![]() | ||
| Yggdrasil. (http://ealingmonks.org.uk/community/abbot/yggdrasil/) |
Menurut kita sebagai mahluk hidup, apa yang kita jalani di dunia sudah sangatlah lama. Hidup hingga usia 60 atau 70an sudah merupakan suatu anugerah yang sangat disyukuri apalagi bisa hidup hingga ratusan tahun. Namun, sesungguhnya kehidupan di dunia selama apapun itu, pada hakikatnya hanyalah sebentar. Kenapa sebentar? Apa indikator bahwa kita hidup di dunia memang sebentar? Ya, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, Dzat yang Maha Mengetahui. Hanya yang dapat kita imani adalah keterangan dalam beberapa ayat Al Qur’an telah dijelaskan bahwa kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat. Sebuah kehidupan yang akan kita jalani setelah berakhirnya kehidupan di dunia ini.
Kehidupan di dunia hanyalah sementara, seperti kata orang jawa bahwa “urip ndek donya ki gur mampir ngombe kopi” atau yang bisa diartikan bahwa sebegai “hidup di dunia itu hanya untuk minum kopi”. Namun, saya mengibaratkan bahwa hidup di dunia itu bagaikan menanam pohon. Pohon adalah mengibaratkan sebuah kehidupan yang sedang kita jalani.
Bayangkan ketika kita baru dilahirkan di dunia ini, seorang bayi mungil yang baru keluar dari rahim sang ibu yang telah mengandung selama sembilan bulan. Sama halnya ketika kita sedang menanam sebuah pohon kecil di alam yang luas. Pohon itu masih kecil dan rapuh, perlu untuk selalu dirawat, disiram, dipupuk, dan dilindungi, sama halnya dengan seorang bayi yang masih perlu untuk dijaga, dirawat, diberikan kasih sayang, dan dilindungi.
Apa yang diberikan kepada pohon pun akan menentukan bagaimana pohon itu akan hidup di kemudian harinya, sama seperti bayi. Ketika pupuk yang diberikan kepada pohon atau air yang disiramkan kepada pohon bukanlah air yang sehat bukan pupuk yang baik atau kadar pupuk yang diberikan kepada pohon itu berlebihan, maka pertumbuhannya akan terganggu. Bayi pun juga demikian, ketika asupan gizi dan pendidikan yang diajarkan kepadanya salah maka pertumbuhan bayi tersebut secara sifat atau perilaku mungkin jiga akan terganggu.
Pohon yang telah tumbuh besar akan dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Jika dulunya dia dirawat dengan baik maka dia akan berbunga dan berbuah sehingga dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Semakin banyak manfaat yang dia berikan akan semakin banyak mahluk yang mengenal dan mendekatinya untuk mendapatkan kebermanfaatan darinya, apakah mahluk itu berniat jahat ataupun berniat baik pohon itu tidak akan tahu. Begitu juga semakin pohon itu dapat tumbuh tinggi maka akan semakin besar pula tantangan yang akan pohon itu hadapi untuk dapat bertahan hidup. Hal-hal demikian juga yang dirasakan oleh manusia yang mulai tumbuh menjadi seorang yang dewasa. Dia akan menjadi baik atau buruk, tantangan apa yang akan dia hadapi seiring tingginya prestasi yang ia dapatkan. Itulah kehidupan yang dihadapi di dunia ini, siklus yang hanya akan berputar-putar.
Namun, ada hal yang dapat kita petik dari menanam sebuah pohon, yaitu semakin kuat akar pohon menancap di dalam tanah maka akan semakin kokoh pula di untuk tetap berdiri tegap menghadapi berbagai tantangan. Namun, jika akar tersebut tidak menancap dengan dalam maka pohon tersebut akan mudah untuk rubuh dan memberikan bencana pada mahluk disekitarnya. Jika dipikirkan bahwa akar adalah pondasi keimanan dan akhlak maka semakin kuat iman dan akhlaknya, semakin kuat pula ia mampu melawan setiap tantangan dan dapat beridiri kokoh menghadapi setiap cobaan. Dan saat akhirnya pohon tersebut harus ditebang yang menandakan akhir dari kehidupannya, maka pohon itu akan masih meninggalkan jejaknya jika akarnya menancap dengan kuat di dalam tanah. Hal demikian dapat kita ambil hikmahnya yaitu jika iman dan akhlak kita menancap dengan kuat dan mampu memberikan manfaat yang bersifat jariyah, maka ketika manusia harus kembali ke kehidupan yang sebenarnya yakni di dunia akhirat manusia akan tetap merasakan pahala dan kebaikan yang dulu dia lakukan di dunia. Bahkan barangkali juga akan terkenang oleh orang-orang yang pernah berhubungan dengan dia.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar