Pramuka,
apa yang ada dalam benak teman-teman ketika mendengarkan kata tersebut?
Pastilah teman-teman akan membayangkan tentang kegiatan berkemah di alam bebas,
jelajah, memakai pakaian coklat-coklat dan berpanas-panas ria. Mungkin bagi
mereka, adik-adik yang masih duduk di bangku sekolah dari SD sampai SMP mungkin
masih sangat menyenangi kegiatan Pramuka. Ikut berkemah dan melakukan
penjelajahan sepertinya merupakan sebuah tantangan yang mengasyikkan.
Seiringnya
berjalannya waktu, pelan-pelan kegiatan Pramuka mulai ditinggalkan. Mereka yang
dahulunya aktif di kegiatan Pramuka, setelah menginjak SMA akan memulai
berpikir-pikir akankah masih ingin aktif dalam kegiatan Pramuka atau tidak.
Sedangkan setelah mulai memasuki bangku kuliah, sebagian besar sudah akan
merasakan kejenuhan dan mulai mengurangi minatnya terhadap kegiatan Pramuka.
Hal ini pun menjadi ancaman terhadap keberadaan kegiatan Pramuka itu sendiri.
Tak
perlu dipungkiri, setiap bentuk perkumpulan pastilah memerlukan sebuah
regenerasi supaya perkumpulan tersebut tetap eksis dan terlebih lagi masih
memeliki anggota agar kegiatan perkumpulan tetap berjalan, demikian pula dengan
kegiatan Pramuka. Didirikan dengan nama Gerakan Pramuka, lembaga ini menekankan
prinsip Sistem Among (Ing Ngarsa Sing Tuladha,
Ing Madya Mangun Karsa, lan Tut Wuri Handayani) sebagai dasar dan pola
pendidikannya. Gerakan Pramuka atau yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai
ekstrakurikuler Pramuka memang memiliki peran dalam membentuk moral dan pribadi
generasi muda melalui metode-metode pendidikannya. Oleh karena itu, Pramuka
menjadi sangat lekat dengan dunia pendidikan.
Walaupun
demikian seiring berjalannya waktu, mereka generasi muda yang sudah mulai
menginjak bangku kuliah melihat bahwa Pramuka hanyalah sebuah kegiatan yang
memang hanya untuk anak-anak sekolah. Sudah bukan waktunya bagi mahasiswa untuk
berkegiatan Pramuka merupakan paradigma yang kebanyakan muncul dalam benak
mahasiswa. Padahal prinsip pendidikan Pramuka tidaklah berhenti hanya dibangku
sekolah, namun hingga bangku kuliah bahkan juga hingga di meja kerja.
Penggolongan
anggota khususnya yang disebut sebagai peserta didik didasarkan pada usia,
yakni dari usia 7-25 tahun. Mereka yang masuk dalam usia 7-10 tahun termasuk
dalam golongan siaga, usia 11-15 tahun masuk dalam golongan penggalang, usia
16-20 tahun masuk dalam golongan penegak, dan usia 21-25 tahun masuk dalam
golongan pandega. Penjenjangan ini dilakukan atas dasar perkembangan psikologi
anak. Walaupun telah ada sistem yang sedemikian rupa, masyarakat mengenal
penggolongan Pramuka atas dasar tingkatan sekolah. Sehingga wajar jika ketika
di bangku kuliah banyak yang akan terkejut jika masih ada yang ikut berkegiatan
Pramuka.
Lalu
seperti apakah sebenarnya Pramuka di bangku perkuliahan, apakah sama seperti
halnya Pramuka di tingkat sekolah pada umumnya? Jawabannya adalah bisa iya bisa
juga tidak. Kenapa? Paradigma bahwa penjenjangan Pramuka atas dasar tingkatan
pendidikan membuat masyarakat atau kaum muda mengira ketika masuk di Pramuka
kampus akan langsung masuk sebagai golongan Pandega. Padahal seharusnya tidak,
sekali lagi kenapa? Karena usia golongan pandega adalah bagi mereka yang telah
masuk usia 21 tahun. Sedangkan saat ini usia mahasiswa yang mulai masuk kampus
paling muda adalah usia 18 tahun, bisa lagi lebih muda karena adanya sistem
pendidikan akselerasi. Dilihat dari fakta demikian, tentu saja kaum muda yang
masih berusia 18 tahun apabila dia akan bergabung dengan kegiatan Pramuka
harusnya masih melanjutkan di jenjang Penegaknya, bukan langsung berpindah ke
golongan Pandega.
Apabila
mereka yang masih berusia 18 tahun langsung berpindah ke golongan Pandega yang semestinya
masih golongan Penegak. Tentu saja ini akan mempengaruhi bentuk pengelolaan
dari golongan Pandega itu sendiri. Hal ini bisa saja terjadi karena secara
kemampuan dan psikologi mereka, kaum muda yang berusia dibawah 20 tahun akan
memiliki pemikiran dan perilaku yang masih belum matang dan ingin mencoba-coba.
Sedangkan mereka yang sudah diatas 20 tahun kebanyakan sudah mulai memiliki
pemikiran dan perilaku yang cukup matang, lebih kritis dan mulai berorientasi
pada karir di masa depan.
Oleh
karena itu, apabila kegiatan di Pramuka tingkat kampus terlihat masih sama
seperti halnya Pramuka di tingkat sekolah hal ini mungkin disebabkan oleh cara
pengelolaannya dan orientasinya masih sama atau terbawa dari sekolah. Masih
belum terlihat seperti pengelolaan “Pandega”. Sehingga kegiatan Pramuka di
tingkat kampus perlahan lahan mulai ditinggalkan. Selain itu, belum adanya model yang tepat untuk bentuk
pengelolaan kegiatan Pramuka di tingkat kampus khususnya bagi golongan Pandega
membuat masih banyak anggota Pramuka di tingkat kampus bingung akan peran dan
tujuan dari golongan Pandega itu sendiri. Hal ini semakin menyulitkan kegiatan
Pramuka di tingkat kampus untuk berkembang.
Pandega
yang berasal dari kata dasar “Dega” memang sulit untuk dicari makna kata yang
sebenarnya. Namun, dari beberapa sumber yang berhasil dihimpun, arti dari kata
pandega adalah memimpin, mengatur atau mengelola. Itulah arti kata yang dirasa
tepat untuk menggambarkan makna dari kata “Pandega”. Jika dianalogikan dalam
membangun sebuah bangunan dengan keempat golongan lainnya, maka Siaga berarti
mempersiapkan, menyiagakan mulai dari konsep bangunan, personal, ataupun bahan,
Galang berarti menggalang, menghimpun, dan mengumpulkan yakni mulai mendatang
personal ataupun bahan sesuai kebutuhan, Tegak berarti menegakkan, mendirikan,
melakukan yakni juga memulai untuk melaksanakan pembangunan, dan terakhir
adalah Dega yang berarti memimpin, mengarahkan, mengelola pembangunan mana yang
akan dilaksanakan dan akan menjadi seperti apa bangunan itu nantinya.
Berdasarkan ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa seorang yang dinamakan
Pandega adalah seseorang yang sudah seharusnya menjadi garda terdepan dalam
memimpin pembangunan, seorang yang mampu memberikan insiasi, inovasi, dan
pembahuruan.
Apabila
kaum muda yang berkegiatan Pramuka di tingkat kampus mulai dipahamkan dengan
bentuk kegiatan Pandega yang diilustrasikan diatas, seharusnya mereka paham
bahwa kegiatan dari Pramuka tingkat kampus sangatlah variatif dan banyak
tantangannya. Seperti halnya sebagai seorang pemimpin dan pengelola, para
Pandega-Pandega ini dapat memaksimalkan potensi yang berada didalam kampus
sebagai potensi keunggulan untuk membuat kegiatan yang bermanfaat bagi
adik-adik Pramuka di golongan bawahnya atau bahkan bagi masyarakat. Contoh
sederhananya adalah banyaknya penelitian-penelitian yang telah diselenggarakan
oleh para sarjana namun bagaimana untuk mewujudkan ataupun agar penelitian
tersebut dapat dikenalkan pada masyarakat juga bias menjadi salah satu bentuk
penerapan kegiatan yang bertujuan untuk membangun Negara. Atau mengajak
adik-adik siswa sekolah untuk mengenal teknologi yang sedang dikembangkan oleh
kampus ataupun kelompok studi mahasiswa, sehingga generasi muda Indonesia tidak
hanya akan menjadi konsumen produk dari Negara lain.
Tidak
hanya itu, kegiatan di alam bebas pun juga masih bisa dilakukan dengan
meningkatkan peran pembangunan seperti bagaimana melakukan pembudidayaan atau
penenaman kembali di jalan pendakian gunung merapi. Bahkan Pramuka di kampus
juga bisa melakukan kegiatan pengabdian yang menfaatnya akan dapat bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut juga tentunya akan dapat
memberikan manfaat bagi para mahasiswa, karena atas dasar kegiatan-kegiatan
tersebut mahasiswa akan jauh lebih terbuka secara wawasan dan pengalaman
sehingga dalam membuat bentuk penelitian dapat melibatkan berbagai aspek
apalagi bagi mereka yang mengambil ilmu sosial. Banyak dari kegaitan-kegiatan
Pramuka yang bisa digunakan sebagai bentuk yang menguntungkan bagi individu,
lembaga, ataupun masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, peran seorang Pandega
yang memang sudah menjadi “Pandega” secara umur dan kemampuan pasti akan dapat
mengarahkan kegiatan yang kreatif untuk pembangunan bangsa. Sehingga kegiatan
Pramuka di kampus tidak akan sesama dengan kegiatan Pramuka di sekolah-sekolah
dan tentunya tidak akan ada kata “bingung” seharusnya kegiatan Pramuka di
kampus atau kegiatan Pramuka Pandega itu apa.
Banyak
kegiatan sederhana yang semestinya teman-teman Pramuka di tingkat kampus
apalagi yang sudah menjadi Pandega untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Disamping itu, tujuan adanya Pramuka di kampus juga harapannya kelak di masa
yang akan datang pemuda-pemuda ini dapat menjadi Pembina atau bahkan menjadi
anggota dewasa yang bertugas untuk menggantikan anggota-anggota dewasa yang
saat ini dihimpun di tingkat kwartir. Tentu harapannya adalah agar proses
regenerasi pengurus dan pengelola Pramuka tetap berlanjut dan kegiatan Pramuka
ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.
Itulah
sedikit yang bisa saya ceritakan, semoga memberikan inspirasi bagi mereka yang
membaca tulisan ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar