Senin, 11 Mei 2015

Try and Find, Scout In the Campus



          


  Pramuka, apa yang ada dalam benak teman-teman ketika mendengarkan kata tersebut? Pastilah teman-teman akan membayangkan tentang kegiatan berkemah di alam bebas, jelajah, memakai pakaian coklat-coklat dan berpanas-panas ria. Mungkin bagi mereka, adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dari SD sampai SMP mungkin masih sangat menyenangi kegiatan Pramuka. Ikut berkemah dan melakukan penjelajahan sepertinya merupakan sebuah tantangan yang mengasyikkan.
            Seiringnya berjalannya waktu, pelan-pelan kegiatan Pramuka mulai ditinggalkan. Mereka yang dahulunya aktif di kegiatan Pramuka, setelah menginjak SMA akan memulai berpikir-pikir akankah masih ingin aktif dalam kegiatan Pramuka atau tidak. Sedangkan setelah mulai memasuki bangku kuliah, sebagian besar sudah akan merasakan kejenuhan dan mulai mengurangi minatnya terhadap kegiatan Pramuka. Hal ini pun menjadi ancaman terhadap keberadaan kegiatan Pramuka itu sendiri.
            Tak perlu dipungkiri, setiap bentuk perkumpulan pastilah memerlukan sebuah regenerasi supaya perkumpulan tersebut tetap eksis dan terlebih lagi masih memeliki anggota agar kegiatan perkumpulan tetap berjalan, demikian pula dengan kegiatan Pramuka. Didirikan dengan nama Gerakan Pramuka, lembaga ini menekankan prinsip Sistem Among (Ing Ngarsa Sing Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, lan Tut Wuri Handayani) sebagai dasar dan pola pendidikannya. Gerakan Pramuka atau yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai ekstrakurikuler Pramuka memang memiliki peran dalam membentuk moral dan pribadi generasi muda melalui metode-metode pendidikannya. Oleh karena itu, Pramuka menjadi sangat lekat dengan dunia pendidikan.
            Walaupun demikian seiring berjalannya waktu, mereka generasi muda yang sudah mulai menginjak bangku kuliah melihat bahwa Pramuka hanyalah sebuah kegiatan yang memang hanya untuk anak-anak sekolah. Sudah bukan waktunya bagi mahasiswa untuk berkegiatan Pramuka merupakan paradigma yang kebanyakan muncul dalam benak mahasiswa. Padahal prinsip pendidikan Pramuka tidaklah berhenti hanya dibangku sekolah, namun hingga bangku kuliah bahkan juga hingga di meja kerja.
            Penggolongan anggota khususnya yang disebut sebagai peserta didik didasarkan pada usia, yakni dari usia 7-25 tahun. Mereka yang masuk dalam usia 7-10 tahun termasuk dalam golongan siaga, usia 11-15 tahun masuk dalam golongan penggalang, usia 16-20 tahun masuk dalam golongan penegak, dan usia 21-25 tahun masuk dalam golongan pandega. Penjenjangan ini dilakukan atas dasar perkembangan psikologi anak. Walaupun telah ada sistem yang sedemikian rupa, masyarakat mengenal penggolongan Pramuka atas dasar tingkatan sekolah. Sehingga wajar jika ketika di bangku kuliah banyak yang akan terkejut jika masih ada yang ikut berkegiatan Pramuka.
            Lalu seperti apakah sebenarnya Pramuka di bangku perkuliahan, apakah sama seperti halnya Pramuka di tingkat sekolah pada umumnya? Jawabannya adalah bisa iya bisa juga tidak. Kenapa? Paradigma bahwa penjenjangan Pramuka atas dasar tingkatan pendidikan membuat masyarakat atau kaum muda mengira ketika masuk di Pramuka kampus akan langsung masuk sebagai golongan Pandega. Padahal seharusnya tidak, sekali lagi kenapa? Karena usia golongan pandega adalah bagi mereka yang telah masuk usia 21 tahun. Sedangkan saat ini usia mahasiswa yang mulai masuk kampus paling muda adalah usia 18 tahun, bisa lagi lebih muda karena adanya sistem pendidikan akselerasi. Dilihat dari fakta demikian, tentu saja kaum muda yang masih berusia 18 tahun apabila dia akan bergabung dengan kegiatan Pramuka harusnya masih melanjutkan di jenjang Penegaknya, bukan langsung berpindah ke golongan Pandega.
            Apabila mereka yang masih berusia 18 tahun langsung berpindah ke golongan Pandega yang semestinya masih golongan Penegak. Tentu saja ini akan mempengaruhi bentuk pengelolaan dari golongan Pandega itu sendiri. Hal ini bisa saja terjadi karena secara kemampuan dan psikologi mereka, kaum muda yang berusia dibawah 20 tahun akan memiliki pemikiran dan perilaku yang masih belum matang dan ingin mencoba-coba. Sedangkan mereka yang sudah diatas 20 tahun kebanyakan sudah mulai memiliki pemikiran dan perilaku yang cukup matang, lebih kritis dan mulai berorientasi pada karir di masa depan.
            Oleh karena itu, apabila kegiatan di Pramuka tingkat kampus terlihat masih sama seperti halnya Pramuka di tingkat sekolah hal ini mungkin disebabkan oleh cara pengelolaannya dan orientasinya masih sama atau terbawa dari sekolah. Masih belum terlihat seperti pengelolaan “Pandega”. Sehingga kegiatan Pramuka di tingkat kampus perlahan lahan mulai ditinggalkan. Selain itu, belum adanya model yang tepat untuk bentuk pengelolaan kegiatan Pramuka di tingkat kampus khususnya bagi golongan Pandega membuat masih banyak anggota Pramuka di tingkat kampus bingung akan peran dan tujuan dari golongan Pandega itu sendiri. Hal ini semakin menyulitkan kegiatan Pramuka di tingkat kampus untuk berkembang.
            Pandega yang berasal dari kata dasar “Dega” memang sulit untuk dicari makna kata yang sebenarnya. Namun, dari beberapa sumber yang berhasil dihimpun, arti dari kata pandega adalah memimpin, mengatur atau mengelola. Itulah arti kata yang dirasa tepat untuk menggambarkan makna dari kata “Pandega”. Jika dianalogikan dalam membangun sebuah bangunan dengan keempat golongan lainnya, maka Siaga berarti mempersiapkan, menyiagakan mulai dari konsep bangunan, personal, ataupun bahan, Galang berarti menggalang, menghimpun, dan mengumpulkan yakni mulai mendatang personal ataupun bahan sesuai kebutuhan, Tegak berarti menegakkan, mendirikan, melakukan yakni juga memulai untuk melaksanakan pembangunan, dan terakhir adalah Dega yang berarti memimpin, mengarahkan, mengelola pembangunan mana yang akan dilaksanakan dan akan menjadi seperti apa bangunan itu nantinya. Berdasarkan ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang yang dinamakan Pandega adalah seseorang yang sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam memimpin pembangunan, seorang yang mampu memberikan insiasi, inovasi, dan pembahuruan.
            Apabila kaum muda yang berkegiatan Pramuka di tingkat kampus mulai dipahamkan dengan bentuk kegiatan Pandega yang diilustrasikan diatas, seharusnya mereka paham bahwa kegiatan dari Pramuka tingkat kampus sangatlah variatif dan banyak tantangannya. Seperti halnya sebagai seorang pemimpin dan pengelola, para Pandega-Pandega ini dapat memaksimalkan potensi yang berada didalam kampus sebagai potensi keunggulan untuk membuat kegiatan yang bermanfaat bagi adik-adik Pramuka di golongan bawahnya atau bahkan bagi masyarakat. Contoh sederhananya adalah banyaknya penelitian-penelitian yang telah diselenggarakan oleh para sarjana namun bagaimana untuk mewujudkan ataupun agar penelitian tersebut dapat dikenalkan pada masyarakat juga bias menjadi salah satu bentuk penerapan kegiatan yang bertujuan untuk membangun Negara. Atau mengajak adik-adik siswa sekolah untuk mengenal teknologi yang sedang dikembangkan oleh kampus ataupun kelompok studi mahasiswa, sehingga generasi muda Indonesia tidak hanya akan menjadi konsumen produk dari Negara lain.
            Tidak hanya itu, kegiatan di alam bebas pun juga masih bisa dilakukan dengan meningkatkan peran pembangunan seperti bagaimana melakukan pembudidayaan atau penenaman kembali di jalan pendakian gunung merapi. Bahkan Pramuka di kampus juga bisa melakukan kegiatan pengabdian yang menfaatnya akan dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut juga tentunya akan dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa, karena atas dasar kegiatan-kegiatan tersebut mahasiswa akan jauh lebih terbuka secara wawasan dan pengalaman sehingga dalam membuat bentuk penelitian dapat melibatkan berbagai aspek apalagi bagi mereka yang mengambil ilmu sosial. Banyak dari kegaitan-kegiatan Pramuka yang bisa digunakan sebagai bentuk yang menguntungkan bagi individu, lembaga, ataupun masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, peran seorang Pandega yang memang sudah menjadi “Pandega” secara umur dan kemampuan pasti akan dapat mengarahkan kegiatan yang kreatif untuk pembangunan bangsa. Sehingga kegiatan Pramuka di kampus tidak akan sesama dengan kegiatan Pramuka di sekolah-sekolah dan tentunya tidak akan ada kata “bingung” seharusnya kegiatan Pramuka di kampus atau kegiatan Pramuka Pandega itu apa.
            Banyak kegiatan sederhana yang semestinya teman-teman Pramuka di tingkat kampus apalagi yang sudah menjadi Pandega untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Disamping itu, tujuan adanya Pramuka di kampus juga harapannya kelak di masa yang akan datang pemuda-pemuda ini dapat menjadi Pembina atau bahkan menjadi anggota dewasa yang bertugas untuk menggantikan anggota-anggota dewasa yang saat ini dihimpun di tingkat kwartir. Tentu harapannya adalah agar proses regenerasi pengurus dan pengelola Pramuka tetap berlanjut dan kegiatan Pramuka ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
            Itulah sedikit yang bisa saya ceritakan, semoga memberikan inspirasi bagi mereka yang membaca tulisan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...