Selasa, 27 Januari 2015

Wisata Hikmah dari Semarang

  
 Sam Poo Kong merupakan sebuah tempat beribadah bagi mereka masyarakat yang beragama tionghoa yang terletak di ibukota Jawa Tengah, Semarang. Menurut sejarah, tempat ini dulunya dibangun oleh seorang Laksamana dari negeri Tiongkok pada era Dinasti Ming. Laksamana itu bernama Zeng He. Laksamana tersebut diminta untuk melakukan pelayaran oleh sang raja dengan membawa beberapa pasukan bersamanya. Dalam beberapa pelayarannya, Laksamana Zeng He sempat berlabuh di pulau-pulau Nusantara dan salah satunya di pelabuhan di Semarang. Pada saat berlabuh di Semarang, sang laksamana membangun sebuah tempat beribadah yang kemudian hari dikenal sebagai Sam Poo Kong.
    Itulah sejarah singkat yang saya pelajari dari kunjungan wisata saya ke Semarang di akhir pekan kemarin. Wisata bersama dua teman saya yang berasal dari Semarang dan Ungaran benar-benar membuat saya senang karena akhirnya tujuan untuk berkeliling ke Semarang tercapai juga. Akhir pekan kemarin juga kali pertama saya berkunjung ke Sam Poo Kong, sebuah klenteng yang sangat terkenal di Jawa Tengah. Selain berfungsi sebagai tempat beribadah, klenteng ini juga berfungsi sebagai sebuah tempat wisata. Sehingga pada tiap akhir pekan selalu dipenuhi oleh keramaian para pengunjung baik wisatawan lokal ataupun wisatawan mancanegara.
    Kesan awal ketika berkunjung ke klenteng tersebut adalah kondisi tempatnya yang sejuk, indah, dan yang paling penting bersih dari sampah. Hal inilah yang membuat saya tertarik, ketika saya tanya ke salah satu teman saya kenapa tempat ini bisa sebersih ini. Dia mengatakan karena tempat ini merupakan lingkungan tempat beribadah, sehingga harus selalu dijaga kebersihannya. Disamping itu, disetiap bangunnanya tampak seperti masih baru sehingga jelas terlihat bahwa selalu dilakukan perawatan yang baik dan berkala. Sangat menyenangkan bisa mengunjungi tempat wisata tersebut.
    Setelah puas berkunjung ke Sam Poo Kong, kami bertiga melanjutkan perjalanan ke MAJT (Masjid Agung Jawa Tengah). Nah, kali ini kami akan berkunjung ke sebuah tempat beribadah kebanggaan masyarakat muslim Jawa Tengah. Masjid dengan arsitektur memiliki 4 buah payung raksasa dan sebuah menara yang disebut Menara Al Asmaul Husna yang memiliki pemandangan seluruh kota Semarang dengan ketinggian 106 mdpl.
    Pada saat berkunjung ke Masjid Agung Jawa Tengah, sebuah perasaan bangga dan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta tak pernah berhenti di dalam hati. Sebuah rumah Allah swt yang didirikan dengan penuh harapan agar dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bentuk bangunan masjid utamanya sangat besar dan megah dengan dua lantai dimana lantai paling bawah adalah tempat wudhu dan bangunan paling atas adalah ruang utama tempat beribadah. Dalam kompleks masjid tersebut ada beberapa bangunan pendukung seperti aula bedug, kompleks ruko, dan hall serta kantor administrasi masjid. Selain itu, di halaman depan masjid terdapat sebuah aula besar dengan gapura yang bertuliskan lafadz Al Qur’an dengan ditengah-tengahnya terdapat sebuah Air Mancur.
    Sungguh menyejukkan dan menyenangkan bisa berada di dalam masjid tersebut, apalagi di dalam masjid utama terdapat sebuah Al Qur’an besar. Namun, perasaan sedih saya tiba-tiba muncul saat melihat pemandangan yang kurang menyenangkan di beberapa titik dalam masjid tersebut. Sama halnya dengan klentheng Sam Poo Kong, Masjid Agung Jawa Tengah selain berfungsi sebagai tempat beribadah, juga difungsikan sebagai objek wisata religi sekaligus tempat yang dapat difungsikan untuk menggelar berbagai hajatan. Meskipun demikian, Masjid Agung Jawa Tengah ini pada dasarnya merupakan tempat ibadah yang juga harus dijaga kebersihannya dan yang membuat saya bersedih adalah kondisi lingkunan masjid yang kotor dan banyaknya sampah di beberapa titik khususnya di sekitar air mancur.
    Hati terasa sakit dan sedih ketika melihat hal demikian. Kita sebagai seorang muslim yang telah diajarkan bahwa Kebersihan adalah sebagian dari iman, namun tidak bisa menjaga ataupun merawat bangunan lingkungan tempat beribadah kita sendiri yang dapat kita kunjungi kapanpun. Sedangkan tempat beribadah jamaah lain yang dapat kita kunjungi untuk tujuan wisata berani kita jaga dan dibantu merawat dengan baik sehingga keindahan dan kebersihannya tetap terjaga. Sungguh miris rasanya melihat kenyataan yang seperti ini. Apakah ini yang dinamakan kebobrokan umat muslim di Indonesia? Meskipun kita memiliki jumlah umat yang lebih banyak, namun kenyataannya iman kita hanya omong kosong. Padahal jika kita benar-benar mengimani dan menganut ajaran Rasulullah saw sepenuhnya, maka perilaku kita akan lebih berbudi dan bermartabat sehingga lingkungan yang kita tinggali akan menjadi lebih indah dan nyaman. Mungkin inilah yang menjadikan Allah swt. senantiasa memberikan cobaan pada kita di negeri yang subur ini bahwa sesungguhnya kita belum bisa mensyukuri nikmat dari-Nya dan belum mampu menjalankan syariat-Nya dengan sepenuh hati.
    Meskipun demikian, saya sebagai umat muslim tetap bangga karena sesunggunya masjid adalah tempat yang paling dekat dengan masyarakat melihat fungsinya yang dahulu oleh Rasulullah menjadi sebuah basis perkembangan Islam. Semoga hal ini dapat menjadi tamparan bagi kita semua agar bisa menjadi umat muslim yang lebih tangguh dan mensyukuri setiap nikmat-Nya dengan langkah paling kecil yakni, mendarmakan, membaktikan dijalannya, merawat, dan menjaga keindahan serta keagungan dari pemberian-Nya.

Selasa, 20 Januari 2015

A Question that I Asked to Him



            Pagi ini aku berniat untuk membersihkan kamar kos yang dalam beberapa minggu ke depan akan mulai aku tinggalkan. Niatan tersebut sudah aku rencanakan jauh-jauh hari karena waktu untuk menempati kamar tersebut hanya tinggal menghitung hari sebelum akhirnya ada layangan surat dari pemilik kos bahwa aku harus membayar tagihan jika ingin tetap melanjutkan bersinggah disana.
            Bulan Februari merupakan bulan terakhir yang aku rencanakan untuk tetap berada di Yogyakarta. Apapun yang nantinya Allah takdirkan pada aku, apakah akan kembali hijrah ke Barat ataukah kembali untuk memperdalam ilmu dan memperbaiki diri ke kampung halaman, hanyalah Allah yang mengetahui. Sesungguhnya manusia hanyalah mampu merencanakan sedangkan Allahlah yang menentukan.
            Yah, bulan Februari aku memang harus hijrah karena kondisi finansial yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan aku jika aku tetap memaksakan tinggal di Yogyakarta. Disamping itu, sudah tidak adanya tanggung jawab yang lebih penting yang membuat aku untuk tetap berada di Yogyakarta, sehingga keputusan untuk segera meninggalkan Yogyakarta aku rasa merupakan sebuah keputusan yang cukup tepat.
            Kegiatan merapikan barang-barang pun mulai aku lakukan setelah mencuci beberapa pakaian kotor yang habis aku gunakan dalam bepergian jauh. Tidak hanya merapikan barang-barang di kamar, dalam waktu yang bersamaan aku juga melakukan maintenance notebook dengan menggunakan software yang ada. Hal ini sudah menjadi kebiasaan aku agar peforma laptop aku tetap terjaga untuk menghadapi kinerja-kinerja yang kadangkalanya harus aku forsir untuk mengerjakan tugas yang sangat berat.
            Menjelang siang hari, barang-barang yang nantinya akan aku kirim kembali ke kampung sudah tertata rapi, tinggal menyisakan barang sehari-hari dan beberapa dokumen penting yang akan aku tata menjelang kepergian nanti. Merasa tubuh kotor karena debu, aku pun memutuskan untuk mandi dan mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sunnah, mumpung matahari masih belum sampai pada titik puncaknya dan sedikit tergelincir ke arah Barat.
            Selesai beribadah, aku melihat hasil maintenance notebook aku, rupanya kebetulan sudah selesai juga. Akhirnya sambil menunggu waktu matahari untuk sedikit tergelincir ke arah Barat, aku membuka-buka beberapa file di dalam notebook, barangkali ada yang perlu aku rapikan. Ketika membuka, entah kenapa aku terbersit untuk merapikan file-file di dalam folder pramuka yang memang cukup berantakan karena berisikan file semacam surat-surat keputusan. Satu per satu aku membuka file-file tersebut dan menemukan sebuah file dengan judul yang cukup aneh, ‘jejak sejarah’. Karena penasaran, akhirnya aku pun membuka file tersebut. Isi dari file tersebut rupanya sebuah riwayat hidup seseorang yang bernama Ahmad Akbar. Sambil aku coba mengingat orang dengan nama tersebut, aku membaca sedikit demi sedikit tulisan tersebut, hingga mata aku terfokus pada sebuah cerita yang dituliskan di paragraf terakhir daftar riwayat hidup beliau.

“.......aku belajar di IPB karena melihat perkembangan pendidikan di wilayah dekat ibukota. Aku ingin mengetahui dan memperbesar wawasan pendidikan. Tidak hanya berkutat di kultur jawa (jatim+jateng) tp juga jabar. Tapi motivasi yg hadir tidak hanya itu. Dulu ada kakak kelas kita,namanya Akh Willy, TI ITS 2002. Beliau bilang bahwa, di Indonesia hanya ada 2 PTN yg kehidupannya seperti pesantren. ITS dan IPB. Aku dulu mau masuk ITS jurusan TI, tapi gradenya berat dan ada di jatim. Makanya aku pilih di IPB saja, jur. Ilmu komputer.

Aku niat ke IPB bukan utk kuliah, tapi untuk belajar Islam, hijrah, dan bekerja. Alhamdulillah masih diakung Allah dengan tetap kuliah di IPB dari hasil pertarungan di SPMB dulu. smg itu cukup menjawab ya akh agung.

Kuliah bukan hanya utk dpt gelar, tapi utk membuka mata dan hati kita atas globalnya dunia ini. Tidak hanya membutuhkan intelektual yang menyala, tapi juga hati yg hidup. Smga Allah SWT membimbing kita semua.......”

            Sontak cerita tersebut memngingatkan aku pada seseorang yang menjadi figur pada saat aku pertama kali masuk ke SMA. Sesosok orang yang ingin aku tiru dan bisa melebihi beliau dalam prestasi dan akhlak. Ya, sapaan akrab beliau adalah Kak Akbar. Seorang pemuda yang memiliki energi positif yang sangat besar dan mampu memberikan motivasi pada kaum muda yang ada disekitarnya sehingga dapat mengikuti apa yang menjadi tujuan beliau. Itulah pandanganku terhadap beliau saat pertama kali kami berjumpa. Beliau sangat dikagumi di sekolah, tiap kali mendengar cerita dari kakak angkatan di SMA yang mengenal beliau, tak bisa terbayangkan olehku bagaimana akhlak dan gerak juangnya pada masa-masa beliau di sekolah. Beliau adalah seorang figur yang benar-benar ingin aku jadikan contoh di dunia saat itu, selain Rasulullah saw.
            Yah cerita yang beliau tuliskan di akhir daftar riwayat hidup beliau merupakan sebuah cerita yang beliau sampaikan kepadaku karena sebuah pertanyaanku kepada beliau waktu itu, yaitu “Apa tujuan kakak kuliah di IPB?” Ya, sebuah pertanyaan yang sering kali ditanyakan oleh anak-anak yang merasa gundah ketika selesai masa sekolah di SMA dan ingin mencari tahu tujuan dari apa yang ingin dikejar sesungguhnya. Dan ketika sekarang ini, saat aku membaca kembali cerita tersebut, ada perasaan sedih dan malu pada diriku sendiri.
            Hal ini karena aku perlahan mulai melupakan tujuan awal yang membuat aku dapat menginjakkan kaki di kampus kerakyatan tempat dimana aku memilih untuk menimba ilmu. Jika mengingat kembali masa itu, banyak hal yang ingin aku capai dan berusaha untuk bisa melebihi dari apa yang kakak-kakak tingkatku bisa raih, khususnya oleh Kak Akbar. Namun, melihat diriku yang sekarang aku merasa bahwa apa yang aku lakukan tidak mampu melibihi Kak Akbar. Aku benar-benar telah terjurumus dalam sebuah wadah gelap yang membuat aku berpikir bahwa apa yang aku lakukan sudah tepat. Namun kenyataannya, apa yang aku lakukan sudah jauh dari apa yang aku harapkan.
            Mungkin inilah kehendak Allah swt. mengingatkan kembali apa yang menjadi tujuan aku untuk hidup dan berada di kampus ini dulunya. Membaca cerita ini mungkin merupakan salah satu kehendak-Nya untuk dapat membangkitkan kembali semangat dan optimisme aku, karena memang dalam beberapa hari ini aku merasakan kegelisahan yang tidak jelas dan merasa kebingungan terhadap langkah yang harus aku ambil. Puji syukur alhamdulillah bahwa sesungguhnya masih ada orang-orang yang berkenan untuk menolong seorang saudaranya dan begitulah cara Allah menolong hamba-Nya yang dalam kesulitan. Alhamdulillah hirobbil alamiin, dan terima kasih juga kepada beliau Akhi Akbar atas cerita dan pesan yang disampaikan kepada aku. Barakallah yaa Akhi.

Kalah biasa, Menang Ra Tahu........ tapi Juara itu Kesempuranaan



           “Kalah biasa, menang ra tahu...” Ya itulah slogan yang selalu diucapkan oleh rekan-rekanku saat kita kalah dalam suatu pertandingan olahraga yang selalu digelar oleh keluarga mahasiswa di jurusanku, jurusan teknik fisika. Tidak tahu apakah karena lawan yang lebih tangguh atau kami yang selalu saja kurang beruntung sehingga hasil yang didapatkan dari setiap pertandingan jika tidak imbang ya kalah. Selalu itu sehingga muncullah slogan “kalah biasa, menang ra tahu...” dari rekan-rekanku.
            Kejadian ini selalu terjadi disemua ajang kompetisi olahraga sejak tahun pertama aku dan rekan-rekanku saling mengenal dan berkuliah di kampus kerakyatan di jurusan turun ke lembah. Dan yang membuatku heran adalah pada cabang olahraga futsal, dimana olahraga ini yang paling disukai dan diminati sebagian besar rekan-rekanku, kami harus selalu merasakan pahitnya kekalahan. Padahal jika melihat kemampuan, sebenarnya juga semua memiliki kemampuan yang seimbang tidak ada yang mencolok. Latihan sudah selalu diagendakan setiap minggunya dan terkadang pada sesi sparing dengan tim lain, kami juga bisa menang. Namun sekali lagi, kenapa pada saat pertandingan selalu saja kami menderita kekalahan.
            Hal ini pun juga berimbas pada cabang olahraga lain ketika keluarga mahasiswa menyelenggarakan pekan olahraga. Cabang-cabang olahraga lain pun juga mengalami kekalahan, apalagi di cabang sepak bola. Aku yang ditunjuk oleh rekan-rekan sebagai kapten baik di cabang olahraga sepak bola ataupun futsal pun juga merasakan kekecewaan dan bahkan bingung dengan tim ini. Apa sebenarnya yang membuat kami tidak bisa berhasil menjadi juara dalam olahraga khususnya cabang sepak bola dan futsal yang begitu kami minati.
            Kesedihan dan kekecewaanku pun akhirnya semakin memuncak saat pertandingan awal pekan olahraga di tahun kedua kami kuliah. Pada saat itu kami bertanding melawan adik angkatan kami yang notabene sebagian anggota mereka memiliki kemampuan bermain yang mumpuni. Namun, secara permainan tim, kami yakin kami lebih baik. Sekali lagi, kenyataan pahit pun harus kami terima lagi. Kami kalah 1-0 dari adik angkatan kami dan yang membuat diriku tidak tahan lagi menerima kesedihan itu adalah salah seorang partner dan penyerang terbaik di lapangan sepak bola, Tirta harus berkelahi dengan salah satu adik angkatan dan membuat pertandingan manjadi ramai. Pertandingan pun harus diselesaikan lebih awal karena insiden tersebut.
Perkelahian mereka rupanya masih berlanjut di luar lapangan. Aku dan rekan-rekan berusaha melerai mereka dan menjauhkan kedua orang tersebut. Perkelahian mereda seiring pulangnya adik angkatan bersama dengan teman-temannya dan begitu pula Tirta. Pada saat itu, aku pun tidak bisa menahan kesedihan dan air mata keluar dari bola mataku. Sebagai seorang kapten yang telah ditunjuk, aku tidak bisa memimpin tim bahkan sampai ada rekanku yang berkelahi dan menodai sportivitas olahraga. Hal ini semakin membuat persaanku sesak dan membuatku memutuskan untuk gantung sepatu dari setiap pertandingan yang diadakan oleh keluarga mahasiswa. Aku menyampaikan hal ini kepada rekan-rekanku yang masih ada di lapangan.
            Seiring berjalannya waktu, Tirta pun memutuskan untuk pindah tempat kuliah karena alasan akademik. Dengan demikian, tim ini menjadi kehilangan seorang penyerang dan memaksa untuk mencari seorang pengganti. Latihan yang diadakan oleh rekan-rekan masih coba aku datangi untuk tetap menjalin silaturahmi, namun jika ada pertandingan baik liga futsal ataupun pekan olahraga aku selalu mencoba mencari alasan untuk tidak hadir, jika pun hadir aku dengan sengaja tidak membawa sepatu dan hanya menjadi penonton saja.
            Tak terasa waktu telah bergulir begitu cepat, tiga tahun waktu kuliah sudah berlalu. Kini semester ganjil di tahun keempat kuliahku sudah akan berakhir. Pada saat itu aku baru kembali dari Jepara seusai melaksanakan kerja praktek. Saat dikampus aku melihat sebuah poster yang menarik minatku. Sebuah poster tentang liga futsal yang akan diselenggarakan pada saat minggu-minggu setelah UTS semester genap. Entah apa yang aku rasakan, tiba-tiba saat itu aku sangat ingin mengikuti event tersebut dan hati kecilku mengatakan bahwa ini adalah sebuah event yang pasti akan menjadi kenangan selama masa kuliahku nanti. Sentak aku segera menghubungi kodinator tim futsal sekelas menanyakan apakah kita sudah mendaftar untuk mengikuti event tersebut atau belum. Ketika aku mendapatkan berita bahwa dia memutuskan untuk tidak ikut dengan alasan karena sulit mengumpulkan pemain dan soal biaya pendaftaran, aku pun memutuskan untuk mengkordinir semua hal tersebut dan dengan berusaha meyakinkan dia. Akhirnya dia setuju, segera setelah itu aku menghubungi semua pemain-pemain yang ada dan meminta kesediaan untuk ikut dan iuran. Beruntung bahwa semua rekan-rekan setuju dan berkenan untuk iuran. Setelah mendapatkan kepastian kesediaan dari rekan-rekan, aku berlanjut menghubungi panitia dan mendaftarkan tim.
            Waktu kembali bergulir dengan cepat, UTS semester genap telah berakhir. Laga pembukaan liga futsal akan segera dimulai. Pada laga awal, tim kami akan melawan tim teknik fisika angkatan 2011. Saat laga awal dimulai, pertandingan berlangsung tidak seimbang sehingga memberikan hasil kekalahan pada tim kami. Kami kalah telak dengan skor 5-1. Laga perdana yang berat dan menyakitkan. Itulah yang berada di pikiranku dan ketika aku melihat pada rekan-rekanku, pandangan mata mereka mulai menampakkan sebuah keputusasaan. Seusai pertandingan, aku menyempatkan diri untuk memberikan kalimat motivasi pada rekan-rekanku melalui pesan singkat. Berharap bahwa dipertandingan selanjutnya kita akan mendapatkan keberuntungan dan tetap menjaga semangat bertanding.
            Sebuah keputusan yang tidak salah telah aku lakukan. Entah apakah benar mereka telah termotivasi dari kalimat-kalimatku atau tidak, namun pada pertandingan-pertandingan berikutnya mereka semua mengeluarkan seluruh kemampuan mereka dan kami berhasil menuai kemenangan di tiap pertandingan hingga pada akhirnya sebuah celah untuk dapat meraih gelar juara kembali terbuka dan sekali lagi harapan itu masih tetap ada. Aku pun tetap memercayai bahwa kalimat yang aku berikan benar-benar memberikan motivasi pada rekan-rekanku sehingga tiap akhir pertandingan selalu aku sempatkan untuk mengirimkan sebuah pesan singkat untuk tetap menjaga semangat mereka.
            Upaya positif tentunya akan memberikan dampak yang positif, itulah yang aku rasakan. Tidak hanya rekan-rekanku yang termotivasi untuk dapat memberikan kemampuan terbaiknya, namun juga para pendukung kami dari rekan-rekan seangkatan yang satu persatu berkenan datang di setiap pertandingan untuk mendukung kami bermain.
            Seluruh rangkaian pertandingan telah dilaksanakan dan hingga pada akhirnya menyisakan satu laga terakhir bagi tiap tim. Posisi tim kami berada pada peringkat tiga, posisi yang masih belum aman karena jika pada pertandingan terakhir kami kalah maka gelar juara akan hilang, namun jika kami berhasil menang maka gelar juara sudah pasti dapat kami raih. Sedangkan jika berakhir imbang, nafas kami masih harus ditahan karena menunggu hasil pertandingan tim terakhir yang akan menentukan antara Teknik Fisika 2013 melawan Teknik Nuklir 2011. Jika TF 2013 menang, maka gelar juara akan berada ditangan, jika tidak maka kami harus merelakan bahwa akhir semua perjuangan kami akan tanpa gelar.
            Pada pertandingan terakhir ini, tim kami akan melawan tim teknik fisika angkatan 2012 yang menurut rekan-rekan yang sudah pernah bertanding melawan mereka, tim ini paling kompak dan memiliki kemampuan merata pada seluruh pemainnya. Hal itu pun terbukti nyata, mereka berhasil membuat kami kelabakan dan hingga pertandingan menjelang 5 menit terakhir, tim kami masih kalah 2-1. Namun, karena sebuah keberuntungan yang mungkin sedang menghampiri kami sehingga salah satu pemain kami dapat mencetak gol penyeimbang dan pertandingan berakhir imbang. Sebuah akhir yang cukup menyenangkan, dan sekarang tinggal menunggu hasil pertandingan terakhir anatara TF 2013 melawan TN 2011.
            Pada pertandingan terakhir ini kami pun ikut menjadi pendukung untuk TF 2013, bukan menjadi pendukung TN 2011. Pertandingan berlangsung sangat sengit dan akhirnya pemenang tetaplah pemenang. Pertandingan itu pun berhasil dimenangkan oleh tim TF 2013, sontak kami semua berteriak kegirangan atas kemenangan tersebut. Hal ini menjadi arti bahwa kami masih berhak atas gelar juara, meskipun hanya gelar juara ketiga namun sekali lagi itulah juara. Saat itu perasaan senang dan bahagia tak bisa kami bendung. Seluruh tim bersorak mabuk dalam suka cita. Setelah penerimaan piala, kami pun menghabiskan waktu dengan berfoto berasama piala yang hanya satu-satunya bisa kami dapatkan selama kompetisi di jurusan digulirkan dan sejak kami tim Teknik Nuklir 2010 bergabung dalam satu atap atas nama jurusan Teknik Fisika.
            Aku pun turut hanyut dalam kegembiraan itu, meskipun aku pernah merasakan kenikmatan mejadi juara utama, namun saat itu aku merasakan semuanya sama saja. Mampu mengangkat tim yang sudah terbiasa kalah dalam ajang kompetisi hingga mampu meraih gelar juara ketiga memiliki rasa yang sama ketika mampu menjadi juara utama. Kalah memang menyakitkan, namun sekali lagi JUARA ADALAH HAL YANG SEMPURNA. Terima kasih rekan-rekanku yang telah mau berjuang bersama disampingku, karena satu keyakinan pada diriku bahwa bersama kita kuat dan bersama kita hebat! Sebuah kenangan manis yang tak akan kulupakan selama sisa hidupku, dan akan selalu kuukir dalam tinta emas dalam ingatan terbaikku. Dan aku abadikan dalam goresan tinta cinta.

Kupersembahkan tulisan ini untuk sahabat-sahabat yang telah lebih dahulu pergi, Tirta, Fahmi (Babe),dan Indra. Serta tidak lupa sahabat kita tercinta yang telah berpulang ke sisi-Nya, Saudara  alm. Amir.
           

Sebuah Perjalanan Pasti Akan Berakhir

Aku tidak tahu kapan aku memulainya karena dengan demikian aku berharap tidak akan pernah ada akhirnya. Deburan ombak dan hembusan angin s...