Sabtu,
16 November 2013 merupakan awal dari langkah perjalanan yang aku lakukan.
Dengan niat berangkat pagi agar dapat melakukan wisata atau bisa dikatakan
jalan-jalan di kota Semarang rupanya harus ditunda. Sepertinya Allah swt
memiliki rencana lain untukku sehingga aku pun harus bertahan lebih lama di kos
untuk menunggu hujan reda karena pagi itu hujan terus mengguyur kota ukir.
Pukul 11.00 hujan masih saja mengguyu kota Jepara dengan intensitas yang cukup
lebat. Akhirnya aku pun memutuskan untuk berangkat ke Semarang setelah
melaksanakan sholat dzuhur dengan harapan hujan sudah mulai reda. Adzan pun
telah berkumandang dan segera aku laksanakan sholat dzuhur untuk bermunajat
kepada Rabbku. Namun, harapan yang telah aku panjatkan sepertinya harus ditunda.
Mungkin Allah swt ingin aku lebih bersyukur terhadap berkah hujan yang telah
Dia berikan untuk masyarakat Kota Jepara. Meskipun demikian, tekadku untuk
berangkat ke Semarang tidaklah runtuh. Aku beranikan diri menembus hujan dan
melakukan perjalanan ke Semarang dengan menggunakan sepeda motorku.
Ini
adalah perjalanan jauh pertamaku ke kota orang yang tidak aku kenal dan tidak
memiliki tempat tujuan selain stasiun kereta api dalam keadaan hujan. Dengan
berbekal kehati-hatian dari pengalaman yang lalu, aku melintasi jalanan Kota
Jepara – Demak – Semarang. Pengalaman yang mengesankan dan menarik, itulah yang
aku rasakan.
Sekitar
pukul dua siang rupanya aku telah sampai di Kota Semarang. Masih ada banyak
waktu yang bisa dihabiskan di kota ini karena kereta yang akan aku naikki untuk
menuju ke Jakarta berangkat pada pukul 19.00. Akhirnya aku pun menuju ke warung
makan didekat stasiun untuk istirahat dan menghangatkan diri dengan makan
siang. Selesai menyantap makan siang aku lanjutkan perjalanan menuju ke Masjid
Agung Kota Semarang karena waktu sudah masuk ibadah sholat Ashar.
Untungnya
perjalanan dari Stasiun Poncol ke Masjid Agung Kota Semarang sudah cukup hafal
karena pernah diantar oleh sahabatku Rizki saat mampir ke Semarang minggu lalu
sebelum berangkat ke Jepara. Langsung saja aku menuju ke Masjid Agung untuk
istirahat, membersihkan diri dan beribadah.
Sampai
di Masjid Agung, aku melihat ada tenda-tenda berdiri di simpang lima, ada apa
gerangan disana. Itulah pertanyaan yang ada di hatiku. Akhirnya aku memutuskan
untuk mampir setelah selesai melakukan kewajiban-kewajibanku di Masjid Agung
Kota Semarang.
Mandi
sudah, sholat sudah, dan sekarang waktunya istirahat sambil menghubungi
teman-teman yang juga akan berangkat ke Jakarta dari Stasiun Lempuyangan
Yogyakarta dan teman-teman yang lain untuk mengetahui keadaan dan kapan mereka
akan sampai di Jakarta. Setelah mengetahui kondisi teman-teman dan dirasa telah
cukup istirahat akhirnya aku menuju ke simpang lima untuk mengetahui ada apa
sebenarnya disana.
Sesampainya
di simpang lima, rupanya aku baru tahu bahwa tenda-tenda yang berdiri rupanya
adalah stand-stand dari berbagai kecamatan di Kota Semarang yang sedang
memamerkan hasil karya daerahnya dalam acara Bazar UMKM 2013. Menarik, seperti
halnya sekaten di Yogya. Aku pun memutuskan untuk berkeliling sambil
menghabiskan waktu untuk keberangkatanku ke Jakarta. Barangkali ada barang yang sedang aku cari
sehingga bisa aku beli disini.
Sambil
berkomunikasi dengan teman yang sedang ada di Kamojang, aku pun berkeliling ke
stand-stand bazar tersebut. Dan ternyata memang ada, yakni stand jam tangan.
Setelah melihat-lihat dan menanyakan tentang harga, ada keinginan untuk membeli
sebuah jam tangan. Mumpung harganya cukup murah. Namun, setelah dilihat
baik-baik lagi jam yang ingin aku beli rupanya tidak sebanding untuk harga dan
kualitas jam tangan tersebut. Akhirnya aku pun tidak jadi membeli jam tangan
dan kembali melihat-lihat stand UMKM yang ada.
Ada
lagi stand yang menarik perhatianku, yakni stand yang menjajakan
makanan-makanan ringan. Bukan makanannya yang membuatku tertarik untuk mampir
ke stand tersebut dan mengincipi makanan disana. Namun nama makanannya yang
lucu dan seru, namanya adalah “Kue Tawa”. Secara fisik makanan tersebut memang
seperti wajah orang tertawa karena dibuat seperti berbentuk kepala dengan bibir
yang tertawa. Setelah mengincipi beberapa sampel makanan, aku pun lanjut
berkeliling lagi. Banyak hal yang menarik dari pameran ini, seperti adanya
stand salah satu perusahaan rokok yang berada di tengah-tengah halaman dengan
warna mencolok sehingga cukup menarik perhatian pengunjung. Sayangna di pintu
masuk ada tulisan “Hanya yang beriusia 18+ boleh masuk stand”. Lalu ada
bapak-bapak yang memamerkan hasil karya lukisan dari kulit pohon pisang yang
sudah tua. Hasilnya menakjubkan, hanya dengan degradasi warna tua dari kulit
pohon bapak tersebut bisa menghasilkan sebuah lukisan yang luar biasa. Selain
itu juga ada hasil karya dari ibu-ibu yang menjual vas bunga yang dibuat dari
kertas koran bekas yang dipilin dan dibuat bentuk vas. Dan ternyata vas
tersebut dijual dan harganya juga lumayan bersaing juga. Dalam hati aku pun
berpikir, kalau dulu di racana Mbak Tutut pernah mengajak membuat yang kayak
gitu tapi ga ada niatan untuk dijual, mungkin jika terus dilanjutkkan bisa jadi
penghasilan buat racana.
Tanpa
sadar rupanya aku sudah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam berkeliling
bazar dan rupanya ada pesan masuk dari temanku. Sebelum meninggalkan bazar aku
pun menanyakan kepada temanku mau dibawakan oleh-oleh apa dari Semarang untuk
di Jakarta nanti. Dia meminta dibawakan makanan saja biar bisa di makan
rame-rame nantinya. Permintaan dia mengingatkanku pada kue tawa yang tadi aku
lewati. Akhirnya aku kembali dan membeli kue tawa tersebut dan sebuah kue
brownies coklat untuk dia.
Pukul
lima lebih, oleh-oleh sudah dapat jadi sekarang waktunya meninggalkan simpang
lima dan meluncur ke stasiun poncol. Sesampainya disana aku langsung menuju
mushola untuk bersiap sholat Magrib dan
menjamak sholat Isya’. Selesai, aku langsung naik kereta Tawang Jaya dan
mencari tempat duduk di gerbong satu sesuai dengan nomor yang ada di tiketku.
Jam 19.00 kereta pun berangkat dan aku akhiri petualanganku di Semarang dengan
senang karena aku menyadari mungkin inilah yang ingin Allah swt tunjukkan
padaku. Aku berniat jalan-jalan di Kota Semarang dan Allah swt mengabulkannya
dengan memberikan waktu kepadaku untuk bisa mengunjungi stand bazar UMKM yang
dihadiri oleh sebagian besar kecamatan yang ada di Semarang. Serasa telah
mengelilingi Kota Semarang hanya dalam waktu sehari sekaligus merasakan dan
mengetahui produk unggulan dari masing-masing kecamatan di Kota Semarang.
Tidak
hanya itu, selama dalam perjalanan pun aku juga mendapatkan suatu pelajaran
yang menarik. Tepat didepan tempatku duduk ada sepasang orang tua yang
kelihatannya sudah berumur diatas 40 tahun. Mereka berdua hendak menuju ke
Bekasi mengunjungi sanak saudara disana. Aku tahu saat itu sudah malam dan
dengan kondisi kursi tegap yang dimiliki kereta ekonomi membuat usaha untuk
istirahat menjadi semakin sulit. Aku yang sudah merasa capek berusaha untuk
beristirahat dengan kondisi seadanya. Setelah mendapatkan posisi yang tepat, aku pun perlahan mulai memejamkan
mata. Tapi sebelum itu aku coba melemparkan pandanganku kepada kedua orang tua
tersebut dan aku pun cukup dibuat iri oleh mereka. Karena sang Bapak
dengan sabar merelakan bahu dan pahanya digunakan sebagai sandaran untuk tidur
sang Ibu. Padahal sang Bapak hanya bisa duduk tegap seperti tentara-tentara
ketika menghadiri upacara militer di ruang tertutup. Senang bisa melihat hal
tersebut, setelah itu pun aku memejamkan mata. Satu jam berikutnya aku
terbangun, memang kebiasaan bagiku jika sedang dalam perjalanan jauh aku selalu
terbangun tiap jamnya. Aku pun melihat kembali ke kedua orang tua tersebut, dan
sekali lagi aku melihat sang Bapak dengan mata tetap terjaga menjadi sandaran
bagi sang Ibu. Aku mulai berpikir, apakah Bapak tersebut tidak capek. Dia terus
duduk tegap dan dengan ikhlas menjadi semacam bantal bagi istrinya.
Dan
tiap kali aku terbangun, kondisi serupa selalu aku lihat saat pandangan mataku
aku tujukan kepada kedua orang tua tersebut. Aku pun salut kepada sang Bapak
yang sampai di Stasiun Bekasi masih tetap duduk tegap tanpa kenal lelah dengan
mata yang selalu terjaga. Akhirnya mereka pun turun di Stasiun Bekasi. Aku pun
mulai berpikir, mungkin juga sebuah pelajaran bagiku bahwa menjadi seorang
laki-laki harus bisa melindungi orang yang ada disekitarnya khususnya
orang-orang yang dicintainya dan siap jika harus merelakan tubuhnya demi
kepentingan orang-orang tersebut. Aku pun bersyukur karena mendapatkan
pelajaran yang berharga selama perjalananku dari Jepara – Semarang – Jakarta.
Terima kasih kepada Allah swt yang telah membukakan mata hatiku dan memberikan
pelajaran hidup yang mungkin tidak akan bisa aku dapatkan dari sebuah bangku di
ruang kelas. Dan pukul tiga dini hari kereta telah sampai di Stasiun Pasar
Senen. Kini petualangan akademisku selama 6 hari di Jakarta pun dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar