pada saat awal masuk sekolah, ada kegiatan namanya MOS (Masa Orientasi Siswa) yah pengenalan sekolah kepada siswa intinya. Di hari terakhir masa orientasi rupanya ada kegiatan persami (perkemahan sabtu minggu), seluruh siswa baru wajib ikut dan kelompok dibagi atas kelas orientasi. Akhirnya kelompok terbentuk, dapat tenda dan mulai kegiatan persami di akhir masa orientasi.
Kemah adalah kegiatan yang paling ingin aku lakukan sejak kecil. Dulu waktu di SD tidak pernah ada kegiatan kemah, padahal niatan ikut Pramuka itu biar bisa ikut kemah. Tapi nyatanya tidak ada kemah dan kemah pertamaku adalah waktu SMP.
Oke, perkemahan pun dimulai, saat pemilihan pemimpin regu sekali lagi aku tak pernah mengerti dengan orang disekitarku. Aku selalu apa adanya dan tidak ingin menonjol tapi mereka selalu melihat dan memandangku bahwa aku cakap untuk menjadi seorang pemimpin mereka. Sebenarnya aku ingin tahu, “apa sih yang kalian lihat dariku yang membuat kalian yakin bahwa aku pantas memimpin kalian?” Pada akhirnya memang akulah yang terpilih menjadi seorang pemimpin bagi reguku. Nama regu kami adalah elang.
Dimulai dengan mendirikan tenda dan rangkaian kegiatan perkemahan pun dimulai hingga pada sore hari menjelang malam, tiap pemimpin regu dipanggil untuk berkumpul. Kakak panitia menjelaskan bahwa acara selanjutnya adalah api unggun dan diperlukan beberapa peserta untuk membacakan dasa dharma dalam proses penyalakan api unggun. Oleh karena itu dimintalah perwakilan dari tiap peserta untuk ikut seleksi pembacaan dasa dharma dan nantinya akan menjadi petugas pembawa obor api unggun.
Aku pun kembali ke reguku dan menyampaikan pengumuman tersebut kepada rekan-rekan. Ternyata, tidak ada satupun dari mereka yang hafal dengan dasa dharma kecuali aku dan temaku Adit. Hah, sehingga akupun berangkat lagi untuk mengikuti seleksi itu. Panitia telah memanggil peserta seleksi dan seleksi pun dimulai. Masing-masing peserta diharuskan membacakan dasa dharma sesuai dengan nomor urut barisannya dengan keras dan lantang. Seleksi selesai dan yang terpilih hanya satu orang dari sekian banyak peserta perwakilan regu yang ikut berkemah, yakni aku.
Saat itu ada rasa bangga bagiku karena ini kali pertamanya dalam hidupku aku bisa menjadi bagian dari proses penyalaan api unggun. Setelah terpilih aku kembali ke reguku dan menyampaikan bahwa aku terpilih. Respon yang biasa ditunjukkan dari rekan sereguku. Entah aku tak tahu kenapa tapi aku hanya berpikir mungkin mereka sedang sibuk untuk memikirkan pentas seni yang akan diselenggarakan saat api unggun nantinya.
Tidak lama berselang aku pun dipanggil untuk mengikuti latihan proses penyalakan api unggun. Tak kusangka rupanya sembilan dari sepuluh orang yang nantinya akan membacakan dasa dharma adalah kakak-kakak angkatan dan hanya aku yang masih seorang siswa baru. Rasa canggung dan malu-malu pun terbesit dalam perasaanku tapi aku tetap berusaha menguatkan hati. Latihan pun telah selesai dan kegiatan api unggu pun dimulai. Alhamdulillah aku bisa menjalankan tugas dengan baik dan api unggun menyala dengan sangat indahnya. Pentas senipun dimulai dan akupun diminta untuk kembali bergabung kembali dengan reguku. Malam itu merupakan malam yang cukup dingin menjadi hangat karena nyala api unggun.
Pensi telah berakhir, semua peserta diminta untuk kembali ke tenda dan berisitirahat. Keesokan harinya kegiatan kemah berlanjut dengan penjelajahan dan berakhir pada siang hari. Saat pembagian juara, sayang regu yang aku pimpin belum beruntung dan elang harus terjatuh dari tempat dimana ia terbang.
Setelah itu hari-hariku bersekolah dimulai, kenal dengan teman baru, guru-guru baru, dan lingkungan baru, hingga suatu hari waktunya untuk memutuskan ingin ikut ekstrakurikuler apa. Aku pun menemui teman lamaku Rizki untuk berdiskusi dan mengajaknya untuk ikut ekstrakurikuler yang sama. Aku menyatakan kepada akan ikut Pramuka, tapi dia mengatakan jangan karena di Pramuka hanya akan dimarah-marahi dan dibentak-bentak. Dia menyarankan kepadaku untuk ikut PMR karena kegiatannya lebih ringan dan menyenangkan.
Setelah berdiskusi dengan Rizki, aku pun mulai menimbang-nimbang dan akhirnya memutuskan untuk ikut bersamanya yakni menjadi anggota PMR dan tidak mengikuti Pramuka. Dua minggu berselang setelah beberapa ekstrakurikuler menggelar latihan perdana dan keduanya. Dalam perjalananku kembali ke kelas dari kanti sekolah, salah seorang kakak kelas memanggilku tanpa menyebutkan namaku. Dia bertanya kepadaku apakah aku adalah orang yang kemarin ditunjuk jadi pembaca dasa dharma saat api unggun di persami sekolah. Aku pun menjawab “iya”. Lalu sang kakak melanjutkan ucapannya yang intinya menyarankan aku untuk ikut latihan Pramuka dan ikut ekstrakurikuler Pramuka. Dan aku pun memberi jawaban aku akan memikirkannya.
Di hari Sabtu, aku pun memberanikan diri untuk hadir dalam latihan Pramuka. Rupanya cukup banyak pula siswa baru yang ikut Pramuka dan lambat laun pun aku menjadi suka dan kerasan untuk menjalani latihan Pramuka, dan karena aku juga sudah ikut dalam latihan PMR maka aku pun akhirnya harus mengikuti dua ekstrakurikuler, yakni Pramuka dan PMR. Aku pun tak masalah dan menjalaninya dengan senang.
Hampir satu tahun aku mengikuti latihan Pramuka dan yang bertahan hingga sekarang ada sekitar 20 orang, meskipun demikian tidak semuanya selalu aktif datang saat latihan. Suatu hari ada pengumuman dari pembina bahwa sekolah akan berpartisipasi dalam kegiatan LT 2 dan ACAPELA. Oleh karena itu dipersiapkan regu yang akan berangkat mengikuti kegiatan lomba tersebut. Dikarenakan kegiatan LT 2 lebih dekat daripada ACAPELA yang waktu pelaksanaannya masih 3 bulan lagi maka sekolah hanya akan mengirimkan satu regu putra dan satu regu putri untuk mengikuti dua lomba tersebut.
Akhirnya mulailah pemilihan anggota yang akan mengikuti lomba tersebut untuk mewakili sekolah. Sekolah telah memiliki nama regu baku yang digunakan untuk mengikuti lomba-lomba tersebut, yakni Regu Rajawali untuk putra dan Regu Matahari untuk putri. Dalam perlombaan kali ini adik-adik kelas satu yang lebih ditekankan untuk ikut karena kakak-kakak kelas dua sudah pernah mengikuti lomba ACAPELA. Oleh karena itu, untuk memberikan pengalaman kepada adik-adik kelas, maka adik-adik kelaslah yang dikirim untuk mengikuti lomba. Dan yang terpilih menjadi pemimpin Regu Rajawali adalah aku dan pemimpin Regu Matahari adalah Rani Widya Samara.

Perekrutan anggota pun dimulai dan materi latihan mulai dipadatkan untuk mepersiapkan mengikuti LT 2 yang akan diselenggarakan dua bulan lagi... –cerita selanjutanya bersambung di bagian yang lain-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...