Selasa, 20 Januari 2015

Kalah biasa, Menang Ra Tahu........ tapi Juara itu Kesempuranaan



           “Kalah biasa, menang ra tahu...” Ya itulah slogan yang selalu diucapkan oleh rekan-rekanku saat kita kalah dalam suatu pertandingan olahraga yang selalu digelar oleh keluarga mahasiswa di jurusanku, jurusan teknik fisika. Tidak tahu apakah karena lawan yang lebih tangguh atau kami yang selalu saja kurang beruntung sehingga hasil yang didapatkan dari setiap pertandingan jika tidak imbang ya kalah. Selalu itu sehingga muncullah slogan “kalah biasa, menang ra tahu...” dari rekan-rekanku.
            Kejadian ini selalu terjadi disemua ajang kompetisi olahraga sejak tahun pertama aku dan rekan-rekanku saling mengenal dan berkuliah di kampus kerakyatan di jurusan turun ke lembah. Dan yang membuatku heran adalah pada cabang olahraga futsal, dimana olahraga ini yang paling disukai dan diminati sebagian besar rekan-rekanku, kami harus selalu merasakan pahitnya kekalahan. Padahal jika melihat kemampuan, sebenarnya juga semua memiliki kemampuan yang seimbang tidak ada yang mencolok. Latihan sudah selalu diagendakan setiap minggunya dan terkadang pada sesi sparing dengan tim lain, kami juga bisa menang. Namun sekali lagi, kenapa pada saat pertandingan selalu saja kami menderita kekalahan.
            Hal ini pun juga berimbas pada cabang olahraga lain ketika keluarga mahasiswa menyelenggarakan pekan olahraga. Cabang-cabang olahraga lain pun juga mengalami kekalahan, apalagi di cabang sepak bola. Aku yang ditunjuk oleh rekan-rekan sebagai kapten baik di cabang olahraga sepak bola ataupun futsal pun juga merasakan kekecewaan dan bahkan bingung dengan tim ini. Apa sebenarnya yang membuat kami tidak bisa berhasil menjadi juara dalam olahraga khususnya cabang sepak bola dan futsal yang begitu kami minati.
            Kesedihan dan kekecewaanku pun akhirnya semakin memuncak saat pertandingan awal pekan olahraga di tahun kedua kami kuliah. Pada saat itu kami bertanding melawan adik angkatan kami yang notabene sebagian anggota mereka memiliki kemampuan bermain yang mumpuni. Namun, secara permainan tim, kami yakin kami lebih baik. Sekali lagi, kenyataan pahit pun harus kami terima lagi. Kami kalah 1-0 dari adik angkatan kami dan yang membuat diriku tidak tahan lagi menerima kesedihan itu adalah salah seorang partner dan penyerang terbaik di lapangan sepak bola, Tirta harus berkelahi dengan salah satu adik angkatan dan membuat pertandingan manjadi ramai. Pertandingan pun harus diselesaikan lebih awal karena insiden tersebut.
Perkelahian mereka rupanya masih berlanjut di luar lapangan. Aku dan rekan-rekan berusaha melerai mereka dan menjauhkan kedua orang tersebut. Perkelahian mereda seiring pulangnya adik angkatan bersama dengan teman-temannya dan begitu pula Tirta. Pada saat itu, aku pun tidak bisa menahan kesedihan dan air mata keluar dari bola mataku. Sebagai seorang kapten yang telah ditunjuk, aku tidak bisa memimpin tim bahkan sampai ada rekanku yang berkelahi dan menodai sportivitas olahraga. Hal ini semakin membuat persaanku sesak dan membuatku memutuskan untuk gantung sepatu dari setiap pertandingan yang diadakan oleh keluarga mahasiswa. Aku menyampaikan hal ini kepada rekan-rekanku yang masih ada di lapangan.
            Seiring berjalannya waktu, Tirta pun memutuskan untuk pindah tempat kuliah karena alasan akademik. Dengan demikian, tim ini menjadi kehilangan seorang penyerang dan memaksa untuk mencari seorang pengganti. Latihan yang diadakan oleh rekan-rekan masih coba aku datangi untuk tetap menjalin silaturahmi, namun jika ada pertandingan baik liga futsal ataupun pekan olahraga aku selalu mencoba mencari alasan untuk tidak hadir, jika pun hadir aku dengan sengaja tidak membawa sepatu dan hanya menjadi penonton saja.
            Tak terasa waktu telah bergulir begitu cepat, tiga tahun waktu kuliah sudah berlalu. Kini semester ganjil di tahun keempat kuliahku sudah akan berakhir. Pada saat itu aku baru kembali dari Jepara seusai melaksanakan kerja praktek. Saat dikampus aku melihat sebuah poster yang menarik minatku. Sebuah poster tentang liga futsal yang akan diselenggarakan pada saat minggu-minggu setelah UTS semester genap. Entah apa yang aku rasakan, tiba-tiba saat itu aku sangat ingin mengikuti event tersebut dan hati kecilku mengatakan bahwa ini adalah sebuah event yang pasti akan menjadi kenangan selama masa kuliahku nanti. Sentak aku segera menghubungi kodinator tim futsal sekelas menanyakan apakah kita sudah mendaftar untuk mengikuti event tersebut atau belum. Ketika aku mendapatkan berita bahwa dia memutuskan untuk tidak ikut dengan alasan karena sulit mengumpulkan pemain dan soal biaya pendaftaran, aku pun memutuskan untuk mengkordinir semua hal tersebut dan dengan berusaha meyakinkan dia. Akhirnya dia setuju, segera setelah itu aku menghubungi semua pemain-pemain yang ada dan meminta kesediaan untuk ikut dan iuran. Beruntung bahwa semua rekan-rekan setuju dan berkenan untuk iuran. Setelah mendapatkan kepastian kesediaan dari rekan-rekan, aku berlanjut menghubungi panitia dan mendaftarkan tim.
            Waktu kembali bergulir dengan cepat, UTS semester genap telah berakhir. Laga pembukaan liga futsal akan segera dimulai. Pada laga awal, tim kami akan melawan tim teknik fisika angkatan 2011. Saat laga awal dimulai, pertandingan berlangsung tidak seimbang sehingga memberikan hasil kekalahan pada tim kami. Kami kalah telak dengan skor 5-1. Laga perdana yang berat dan menyakitkan. Itulah yang berada di pikiranku dan ketika aku melihat pada rekan-rekanku, pandangan mata mereka mulai menampakkan sebuah keputusasaan. Seusai pertandingan, aku menyempatkan diri untuk memberikan kalimat motivasi pada rekan-rekanku melalui pesan singkat. Berharap bahwa dipertandingan selanjutnya kita akan mendapatkan keberuntungan dan tetap menjaga semangat bertanding.
            Sebuah keputusan yang tidak salah telah aku lakukan. Entah apakah benar mereka telah termotivasi dari kalimat-kalimatku atau tidak, namun pada pertandingan-pertandingan berikutnya mereka semua mengeluarkan seluruh kemampuan mereka dan kami berhasil menuai kemenangan di tiap pertandingan hingga pada akhirnya sebuah celah untuk dapat meraih gelar juara kembali terbuka dan sekali lagi harapan itu masih tetap ada. Aku pun tetap memercayai bahwa kalimat yang aku berikan benar-benar memberikan motivasi pada rekan-rekanku sehingga tiap akhir pertandingan selalu aku sempatkan untuk mengirimkan sebuah pesan singkat untuk tetap menjaga semangat mereka.
            Upaya positif tentunya akan memberikan dampak yang positif, itulah yang aku rasakan. Tidak hanya rekan-rekanku yang termotivasi untuk dapat memberikan kemampuan terbaiknya, namun juga para pendukung kami dari rekan-rekan seangkatan yang satu persatu berkenan datang di setiap pertandingan untuk mendukung kami bermain.
            Seluruh rangkaian pertandingan telah dilaksanakan dan hingga pada akhirnya menyisakan satu laga terakhir bagi tiap tim. Posisi tim kami berada pada peringkat tiga, posisi yang masih belum aman karena jika pada pertandingan terakhir kami kalah maka gelar juara akan hilang, namun jika kami berhasil menang maka gelar juara sudah pasti dapat kami raih. Sedangkan jika berakhir imbang, nafas kami masih harus ditahan karena menunggu hasil pertandingan tim terakhir yang akan menentukan antara Teknik Fisika 2013 melawan Teknik Nuklir 2011. Jika TF 2013 menang, maka gelar juara akan berada ditangan, jika tidak maka kami harus merelakan bahwa akhir semua perjuangan kami akan tanpa gelar.
            Pada pertandingan terakhir ini, tim kami akan melawan tim teknik fisika angkatan 2012 yang menurut rekan-rekan yang sudah pernah bertanding melawan mereka, tim ini paling kompak dan memiliki kemampuan merata pada seluruh pemainnya. Hal itu pun terbukti nyata, mereka berhasil membuat kami kelabakan dan hingga pertandingan menjelang 5 menit terakhir, tim kami masih kalah 2-1. Namun, karena sebuah keberuntungan yang mungkin sedang menghampiri kami sehingga salah satu pemain kami dapat mencetak gol penyeimbang dan pertandingan berakhir imbang. Sebuah akhir yang cukup menyenangkan, dan sekarang tinggal menunggu hasil pertandingan terakhir anatara TF 2013 melawan TN 2011.
            Pada pertandingan terakhir ini kami pun ikut menjadi pendukung untuk TF 2013, bukan menjadi pendukung TN 2011. Pertandingan berlangsung sangat sengit dan akhirnya pemenang tetaplah pemenang. Pertandingan itu pun berhasil dimenangkan oleh tim TF 2013, sontak kami semua berteriak kegirangan atas kemenangan tersebut. Hal ini menjadi arti bahwa kami masih berhak atas gelar juara, meskipun hanya gelar juara ketiga namun sekali lagi itulah juara. Saat itu perasaan senang dan bahagia tak bisa kami bendung. Seluruh tim bersorak mabuk dalam suka cita. Setelah penerimaan piala, kami pun menghabiskan waktu dengan berfoto berasama piala yang hanya satu-satunya bisa kami dapatkan selama kompetisi di jurusan digulirkan dan sejak kami tim Teknik Nuklir 2010 bergabung dalam satu atap atas nama jurusan Teknik Fisika.
            Aku pun turut hanyut dalam kegembiraan itu, meskipun aku pernah merasakan kenikmatan mejadi juara utama, namun saat itu aku merasakan semuanya sama saja. Mampu mengangkat tim yang sudah terbiasa kalah dalam ajang kompetisi hingga mampu meraih gelar juara ketiga memiliki rasa yang sama ketika mampu menjadi juara utama. Kalah memang menyakitkan, namun sekali lagi JUARA ADALAH HAL YANG SEMPURNA. Terima kasih rekan-rekanku yang telah mau berjuang bersama disampingku, karena satu keyakinan pada diriku bahwa bersama kita kuat dan bersama kita hebat! Sebuah kenangan manis yang tak akan kulupakan selama sisa hidupku, dan akan selalu kuukir dalam tinta emas dalam ingatan terbaikku. Dan aku abadikan dalam goresan tinta cinta.

Kupersembahkan tulisan ini untuk sahabat-sahabat yang telah lebih dahulu pergi, Tirta, Fahmi (Babe),dan Indra. Serta tidak lupa sahabat kita tercinta yang telah berpulang ke sisi-Nya, Saudara  alm. Amir.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...