Selasa, 27 Januari 2015

Wisata Hikmah dari Semarang

  
 Sam Poo Kong merupakan sebuah tempat beribadah bagi mereka masyarakat yang beragama tionghoa yang terletak di ibukota Jawa Tengah, Semarang. Menurut sejarah, tempat ini dulunya dibangun oleh seorang Laksamana dari negeri Tiongkok pada era Dinasti Ming. Laksamana itu bernama Zeng He. Laksamana tersebut diminta untuk melakukan pelayaran oleh sang raja dengan membawa beberapa pasukan bersamanya. Dalam beberapa pelayarannya, Laksamana Zeng He sempat berlabuh di pulau-pulau Nusantara dan salah satunya di pelabuhan di Semarang. Pada saat berlabuh di Semarang, sang laksamana membangun sebuah tempat beribadah yang kemudian hari dikenal sebagai Sam Poo Kong.
    Itulah sejarah singkat yang saya pelajari dari kunjungan wisata saya ke Semarang di akhir pekan kemarin. Wisata bersama dua teman saya yang berasal dari Semarang dan Ungaran benar-benar membuat saya senang karena akhirnya tujuan untuk berkeliling ke Semarang tercapai juga. Akhir pekan kemarin juga kali pertama saya berkunjung ke Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang sangat terkenal di Jawa Tengah. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, klenteng ini juga berfungsi sebagai sebuah tempat wisata. Sehingga pada tiap akhir pekan selalu dipenuhi oleh keramaian para pengunjung baik wisatawan lokal ataupun wisatawan mancanegara.
    Kesan awal ketika berkunjung ke klenteng tersebut adalah kondisi tempatnya yang sejuk, indah, dan yang paling penting bersih dari sampah. Hal inilah yang membuat saya tertarik, ketika saya tanya ke salah satu teman saya kenapa tempat ini bisa sebersih ini. Dia mengatakan karena tempat ini merupakan lingkungan tempat beribadah, sehingga harus selalu dijaga kebersihannya. Disamping itu, disetiap bangunnanya tampak seperti masih baru sehingga jelas terlihat bahwa selalu dilakukan perawatan yang baik dan berkala. Sangat menyenangkan bisa mengunjungi tempat wisata tersebut.
    Setelah puas berkunjung ke Sam Poo Kong, kami bertiga melanjutkan perjalanan ke MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah). Nah, kali ini kami akan berkunjung ke sebuah tempat beribadah kebanggaan masyarakat muslim Jawa Tengah. Masjid dengan arsitektur memiliki 4 buah payung raksasa dan sebuah menara yang disebut Menara Al Asmaul Husna yang memiliki pemandangan seluruh kota Semarang dengan ketinggian 106 mdpl.
    Pada saat berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah, sebuah perasaan bangga dan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta tak pernah berhenti di dalam hati. Sebuah rumah Allah swt yang didirikan dengan penuh harapan agar dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bentuk bangunan masjid utamanya sangat besar dan megah dengan dua lantai dimana lantai paling bawah adalah tempat wudhu dan bangunan paling atas adalah ruang utama tempat beribadah. Dalam kompleks masjid tersebut ada beberapa bangunan pendukung seperti aula bedug, kompleks ruko, dan hall serta kantor administrasi masjid. Selain itu, di halaman depan masjid terdapat sebuah aula besar dengan gapura yang bertuliskan lafadz Al Qur’an dengan ditengah-tengahnya terdapat sebuah Air Mancur.
    Sungguh menyejukkan dan menyenangkan bisa berada di dalam masjid tersebut, apalagi di dalam masjid utama terdapat sebuah Al Qur’an besar. Namun, perasaan sedih saya tiba-tiba muncul saat melihat pemandangan yang kurang menyenangkan di beberapa titik dalam masjid tersebut. Sama halnya dengan klentheng Sam Poo Kong, Masjid Agung Jawa Tengah selain berfungsi sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai objek wisata religi sekaligus tempat yang dapat difungsikan untuk menggelar berbagai hajatan. Meskipun demikian, Masjid Agung Jawa Tengah ini pada dasarnya merupakan tempat ibadah yang juga harus dijaga kebersihannya dan yang membuat saya bersedih adalah kondisi lingkunan masjid yang kotor dan banyaknya sampah di beberapa titik khususnya di sekitar air mancur.
    Hati terasa sakit dan sedih ketika melihat hal demikian. Kita sebagai seorang muslim yang telah diajarkan bahwa Kebersihan adalah sebagian dari iman, namun tidak bisa menjaga ataupun merawat bangunan lingkungan tempat beribadah kita sendiri yang dapat kita kunjungi kapanpun. Sedangkan tempat beribadah jamaah lain yang dapat kita kunjungi untuk tujuan wisata berani kita jaga dan dibantu merawat dengan baik sehingga keindahan dan kebersihannya tetap terjaga. Sungguh miris rasanya melihat kenyataan yang seperti ini. Apakah ini yang dinamakan kebobrokan umat muslim di Indonesia? Meskipun kita memiliki jumlah umat yang lebih banyak, namun kenyataannya iman kita hanya omong kosong. Padahal jika kita benar-benar mengimani dan menganut ajaran Rasulullah saw sepenuhnya, maka perilaku kita akan lebih berbudi dan bermartabat sehingga lingkungan yang kita tinggali akan menjadi lebih indah dan nyaman. Mungkin inilah yang menjadikan Allah swt. senantiasa memberikan cobaan pada kita di negeri yang subur ini bahwa sesungguhnya kita belum bisa mensyukuri nikmat dari-Nya dan belum mampu menjalankan syariat-Nya dengan sepenuh hati.
    Meskipun demikian, saya sebagai umat muslim tetap bangga karena sesunggunya masjid adalah tempat yang paling dekat dengan masyarakat melihat fungsinya yang dahulu oleh Rasulullah menjadi sebuah basis perkembangan Islam. Semoga hal ini dapat menjadi tamparan bagi kita semua agar bisa menjadi umat muslim yang lebih tangguh dan mensyukuri setiap nikmat-Nya dengan langkah paling kecil yakni, mendarmakan, membaktikan dijalannya, merawat, dan menjaga keindahan serta keagungan dari pemberian-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...