“Kalah
biasa, menang ra tahu...” Ya itulah slogan yang selalu diucapkan oleh
rekan-rekanku saat kita kalah dalam suatu pertandingan olahraga yang selalu
digelar oleh keluarga mahasiswa di jurusanku, jurusan teknik fisika. Tidak tahu
apakah karena lawan yang lebih tangguh atau kami yang selalu saja kurang
beruntung sehingga hasil yang didapatkan dari setiap pertandingan jika tidak
imbang ya kalah. Selalu itu sehingga muncullah slogan “kalah biasa, menang ra
tahu...” dari rekan-rekanku.
Kejadian
ini selalu terjadi disemua ajang kompetisi olahraga sejak tahun pertama aku dan
rekan-rekanku saling mengenal dan berkuliah di kampus kerakyatan di jurusan
turun ke lembah. Dan yang membuatku heran adalah pada cabang olahraga futsal,
dimana olahraga ini yang paling disukai dan diminati sebagian besar
rekan-rekanku, kami harus selalu merasakan pahitnya kekalahan. Padahal jika
melihat kemampuan, sebenarnya juga semua memiliki kemampuan yang seimbang tidak
ada yang mencolok. Latihan sudah selalu diagendakan setiap minggunya dan
terkadang pada sesi sparing dengan
tim lain, kami juga bisa menang. Namun sekali lagi, kenapa pada saat
pertandingan selalu saja kami menderita kekalahan.
Hal
ini pun juga berimbas pada cabang olahraga lain ketika keluarga mahasiswa
menyelenggarakan pekan olahraga. Cabang-cabang olahraga lain pun juga mengalami
kekalahan, apalagi di cabang sepak bola. Aku yang ditunjuk oleh rekan-rekan
sebagai kapten baik di cabang olahraga sepak bola ataupun futsal pun juga
merasakan kekecewaan dan bahkan bingung dengan tim ini. Apa sebenarnya yang
membuat kami tidak bisa berhasil menjadi juara dalam olahraga khususnya cabang
sepak bola dan futsal yang begitu kami minati.
Kesedihan
dan kekecewaanku pun akhirnya semakin memuncak saat pertandingan awal pekan
olahraga di tahun kedua kami kuliah. Pada saat itu kami bertanding melawan adik
angkatan kami yang notabene sebagian anggota mereka memiliki kemampuan bermain
yang mumpuni. Namun, secara permainan tim, kami yakin kami lebih baik. Sekali
lagi, kenyataan pahit pun harus kami terima lagi. Kami kalah 1-0 dari adik
angkatan kami dan yang membuat diriku tidak tahan lagi menerima kesedihan itu
adalah salah seorang partner dan
penyerang terbaik di lapangan sepak bola, Tirta harus berkelahi dengan salah
satu adik angkatan dan membuat pertandingan manjadi ramai. Pertandingan pun
harus diselesaikan lebih awal karena insiden tersebut.
Perkelahian
mereka rupanya masih berlanjut di luar lapangan. Aku dan rekan-rekan berusaha
melerai mereka dan menjauhkan kedua orang tersebut. Perkelahian mereda seiring
pulangnya adik angkatan bersama dengan teman-temannya dan begitu pula Tirta.
Pada saat itu, aku pun tidak bisa menahan kesedihan dan air mata keluar dari
bola mataku. Sebagai seorang kapten yang telah ditunjuk, aku tidak bisa memimpin
tim bahkan sampai ada rekanku yang berkelahi dan menodai sportivitas olahraga.
Hal ini semakin membuat persaanku sesak dan membuatku memutuskan untuk gantung
sepatu dari setiap pertandingan yang diadakan oleh keluarga mahasiswa. Aku
menyampaikan hal ini kepada rekan-rekanku yang masih ada di lapangan.
Seiring
berjalannya waktu, Tirta pun memutuskan untuk pindah tempat kuliah karena
alasan akademik. Dengan demikian, tim ini menjadi kehilangan seorang penyerang
dan memaksa untuk mencari seorang pengganti. Latihan yang diadakan oleh
rekan-rekan masih coba aku datangi untuk tetap menjalin silaturahmi, namun jika
ada pertandingan baik liga futsal ataupun pekan olahraga aku selalu mencoba
mencari alasan untuk tidak hadir, jika pun hadir aku dengan sengaja tidak
membawa sepatu dan hanya menjadi penonton saja.
Tak
terasa waktu telah bergulir begitu cepat, tiga tahun waktu kuliah sudah
berlalu. Kini semester ganjil di tahun keempat kuliahku sudah akan berakhir.
Pada saat itu aku baru kembali dari Jepara seusai melaksanakan kerja praktek.
Saat dikampus aku melihat sebuah poster yang menarik minatku. Sebuah poster
tentang liga futsal yang akan diselenggarakan pada saat minggu-minggu setelah
UTS semester genap. Entah apa yang aku rasakan, tiba-tiba saat itu aku sangat
ingin mengikuti event tersebut dan
hati kecilku mengatakan bahwa ini adalah sebuah event yang pasti akan menjadi kenangan selama masa kuliahku nanti.
Sentak aku segera menghubungi kodinator tim futsal sekelas menanyakan apakah
kita sudah mendaftar untuk mengikuti event
tersebut atau belum. Ketika aku mendapatkan berita bahwa dia memutuskan untuk
tidak ikut dengan alasan karena sulit mengumpulkan pemain dan soal biaya
pendaftaran, aku pun memutuskan untuk mengkordinir semua hal tersebut dan
dengan berusaha meyakinkan dia. Akhirnya dia setuju, segera setelah itu aku
menghubungi semua pemain-pemain yang ada dan meminta kesediaan untuk ikut dan
iuran. Beruntung bahwa semua rekan-rekan setuju dan berkenan untuk iuran. Setelah
mendapatkan kepastian kesediaan dari rekan-rekan, aku berlanjut menghubungi
panitia dan mendaftarkan tim.
Waktu
kembali bergulir dengan cepat, UTS semester genap telah berakhir. Laga pembukaan
liga futsal akan segera dimulai. Pada laga awal, tim kami akan melawan tim
teknik fisika angkatan 2011. Saat laga awal dimulai, pertandingan berlangsung
tidak seimbang sehingga memberikan hasil kekalahan pada tim kami. Kami kalah
telak dengan skor 5-1. Laga perdana yang berat dan menyakitkan. Itulah yang
berada di pikiranku dan ketika aku melihat pada rekan-rekanku, pandangan mata
mereka mulai menampakkan sebuah keputusasaan. Seusai pertandingan, aku
menyempatkan diri untuk memberikan kalimat motivasi pada rekan-rekanku melalui
pesan singkat. Berharap bahwa dipertandingan selanjutnya kita akan mendapatkan
keberuntungan dan tetap menjaga semangat bertanding.
Sebuah
keputusan yang tidak salah telah aku lakukan. Entah apakah benar mereka telah
termotivasi dari kalimat-kalimatku atau tidak, namun pada
pertandingan-pertandingan berikutnya mereka semua mengeluarkan seluruh
kemampuan mereka dan kami berhasil menuai kemenangan di tiap pertandingan
hingga pada akhirnya sebuah celah untuk dapat meraih gelar juara kembali
terbuka dan sekali lagi harapan itu masih tetap ada. Aku pun tetap memercayai
bahwa kalimat yang aku berikan benar-benar memberikan motivasi pada
rekan-rekanku sehingga tiap akhir pertandingan selalu aku sempatkan untuk
mengirimkan sebuah pesan singkat untuk tetap menjaga semangat mereka.
Upaya
positif tentunya akan memberikan dampak yang positif, itulah yang aku rasakan.
Tidak hanya rekan-rekanku yang termotivasi untuk dapat memberikan kemampuan
terbaiknya, namun juga para pendukung kami dari rekan-rekan seangkatan yang
satu persatu berkenan datang di setiap pertandingan untuk mendukung kami bermain.
Seluruh
rangkaian pertandingan telah dilaksanakan dan hingga pada akhirnya menyisakan
satu laga terakhir bagi tiap tim. Posisi tim kami berada pada peringkat tiga,
posisi yang masih belum aman karena jika pada pertandingan terakhir kami kalah
maka gelar juara akan hilang, namun jika kami berhasil menang maka gelar juara
sudah pasti dapat kami raih. Sedangkan jika berakhir imbang, nafas kami masih
harus ditahan karena menunggu hasil pertandingan tim terakhir yang akan
menentukan antara Teknik Fisika 2013 melawan Teknik Nuklir 2011. Jika TF 2013
menang, maka gelar juara akan berada ditangan, jika tidak maka kami harus
merelakan bahwa akhir semua perjuangan kami akan tanpa gelar.
Pada
pertandingan terakhir ini, tim kami akan melawan tim teknik fisika angkatan
2012 yang menurut rekan-rekan yang sudah pernah bertanding melawan mereka, tim
ini paling kompak dan memiliki kemampuan merata pada seluruh pemainnya. Hal itu
pun terbukti nyata, mereka berhasil membuat kami kelabakan dan hingga
pertandingan menjelang 5 menit terakhir, tim kami masih kalah 2-1. Namun,
karena sebuah keberuntungan yang mungkin sedang menghampiri kami sehingga salah
satu pemain kami dapat mencetak gol penyeimbang dan pertandingan berakhir
imbang. Sebuah akhir yang cukup menyenangkan, dan sekarang tinggal menunggu
hasil pertandingan terakhir anatara TF 2013 melawan TN 2011.
Pada
pertandingan terakhir ini kami pun ikut menjadi pendukung untuk TF 2013, bukan
menjadi pendukung TN 2011. Pertandingan berlangsung sangat sengit dan akhirnya pemenang
tetaplah pemenang. Pertandingan itu pun berhasil dimenangkan oleh tim TF 2013,
sontak kami semua berteriak kegirangan atas kemenangan tersebut. Hal ini
menjadi arti bahwa kami masih berhak atas gelar juara, meskipun hanya gelar
juara ketiga namun sekali lagi itulah juara. Saat itu perasaan senang dan
bahagia tak bisa kami bendung. Seluruh tim bersorak mabuk dalam suka cita.
Setelah penerimaan piala, kami pun menghabiskan waktu dengan berfoto berasama
piala yang hanya satu-satunya bisa kami dapatkan selama kompetisi di jurusan
digulirkan dan sejak kami tim Teknik Nuklir 2010 bergabung dalam satu atap atas
nama jurusan Teknik Fisika.
Aku
pun turut hanyut dalam kegembiraan itu, meskipun aku pernah merasakan
kenikmatan mejadi juara utama, namun saat itu aku merasakan semuanya sama saja.
Mampu mengangkat tim yang sudah terbiasa kalah dalam ajang kompetisi hingga
mampu meraih gelar juara ketiga memiliki rasa yang sama ketika mampu menjadi
juara utama. Kalah memang menyakitkan, namun sekali lagi JUARA ADALAH HAL YANG
SEMPURNA. Terima kasih rekan-rekanku
yang telah mau berjuang bersama
disampingku, karena satu keyakinan pada diriku bahwa bersama kita kuat dan
bersama kita hebat! Sebuah kenangan manis yang tak akan kulupakan selama sisa
hidupku, dan akan selalu kuukir dalam tinta emas dalam ingatan terbaikku. Dan
aku abadikan dalam goresan tinta cinta.
Kupersembahkan tulisan ini untuk sahabat-sahabat yang telah lebih
dahulu pergi, Tirta, Fahmi (Babe),dan Indra. Serta tidak lupa sahabat kita
tercinta yang telah berpulang ke sisi-Nya, Saudara alm. Amir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar