Pada
hari selasa di minggu kedua bulan Maret, hatiku merasa haus dan ingin bertolak
ke suatu tempat. Itulah yang aku rasakan ketika aku membuka mata di pagi hari
pada hari itu. Sebuah perasaan gelisah dan keinginan untuk segera meninggalkan
tempat tidur untuk pergi ke suatu tempat. Ya, hatiku sangat ingin pergi ke
tempat itu, tempat dimana aku bisa memuaskan dahaga hatiku untuk bertemu,
berkumpul, dan mendengarkan tentang dakwah Islam di Masjid Al-Mujahidin.
Aku
mulai hari-hari itu dengan aktivitas normal serpeti biasanya yang aku lakukan
sehari-hari sebagai seseorang yang sedang mencari tempat bekerja yang layak.
Kuhabiskan sebagian waktuku hanya di kos dengan berusaha menyelesaikan beberapa
pekerjaan yang harus aku selesaikan. Sore harinya aku mulai bersiap-siap,
karena setelah sholat magrib acara di Masjid Al Mujahidin dimulai.
Setelah
sholat magrib, aku lekas-lekas berangkat menuju ke Masjid Al Mujahidin dan
sesampainya disana aku cukup terkejut. Tidak ada apa-apa, itulah yang aku
temukan setelah sampai di masjid tersebut. Aku tidak menahu kenapa tiba-tiba
masjid itu sepi. Aku berpikir aku salah melihat jadwal, namun setelah aku
pehatikan kembali rupanya juga tidak ada perubahan jadwal. Kajian selalu
dimulai setelah sholat magrib setiap hari selasa. Akhirnya karena telah
bersusah payah untuk sampai ke masjid ini, sangat sayang jika harus pergi hanya
dikarenakan tidak adanya kajian yang diselenggarakan. Aku pun memutuskan untuk
masuk ke dalam masjid dan mengambil air wudhu.
Setelah
mengambil air wudhu, aku masuk ke aula utama dan bersiap mengerjakan sholat
tahiyatul masjid. Ketika akan melakukan takbiratul ikhram, gerakanku sedikit
terhenti karena sebuah lantunan merdu ayat-ayat Al Qur’an yang sedang
dibacakan. Aku memperhatikan sekelilingku, mencoba untuk mencari tahu siapakah
yang sedang membaca Al Qur’an. Sepanjang jauh mata memandang, yang aku lihat
hanyalah sekelompok orang yang sedang berdiskusi, tidak ada yang terlihat
sedang membaca Al Qur’an. Aku pun kembali memperhatikan sekeliling karena lantunan
suaranya begitu merdu dan menyejukkan hati. Akhirnya pandanganku pun tertuju
pada seseorang yang sedang membawa buku dan meletakkan sebuah tanggannya di
atas buku tersebut sedangkan tangan yang satunya menyangga buku tersebut. Dalam
perasaanku aku berpikir, apakah beliau yang sedang membaca Al Qur’an? Namun aku
segera menghapus rasa penasaranku dan segera melaksanakan sholatku, karena
tidak baik menunda-nunda suatu pekerjaan yang sudah hendak dimulai.
Selesai
sholat, aku kembali mengamati dan memperhatikan setiap detil gerakan tubuh
seorang Bapak yang sedang membawa buku tersebut. Aku mencoba memfokuskan
pandangan dan pendengaranku pada Bapak tersebut. Tak berselang lama,
Subhahanallah, rupanya Bapak itulah yang sedang membaca Al Qur’an. Bapak itu
tidak melihat buku tersebut, kepalanya tegak dan lurus namun matanya
terpejam.Semakin aku mengamati gerak-geriknya, rupanya aku paham bahwa Bapak tersebut sepertinya buta dan dengan
bantuan tangannya beliau mampu membaca ayat-ayat Al Qur’an yang beliau baca. Aku
sangat terkejut, tidak pernah aku menyangka dan benar-benar melihatdengan mata
kepalaku sendiri bahwa ada hamba Allah yang begitu taat meskipun dengan
kekurangan yang beliau miliki, namun beliau tetap berupaya untuk beribadah
membaca kalam-kalam Allah. MashaAllah, Allahu Akbar.
Wahai
sahabat, coba kita perhatikan Bapak yang saya temui dalam cerita yang saya
tuliskan diatas. Beliau adalah salah satu dari kita, umat manusia yang
dilahirkan ke bumi dengan tugas dan tujuan yang sama yakni beribadah kepada-Nya.
Beliau sebagian umat yang kurang beruntung dibandingkan dengan kita yang mana
kita masih dianugerahi kelengkapan anggota tubuh, namun semangat dan usaha
beliau untuk terus beribadah kepada Allah swt. sangat gigih. Bahkan dengan
kekurangannya beliau masih mampu membaca Al Qur’an. Lalu bagaimanakah dengan
Saudara yang memiliki anggota yang lengkap, hidung yang bisa membau, mata yang
bisa melihat, mulut yang mampu berbicara, telinga yang bisa mendengar, dan
kedua tangan dan kaki yang masih bisa bergerak. Apakah saudara sudah berusaha
keras dan bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya? Marilah para sahabat,
kita mensyukuri nikmat yang telah Allah swt. berikan pada kita dengan
senantiasa beribadah kepada-Nya. Berusaha untuk melakukan hal-hal yang diperintahkan-Nya
dengan baik dan bersungguh-sungguh dan berusaha dengan sangat keras untuk
menghindari segala hal yang dilarang
oleh-Nya. Sesungguhnya seorang Bapak tadi hanya seglintir orang-orang
dari kebanyakan orang yang dengan kekurangannya masih berusaha dan beribadah
kepada Allah swt. Sedangkan kalian para sahabat, kalian yang masih memiliki
kelengkapan dan tidak kurang satu apapun, kenapa harus menyerah dan hanya seala
kadanya saja dalam beribadah kepada Allah swt?
Mari
mulai dari sekarang bangunlah diri kalian, mari berlomba-lomba dalam kebaikan
untuk meraih keridhaan-Nya. Janganlah kalian buang waktu kalian dengan sia-sia
hanya untuk aktivitas yang kurang bermanfaat dan hanya akan menjerumuskan
kalian dalam lembah kenistaan. Janganlah menyianyiakan anugerah tubuh yang
telah diberikan oleh Allah swt kepada kalian dengan malas-malasan dalam
beribadah. Sesungguhnya apa yang kita lakukan hari ini adalah apa yang akan
kita dapatkan di masa yang akan datang. Jika kita selalu berusaha dengan baik
untuk menyiapkan apa yang ingin kita dapatkan di hari tua, lalu apakah kalian
sudah mempersiapkan dengan baik untuk kehidupan yang kekal abadi di akhirat
kelak, sahabatku? Mari sahabatku, selama masih ada kesempatan marilah beramal
ma’aruf. Sesungguhnya masa depan yang terbaik adalah masa depan dimana di
akhirat kelak kita diridhai Allah sebagai hamba-Nya bisa ditempatkan bersama
dalam surga Allah swt. Amiiin yaa Rabb.
Referensi gambar :www.cintaquran.com
Referensi gambar :www.cintaquran.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar